Jakarta, CNN Indonesia -- Menuntut ilmu adalah merupakan kewajiban bagi setiap muslim, baik itu laki-laki maupun perempuan, sejak lahir hingga ke liang lahat. Orang yang menuntut ilmu akan dinaikkan derajatnya oleh Allah SWT. Begitulah beberapa kalimat tentang kewajiban menuntut ilmu yang saya kutip dari literasi hadist dan firman Illahi. Hal tersebut menunjukan betapa besarnya urgensi menuntut ilmu jika ditinjau dari sudut agama.
Namun nyatanya dalam kegiatan menuntut ilmu, kita sering kali dihadapkan pada berbagai keadaan yang menjadi penunjang atau malah menghambat kita dalam mencari ilmu. Pada umumnya keadaan tersebut berdasar dari tipe-tipe atau karakter masing-masing pelajar. Walau ada juga faktor-faktor lain seperti situasi, kondisi, akomodasi dan lain sebagainya.
Berbagai tipe karakter pelajar tersebut akan saya paparkan dengan analogi gelas. Mengapa menganalogikan dengan gelas? Gelas dapat diibaratkan dengan kondisi kita, dimana ruang yang ada dalam gelas dapat merepresentasikan kemampuan memori yang kita miliki untuk menyimpan ilmu yang didapat. Dan air dapat direpresentasikan sebagai ilmu pengetahuan yang kita peroleh. Berikut pemaparan tipe-tipe pelajar tersebut:
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
1. Tipe Gelas Kosong
Tipe ini diibaratkan kepada mereka yang siap menerima ilmu secara penuh saat kegiatan pembelajaran secara terbuka dan sukarela. Entah mereka itu orang yang sudah mengerti atau belum dalam bidang tersebut, mereka tetap sukarela menampung apapun masukan dan ilmu yang didapat dari mentor atau gurunya terkait hal yang dipelajarinya. Bagaikan gelas kosong yang siap diisi air apapun, dari manapun.
2. Tipe Gelas Penuh
Tipe ini diibaratkan kepada mereka yang enggan menerima ilmu dari suatu kegiatan pembelajaran, dikarenakan rasa diri yang sudah lebih pintar dan lebih hebat. Ketika diberikan suatu hal baru, mereka menanggapinya dengan skeptis, atau hanya sedikit menerimanya karena ilmu yang dimilikinya dirasa sudah lebih mumpuni. Seperti halnya gelas penuh yang kemudian dituangkan air, pasti kebanyakan akan meluber tumpah dan sisanya akan bercampur sedikit.
3. Tipe Gelas Bertutup
Tipe ini diibaratkan kepada mereka yang menolak suatu pembelajaran dan benar-benar menutup diri dari suatu hal yang baru, entah dikarenakan mereka sudah ‘terisi’ atau belum. Biasanya ini direpresentasikan kepada seseorang yang malas untuk menuntut ilmu atau menuntut ilmu dengan penuh keterpaksaan sehingga tidak mengikuti kegiatan pembelajaran dengan baik.
4. Tipe Gelas Pecah
Tipe ini diibaratkan kepada mereka yang sama sekali tidak siap menerima pelajaran. Fisik mereka ada di tempat belajar, tetapi pikiran mereka entah dimana. Biasanya ini direpresentasikan kepada orang yang tidak konsentrasi dalam kegiatan pembelajaran atau orang yang berpikiran kosong ketika menerima pelajaran. Seperti air yang dituangkan ke dalam gelas pecah, pasti meluber kemana-mana tanpa ada media yang menampungnya.
5. Tipe Gelas Pipet
Tipe ini diibaratkan kepada mereka yang cenderung kesulitan dalam menerima materi yang disampaikan, bukan kesulitan berdasarkan motivasi, tetapi kesulitan yang berdasarkan teknis. Semisal pelupa, sulit memahami pelajaran, dll. Hal ini seperti air yang dituangkan ke dalam pipet yang memiliki lubang yang jauh lebih kecil dapiada gelas, walaupun volumenya sama. Untuk mengantisipasinya diperlukan ‘corong’ untuk membantu penuangan air agar lebih mudah.
