Stand Up Comedy: Tawa Bukan Sekadar Canda

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 05 Jan 2017 17:07 WIB
Mengenal lebih dekat genre stand-up comedy dalam dunia komedi di Indonesia. Apa bedanya dengan komedi di negara asalnya?
Foto: james steidl/Thinkstock
Jakarta, CNN Indonesia -- Pernahkah kalian menonton sebuah pertunjukkan stand-up comedy? Kalian yang menyukai genre komedi ini pasti terkagum dengan bagaimana mereka dengan lancarnya menyampaikan materi jokes mereka.

Stand up comedy yang kita kenal seperti sekarang sudah mulai berkembang sejak tahun 1950-an di Amerika Serikat. Stand up comedy juga telah berkembang dari banyak menggunakan slapstick hingga lebih banyak menggunakan verbal, dari gaya storytelling hingga yang lebih modern dengan gaya penyampaian yang lebih personal.

Ramon Papana, dalam bukunya yang berjudul “Buku Besar Stand Up Comedy Indonesia” menuturkan bahwa ia sudah mulai memperkenalkan stand-up comedy sejak tahun 90-an. Namun saat itu bisa dibilang stand-up comedy masih sangat sepi peminat. Maklum, ia membawa stand-up comedy yang original dari Amerika dengan segala kultur dan pengaruhnya. Hal tersebutlah yang mungkin menjadi penyebab sepinya peminat stand-up comedy pada dekade tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Perbedaan kultur komedi yang terpengaruh secara luas oleh kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia dengan Amerika membuat selera humor mereka pun berbeda. Itu sebabnya Ramon harus memutar otak meracik sedemikian rupa stand-up comedy sehingga bisa cocok dan dapat diterima oleh masyarakat Indonesia.

Stand up comedy di Indonesia yang kita kenal sekarang pun bukan gaya stand-up comedy seperti di negara asalnya. Hal tersebut adalah hasil pengembangan dan penyesuaian dengan budaya masyarakat yang ada. Di samping itu, Indonesia masih belum bisa lepas dari komedi tradisional seperti ludruk dan lenong. Sehingga bahkan stand-up comedy pun terpengaruh hal tersebut.

Di Indonesia masih banyak yang menyalah artikan stand-up comedy sebagai lawak tunggal, karena formatnya yang berupa one man show. Padahal menurut Ramon juga, stand-up comedy sangat berbeda dengan lawak tunggal yang masih kental dengan slapstick karena terpengaruh budaya komedi tradisional itu tadi.

Menurut Ramon, stand-up comedy adalah hal yang serius. Segala materi yang disampaikan oleh para komika (sebutan para stand-up comedian) sudah ditulis secara rapi dan dipersiapkan sedemikian rupa. Komika yang akan tampil pun harus melatih terlebih dahulu materi yang akan mereka sampaikan.

Stand-up comedy sendiri berkaitan dengan seni berbicara di depan publik atau retorika. Komika yang tampil di atas panggung harus mampu ‘menguasai’ audiensnya dengan materi yang ia sampaikan. Selain dengan materi, menurut penyampaian adalah hal yang sangat penting dalam melakukan stand-up comedy. Pasalnya sebuah materi jokes yang bagus akan terbuang sia-sia jika penyampaian atau delivery yang dilakukan oleh setiap komika tidak baik.

Bahkan pada salah satu ajang stand-up comedy di sebuah televisi swasta, Indro (Warkop) pernah menyatakan bahwa komedi, termasuk stand-up comedy adalah sebuah hal yang sangat serius. Itu berangkat dari pernyataan Ramon bahwa setiap komika harus mempersiapkan materi jokes-nya dengan sangat baik.

Terkait dengan public speaking, kemampuan melalukan stand-up comedy bukanlah sesuatu yang akan didapatkan secara instan. Kita harus melakukan latihan dengan baik untuk mampu berbicara di depan. Demam panggung adalah musuh utama bagi seseorang yang baru akan tampil berbicara di depan umum. Terlebih lagi bagi seorang komika, karena mereka memikul dua beban sekaligus, yaitu beban ditatap penonton dan beban menyampaikan sesuatu agar terkesan lucu.

Banyak yang beranggapan bahwa menjadi stand up comedian adalah hal yang mudah karena kita ‘tinggal berbicara lucu’ di depan penonton dan semuanya selesai. Tapi nyatanya tidak seperti itu, banyak yang harus diperhatikan oleh para komika dalam mempersiapkan dirinya untuk menjadi seorang stand up comedian profesional. Bahkan mungkin stand-up comedy adalah genre komedi yang paling sulit untuk disampaikan.

Segala faktor harus kita persiapkan mulai dari faktor mental dalam menulis, mencatat, dan membaca keadaan. Kebiasaan menulis ini menurut Ramon sangat penting dalam melatih seorang komika mempersiapkan sebuah bahan jokes yang matang. Seorang komika profesional yang terlihat seperti melakukan improvisasi pun sebenarnya sudah menulis dan mempersiapkan jokes mereka dengan sangat matang. Mereka juga melalui berbagai latihan intensif tentunya.

Kini, stand-up comedy adalah sebuah aset jagat hiburan di tanah air. Banyak orang yang ingin menjadi seorang komika karena peluang tampil yang sangat tinggi karena sangat banyak pihak yang menampilkan stand-up comedy mulai dari kafe hingga stasiun televisi. Hal tersebut menunjukkan booming-nya genre komedi tersebut sebagai sebuah profesi di dunia hiburan.

Tak ada salahnya jika kita berlatih menjadi seorang komika. Kalaupun kita gagal menjadi seorang komika profesional, setidaknya kita dapat menggunakan kemampuan kita untuk menghibur orang-orang terdekat seperti teman, keluarga, dan pasangan. Selain itu, dengan melatih kemampuan kita dalam ber-stand-up comedy, kita juga secara tidak langsung melatih kepercayaan diri kita berbicara di muka umum.

Kemampuan komunikasi semacam ini sangat diperlukan di era modern, pasalnya selain berkaitan dengan dunia hiburan, orang yang pandai berbicara umum akan banyak mendapatkan peluang pekerjaan di berbagai tempat. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER