Yogyakarta, CNN Indonesia -- Puisi
Truntum karya Siska Yuniati menjadi salah satu puisi pilihan yang dapat dibacakan peserta dalam lomba baca puisi Festival Sastra Universitas Gadjah Mada. Lomba yang dijadwalkan digelar 17-30 April 2017 itu akan diikuti oleh pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum dari seluruh Indonesia.
"
Truntum adalah puisi yang menceritakan kisah cinta Pakubuwana III - Ratu Kencana. Kisah pemimpin Kasunanan Surakarta ini kemudian melahirkan motif batik truntum yang melambangkan kesetiaan," ujar Siska Yuniati ketika dihubungi.
Masih menurut Siska, motif truntum masih sering digunakan saat ini, khususnya pada upacara pernikahan tradisional Jawa.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Siska Yuniati adalah guru bahasa di MTs Negeri 3 Bantul. Di sela kesibukan mengajar, Siska menyempatkan diri menulis. Tulisan-tulisannya telah diterbitkan di media massa dalam bentuk buku, serta memenangkan berbagai perlombaan.
Truntum adalah karya yang menjadi pemenang pertama dalam lomba cipta puisi kategori Umum pada Festival Sastra UGM 2016 lalu.
Sebagai puisi pilihan,
Truntum menjadi salah satu puisi yang dapat dipilih peserta untuk dibacakan dalam Lomba Baca Puisi Festival Sastra UGM 2017. Selain puisi karya Siska Yuniati, ada pula puisi karya Mohamad Fajar Ramadan, Kidung Panglipur, Ryanka Edila, Ahmad Ijazi, serta karya Daviat Ul Umam, yang juga menjadi pemenang pada kategori dan/atau tahun kompetisi berbeda.
Berikut petikan puisi "Truntum" karya Siska Yuniati.
TRUNTUM
Oleh Siska Yuniati
Ungu menunggu di kamar kalbu, jingga
singgah menelikung wajah, garis lengkung
mengalir tawa gadis kampung
Malam beku, canting mematri layu pendar
lintang di langit kuyu
Rinduku bergelut sepi dan kepulanganmu
pagi ini, di sebalik harem putih yang sunyi
Berulang, kuteduh pandang sebagai bakti
tak ingin kugores luka di wajahmu walau setitik
meski dari rahim kerontang
menunggu orok tak kunjung datang
Tegaplah kanda, ambil dia yang terpilih
untuk kau sanding tanpa ku menjadi tersisih
tak akan kuanggap ia lawan tanding
apalagi pesaing dari negeri asing
Kedatangannya adalah penawar dahaga
cinta kita sejak awal bersua, biarlah anak-anak
lahir dari rahimnya agar cerita negeri ini terus berjejak
Usah kau resah dengan mataku yang memerah
tetes air ini adalah laku pasrah usai tetirah
menjalani takdir Sang Maha Mirah
kiranya kita diberi berkah
Lihatlah kanda, lihatlah
telah kulabuh segala gundah
dalam kain hitam bertabur bintang, terang meski tanpa bulan
kusemat garuda di antaranya
tuk kepakkan sayap menerjang rintang
Pergilah kanda, pergilah
aku truntum, permaisuri agung, memangku titah raja
Bantul, Mei 2016
Bagaimana, tertarik untuk membacakan puisi tersebut dalam Festival Sastra UGM 2017? Silakan periksa persyaratannya di blog panitia,
https://festivalsastraugm.blogspot.co.id.