Jakarta, CNN Indonesia -- Pernahkah kalian menonton sebuah pertunjukkan
stand-up comedy? Kalian yang menyukai genre komedi ini pasti terkagum dengan bagaimana mereka dengan lancarnya menyampaikan materi
jokes mereka.
Stand up comedy yang kita kenal seperti sekarang sudah mulai berkembang sejak tahun 1950-an di Amerika Serikat.
Stand up comedy juga telah berkembang dari banyak menggunakan
slapstick hingga lebih banyak menggunakan verbal, dari gaya
storytelling hingga yang lebih modern dengan gaya penyampaian yang lebih personal.
Ramon Papana, dalam bukunya yang berjudul “Buku Besar Stand Up Comedy Indonesia” menuturkan bahwa ia sudah mulai memperkenalkan
stand-up comedy sejak tahun 90-an. Namun saat itu bisa dibilang
stand-up comedy masih sangat sepi peminat. Maklum, ia membawa
stand-up comedy yang original dari Amerika dengan segala kultur dan pengaruhnya. Hal tersebutlah yang mungkin menjadi penyebab sepinya peminat
stand-up comedy pada dekade tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perbedaan kultur komedi yang terpengaruh secara luas oleh kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dengan Amerika membuat selera humor mereka pun berbeda. Itu sebabnya Ramon harus memutar otak meracik sedemikian rupa
stand-up comedy sehingga bisa cocok dan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.
Stand up comedy di Indonesia yang kita kenal sekarang pun bukan gaya
stand-up comedy seperti di negara asalnya. Hal tersebut adalah hasil pengembangan dan penyesuaian dengan budaya masyarakat yang ada. Di samping itu, Indonesia masih belum bisa lepas dari komedi tradisional seperti ludruk dan lenong. Sehingga bahkan
stand-up comedy pun terpengaruh hal tersebut.
Di Indonesia masih banyak yang menyalah artikan
stand-up comedy sebagai lawak tunggal, karena formatnya yang berupa
one man show. Padahal menurut Ramon juga,
stand-up comedy sangat berbeda dengan lawak tunggal yang masih kental dengan
slapstick karena terpengaruh budaya komedi tradisional itu tadi.
Menurut Ramon,
stand-up comedy adalah hal yang serius. Segala materi yang disampaikan oleh para komika (sebutan para
stand-up comedian) sudah ditulis secara rapi dan dipersiapkan sedemikian rupa. Komika yang akan tampil pun harus melatih terlebih dahulu materi yang akan mereka sampaikan.
Stand-up comedy sendiri berkaitan dengan seni berbicara di depan publik atau retorika. Komika yang tampil di atas panggung harus mampu ‘menguasai’ audiensnya dengan materi yang ia sampaikan. Selain dengan materi, menurut penyampaian adalah hal yang sangat penting dalam melakukan
stand-up comedy. Pasalnya sebuah materi
jokes yang bagus akan terbuang sia-sia jika penyampaian atau
delivery yang dilakukan oleh setiap komika tidak baik.
Bahkan pada salah satu ajang
stand-up comedy di sebuah televisi swasta, Indro (Warkop) pernah menyatakan bahwa komedi, termasuk
stand-up comedy adalah sebuah hal yang sangat serius. Itu berangkat dari pernyataan Ramon bahwa setiap komika harus mempersiapkan materi
jokes-nya dengan sangat baik.
Terkait dengan
public speaking, kemampuan melalukan
stand-up comedy bukanlah sesuatu yang akan didapatkan secara instan. Kita harus melakukan latihan dengan baik untuk mampu berbicara di depan. Demam panggung adalah musuh utama bagi seseorang yang baru akan tampil berbicara di depan umum. Terlebih lagi bagi seorang komika, karena mereka memikul dua beban sekaligus, yaitu beban ditatap penonton dan beban menyampaikan sesuatu agar terkesan lucu.
Banyak yang beranggapan bahwa menjadi
stand up comedian adalah hal yang mudah karena kita ‘tinggal berbicara lucu’ di depan penonton dan semuanya selesai. Tapi nyatanya tidak seperti itu, banyak yang harus diperhatikan oleh para komika dalam mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang
stand up comedian profesional. Bahkan mungkin
stand-up comedy adalah genre komedi yang paling sulit untuk disampaikan.
Segala faktor harus kita persiapkan mulai dari faktor mental dalam menulis, mencatat, dan membaca keadaan. Kebiasaan menulis ini menurut Ramon sangat penting dalam melatih seorang komika mempersiapkan sebuah bahan
jokes yang matang. Seorang komika profesional yang terlihat seperti melakukan improvisasi pun sebenarnya sudah menulis dan mempersiapkan
jokes mereka dengan sangat matang. Mereka juga melalui berbagai latihan intensif tentunya.
Kini,
stand-up comedy adalah sebuah aset jagat hiburan di tanah air. Banyak orang yang ingin menjadi seorang komika karena peluang tampil yang sangat tinggi karena sangat banyak pihak yang menampilkan
stand-up comedy mulai dari kafe hingga stasiun televisi. Hal tersebut menunjukkan
booming-nya genre komedi tersebut sebagai sebuah profesi di dunia hiburan.
Tak ada salahnya jika kita berlatih menjadi seorang komika. Kalaupun kita gagal menjadi seorang komika profesional, setidaknya kita dapat menggunakan kemampuan kita untuk menghibur orang-orang terdekat seperti teman, keluarga, dan pasangan. Selain itu, dengan melatih kemampuan kita dalam ber-s
tand-up comedy, kita juga secara tidak langsung melatih kepercayaan diri kita berbicara di muka umum.
Kemampuan komunikasi semacam ini sangat diperlukan di era modern, pasalnya selain berkaitan dengan dunia hiburan, orang yang pandai berbicara umum akan banyak mendapatkan peluang pekerjaan di berbagai tempat.
(ded/ded)