6. Tipe Gelas Bocor
Tipe ini diibaratkan kepada mereka yang cenderung mudah lupa ketika mendapatkan suatu materi pembelajaran. Seperti gelas bocor yang airnya akan terus berkurang. Solusi dari hal ini adalah diperlukannya ‘penambal’, yang dalam hal ini adalah media-media pengingat semisal catatan atau hal lain yang dapat membantu dalam menjaga daya ingat.
7. Tipe Gelas Kosong Berpenyaring
Nah, tipe ini merupakan tipe yang paling recomended menurut saya. Diibaratkan kepada mereka yang siap menerima ilmu secara penuh saat kegiatan pembelajaran secara terbuka dan sukarela, tetapi memiliki filter untuk menyerap mana yang baik dan menyaring mana yang kurang baik untuk berikutnya. Karena memang setiap orang tidak ada yang sempurna, dan tugas kita adalah mengambil kebaikan dari setiap orang dan membuang yang tidak baik. Seperti gelas yang berpenyaring, ketika dituangkan teh maka akan dapat menampung air yang jernih dan membuang ampas-ampasnya.
Cara Belajar (Tips Belajar Efektif dan Efisien)
Banyak hal ketidaksuksesan yang diterima oleh seseorang, pertama-tama lebih disebabkan oleh karena dirinya tidak yakin dapat meraih kesuksesan. Ini berlaku pula untuk pelajar. Ketidakyakinan bisa bermula dari anggapan bahwa dirinya bukanlah tipe pelajar yang pintar. Namun, simaklah baik-baik “Tidak ada pelajar yang bodoh, kecuali hanya ada pelajar yang malas dalam belajar.”
Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan prestasi belajar diperlukan menciptakan suasana yang kondusif dalam belajar, mengembangkan jiwa kompentitif yang sehat, dan menumbuhkan rasa percaya diri atas kemampuannya. Bagaimana kita bisa mencari strategi agar sukses dalam belajar atau cara belajar? Berikut beberapa tips belajar:
1. Belajar Karena Allah
Ini adalah tips belajar pertama yang sangat keren. Simple tapi pure dan inti banget.
Hayo, kalian selama ini belajarnya buat siapa? niatnya apa? Mulai sekarang mari kita niatkan mencari ilmu semata-mata hanya karena Allah semata. Dengan demikian maka ilmu dunia kita dapat akhirat juga dapat kita raih.
2. Menciptakan Suasana Kondusif dalam Belajar
Tak kalah pentingnya dan harus Anda ingat dalam menciptakan suasana yang kondusif untuk merangsang dorongan berprestasi belajar adalah perlu diperhitungkan unsur perasaan. Karena unsur perasaan lebih dominan dan melatarbelakangi segala aktivitas seseorang. Dengan kata lain produktif atau tidaknya aktivitas seseorang sangat tergantung pada unsur perasaan yang nyaman dalam melaksanakan aktivitas belajar.
Tentunya kita semua mengetahui bahwa kegembiraan bersifat menggerakkan. Segala sesuatu yang dilakukan dengan gembira (senang hati), tentunya akan menghasilkan sesuatu yang lebih baik. Suatu aktivitas yang dilaksanakan karena ada tekanan atau kekecewaan, tentunya akan menghasilkan suatu ketidakpuasan atau mutu yang rendah. Oleh karena itu, suasana gembira harus senantiasa terpelihara agar dapat belajar dengan baik dan memunculkan gagasan-gagasan yang brilian.
3. Mengembangkan Jiwa Kompetitif dan Rasa Percaya Diri
Untuk memacu dorongan berprestasi yang baik anda perlu mengembangkan suasana kompetetif yang sehat dan konstruktif. Menyadari bahwa kita punya potensi yang siap untuk dikembangkan. Oleh karena itu rasa percaya diri, kemauan atau hasrat harus dibangkitkan, agar senantiasa merasa tertantang untuk selalu melakukan sesuatu yang lebih baik dari yang lain. Dan sumber energi yang membangkitkan dorongan berprestasi dari dalam diri adalah rasa percaya diri. Oleh karena itu, sangat perlu ditumbuhkan atau dibangkitkan keyakinan terhadap kemampuan dirinya untuk dapat mempelajari berbuat atau melakukan sesuatu. Keyakinan dalam hati akan membuat diri berusaha keras dan mencari cara untuk mewujudkan keyakinannya itu.
