Jakarta, CNN Indonesia -- Tjoet Nja' Dhien (1848-1908), salah satu tokoh pejuang wanita terkemuka, memberi keteladanan cintanya. Menuju hutan-hutan mengibarkan jiwa patriotisme, mengobarkan keinginannya untuk menghentikan jajahan atas haknya untuk tetap merdeka membangun negerinya.
Menancapkan kukunya rencong keberanian dalam kesederhanaan perlawanan menegakkan keadilan gigih perlawanan menggusur koloni Hindia Belanda. Tjoet Nja' Dhien, tak sempat menyaksikan kibaran bendera nusantara di negerinya.
Cinta kepada negeri tak perlu membuat berhala setinggi gedung pencakar langit, berslogan aklamasi kamuflase bendera warna-warni seluas lapangan bola.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lakukan saja dengan kerja dalam sebuah kewajaran estetis, perduli pada kesetaraan, bersama menuju gugusan mega-mega indah dikultur ilmu pengetahuan, membasmi budaya kuitansi kosong atau “Jangan lupa transfer ya kalau proyeknya sudah berhasil…” Kalimat bergincu tebal melenggok di kepalsuan.
Tradisi nusantara, senantiasa mengajarkan kesantunan, baik dan benar. Jika memang beriman jangan jadi pengkhianat cinta negeri indah ini, terlibat budaya koruptif, ngumpet di gorong-gorong elitisme gaya hidup bunglon bermuslihat pengecut amoral.
Tradisi nusantara, senantiasa memberi keteladanan, sejak bayi dalam kandungan, dalam upacara adat istiadat, doa bunda dan ayah, sanak famili dalam kenduri persaudaraan tradisi multi kultur setempat, salah satu elemen dasar penguat konstitusi Indonesia.
Film Tjoet Nja' Dhien, epos sejarah Indonesia produksi 1988, sutradara Eros Djarot, pemenang Piala Citra film terbaik, salah satu film penting setelah November 1828, di sutradarai Teguh Karya.
Dua film itu memiliki akar kekuatan sejarah nusantara, sangat baik dijadikan film pelajaran keteladanan untuk negeri bagi pelajar Indonesia, diperbanyak dalam bentuk compact disc (CD) oleh pemerintah dibagikan gratis ke perpustakaan sekolah-sekolah. Biayanya tetap lebih murah dibandingkan uang triliunan rupiah dicuri kaum koruptor.
Dunia pendidikan Indonesia perlu percepatan generasi, pengayoman langsung aturan baik dan benar dari pemerintah. Tak ada lagi pemuda berprestasi pengharum nama Indonesia diajang sains internasional, peraih mendali emas, Syaits Asyam (19), telah wafat di Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta, Sabtu (21/1), dan dua rekannya Ilham Nurfadmi Listia Adi (19), di RS Bethesda, Senin (23/1) dini hari.
Ketiganya wafat akibat ulah seniornya, kasus Mapala-Universitas Islam Indonesia (UII). Seharusnya, kewajiban para senior terkait kasus itu melindungi adik-adiknya, bukan malah sebaliknya. Doa cinta dan kasih sayang untuk ketiga pelajar muda Indonesia tersebut, semoga surga terbik untuk ketiganya. (CNN Indonesia Rabu, 25/01/2017 11:08 WIB).
Tjoet Nja' Dhien, telah wafat pada 1908, di makamkan di Gunung Puyuh Sumedang Jawa Barat. Kepahlawanannya telah dicatat sejarah Indonesia sebagai salah satu pejuang wanita terkemuka. Namanya diabadikan menjadi nama Bandar Udara Aceh, Nagan Raya di Meulaboh.
Jika menengok sejarah negeri tercinta ini, ada banyak pahlawan pemberi keteladan kepada Nusantara. Tjoet Nja' Dhien, telah menjadi pahlawan negerinya. Doa kami bagimu pahlawan
Menghormati para pejuang pahlawan Indonesia, pengabdian ikhlasnya pada negeri tercinta ini, takkan terbayar hutang darah di badan. Maka tak sepantasnyalah jika pelaku korupsi diberi remisi atau diberi keringanan hukuman dengan alasan apapun atau atas nama Hak Asasi Manusia (HAM) sekalipun.
Bagaimana dengan nasib pencuri kecil atau begal motor, babak belur dihakimi massa, bahkan mati dibakar massa, apakah pencuri dan begal itu tak berhak mendapat perlindungan hukum dan HAM. Jika koruptor saja masih girang melenggang, hanya mendapat hukuman penjara ringan saja berdasarkan junto pasal-pasal.
Pelaku korupsi adalah kejahatan kelompok pencuri hak generasi. Mereka kejam loh, sekejam mafia bandar narkoba dan pembalakan hutan Indonesia, bahkan lebih kejam dari komodo pencabik daging kerbau. Bisakan ya, Indonesia lebih tegas lagi menghadapi kelompok kriminal itu.
Siapa merugikan siapa. Siapa mencuri untuk siapa. Siapa gratifikasi untuk apa dan siapa. Di mana junjungan kepentingan hak atas rakyat dan negeri indah tercinta ini.
Benarkah telah terjadi lagi ketangkap tangan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seorang hakim Mahkamah Konstitusi (MK) Lembaga Tinggi Negara setara Mahkamah Agung. (CNN Indonesia Jumat, 27/01/2017 13:26 WIB).
Jika benar begitu alangkah pedihnya luka Indonesia. Halo! Maju terus para pemimpin negeri menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), rakyatmu tak akan tinggal diam.
Siapapun, mencederai Indonesia basmi tanpa pandang bulu dan jangan pernah mundur selangkahpun. Tetap santun dalam doa. Semangat! Terus gempur para pencuri hak rakyat itu.
Tjoet Nja' Dhien, telah memberi cintanya bagai sulaman indah renda-renda sejarah. Siapa mewarisi keteladan mental dan fisik telah ditempa menjadi mozaik-mozaik di keabadian. Menjadi cermin bagimu negeri di pulau-pulau mutiara harapan.
Kembali tafakur dalam kebijaksanaan para pahlawan negeri Nusantara. Bergerak bagai gelombang lautan. Serentak di dalam rasa syukur doa-doa para pahlawan. Salam Indonesia Unit.
(ded/ded)