Hidup itu sesungguhnya merupakan kompetisi, hanya orang-orang yang mampu memanfaatkan peluang secara optimal yang berhasil mendapatkan tempat utama. Hal yang perlu Anda ingat, bahwa setiap orang memiliki kesempatan dan peluang yang sama untuk berkembang mengaktualisasikan diri, dan yang berhasil adalah yang benar-benar menyadari potensi yang dimilikinya dan mampu mengimplementasikan kemampuannya tersebut pada proses kemajuan dirinya.
Anda jangan terpaku hanya dengan slogan IQ harus jenius baru bisa jadi orang. IQ itu hanya satu persen saja yang mendorong seseorang berhasil dengan baik dan yang 99 persen adalah kemauan dan kerja keras untuk mewujudkan impian dan mengetahui cara yang efektif untuk merealisasikan impian tersebut. Banyak yang memiliki IQ tinggi, namun pada akhirnya mubazir, karena tidak mendapatkan pengarahan yang tepat untuk mendayagunakan kelebihan kemampuannya tersebut. Banyak orang yang berhasil malah dengan IQ pas-pasan, namun mendapat bimbingan dan pengarahan kemampuannya dengan tepat.
4. Kualitas Belajar
Mencangkup fokus, konsentrasi, dan konsistensi: Satu jam belajar dengan fokus dan konsentrasi itu lebih baik daripada 5 jam belajar dengan pikiran bercabang-cabang, kayak mikir: status gue ada yang nge-like nggak yaa? Twitter gue ada yang mention nggak yaa? Ini yang gue pelajari ntar keluar nggak yaa? Bla, bla, bla, yang bikin galau gitulah. Ya, galau itu wajar asal bisa mengontrolnya dan cerdas mengatasinya. Dan yang nggak kalah penting dalam meraih ilmu, yaitu meruntuhkan ego. Dalam belajar jangan berfikirlah kamu tahu segalanya, runtuhkan ego yang ingin ini, ingin itu, tidak mau begini, tidak mau begitu, aku ini lebih ini, lebih itu. Runtuhkan ego itu semua untuk mempermudah jalan mencari ilmu. Ingat, kesombongan menandakan kelemahan akal.
5. Coba dan Gagal (Trial and Error)
Dalam hidup ini, gagal adalah teman kita juga, jadi jangan pernah menghindar darinya. Kita terjatuh, untuk apa? agar kita tahu bagaimana cara untuk bangun. Kita tidak akan pernah tahu yang benar itu bagaimana jika kita tidak kenal dengan KESALAHAN dulu. Materi yang sesulit apapun, pasti akan bisa kita kuasai asal tidak ada kata menyerah memahaminya. Coba terus.
Intinya, cintailah pelajarannya. Misalnya Anda tidak bisa dalam pelajaran matematika, namun anda mencoba mencintai pelajaran yang satu ini. Maka dengan kecintaan itu, suatu saat akan menjadikan anda seorang yang ahli matematika hebat. Karena sesuatu yang dilakukan sepenuh hati akan menghasilkan sesuatu yang baik. Sekarang tidak bisa, namun karena kecintaan tersebut anda mempelajarinya setiap waktu, tunggulah hingga mimpi indah itu tiba. You'll be the best, but wait until the time's coming on.
Dalam hal ini ada baiknya juga jika belajar sambil diskusi. Belajar secara kelompok memang dimaksudkan agar seseorang yang kurang mampu memahami materi bisa berkumunikasi dengan orang yang sudah paham. Jangan malu untuk bertanya, sehingga pertukaran ide terus berjalan dan yang pintar semakin cerdas, begitu pula yang belum mengerti tidak terperosok terlalu jauh. Semua bisa menjadi seimbang dan saling membantu dalam memecahkan masalah “kegagalan” dalam belajar.
6. Jangan Belajar Menjelang Ujian Saja
Inilah sebuah doktrin yang saya rasa sangat keliru, "kamu harus belajar sungguh-sungguh, besok ada ujian." Kira-kira teman-teman sudah mendengar ocehan yang seperti itu? Ini adalah kesalahan, sebenarnya ketika akan ujian itu kita gunakan untuk merehat otak sekejap, justru pas hari-hari sekolah biasalah kita harus sungguh-sungguh. Sistem KS (kebut semalam) sangat merusak cara berpikir kita, karena hanya akan menimbulkan ketertekanan bukan pengetahuan, yang ada hanya menambah panik saja. Kalau sudah demikian tak jarang akhirnya muncul kecurangan dalam ujian, demi mengejar nilai dalam raport.
Ingatlah tujuan utama kita sekolah adalah untuk mencari ilmu pengetahuan, bukan hanya menerima "Cara Untuk Memperoleh Nilai yang Baik" saja. Nilai tidak akan bisa mencerminkan kualitas seseorang, lihatlah kenyataannya. Tidak masalah kita ada di peringkat berapapun, yang terpenting ialah kejujuran dan belajar dengan sungguh-sungguh. Yakinlah bahwa ilmu bukan sekedar coretan nilai dalam raport.
7. Jika Anda Menemui Hambatan dalam Belajar
Bertemanlah dengan orang-orang yang pantang menyerah dan berjiwa besar dalam mengatasi hambatan dirinya. Belajarlah dari kisah-kisah orang-orang sukses, dan belajarlah dari kegagalan. Anda harus kembali fokus pada tekad dan tujuan anda. Teriakkan tujuan anda berulang kali ketika keraguan dan ketakutan menghampiri anda. Ingatlah bila anda menyerah anda harus memulai berjuang dari awal, dan itu kondisi yang lebih buruk daripada meneruskan perjuangan. Yakinlah bahwa semua hambatan akan berlalu. Dan anda akan mengenang peristiwa itu sebagai dongeng yang indah.
8. Sabar dan Berdoalah
Coba perhatikan cerita Ibnu Sina berikut: “Aku pulang ke rumah pada malam hari lalu mendekatkan lampu ke hadapanku dan sibuk membaca dan menulis. Apabila terasa sangat ngantuk atau lelah, aku minum segelas air putih dan mengambil wudlu agar terasa segar, lalu kembali melanjutkan bacaanku.” Salah satu asas mencari ilmu adalah dengan belajar dan bersifat sabar dengan selalu menjaga hati berlaku ikhlas. Dan jangan lupa berdoa, ini sangat penting tapi sering dilupakan. Bukankah Allah itu dekat, lebih dekat daripada urat leher kita. Katakanlah, ceritakanlah, dan berdoalah kepada-Nya. “Berdolah karena Allah akan memeluk doa dan mimpi-mimpimu.”
Epilog
Sebagai penutup, ini ada quote yang bagus “Seseorang, meskipun terlahir dari orang tua miskin, pekerjaan rendahan, tidak terkenal, ketika dia memiliki ilmu pengetahuan yang baik, derajatnya akan ditinggikan beberapa tingkat. Bukan soal kedudukan, harta kekayaan, pekerjaan, ukuran duniawi seperti itu. Melainkan ilmu yang bermanfaat bagi kehidupan. Karena belajar itu hakikatnya sehari untuk kebahagiaan seumur hidup.”
Ingatlah, tidak ada sesuatu kesuksesan yang mustahil untuk diraih. Kamu hanya perlu mengatur waktu terbaik untuk belajar dan bertekad untuk meraihnya. Yakinlah jika orang lain bisa kenapa kamu tidak? Yang dibutuhkan sekarang hanyalah kemauan untuk sukses.
Demikianlah catatan motivasi sederhana tentang tipe-tipe pembelajar yang saya klasifikasikan berdasarkan analogi gelas, dan cara belajar yang efektif dan efisien. Maka “Belajarlah ketika orang lain sedang bermain, bekerjalah ketika orang lain sedang bermalasan, dan berjalanlah ketika orang lain sedang berdiam diri.” Dan ucapkan pada dirimu sendiri selamat datang kesuksesan.
Semoga Bermanfaat “Man Jadda Wajada”
(ded/ded)