Apa Jadinya Kalau Kamu Berani Mengeluarkan Pendapat

CNN Indonesia
Senin, 10 Apr 2017 11:18 WIB
Pernahkah kita takut mengeluarkan pendapat saat berdiskusi dengan teman? Pernahkah kita takut menjawab pertanyaan guru?
Foto: Dok. Hupron Fadila
Jakarta, CNN Indonesia -- Pernahkah kita takut mengeluarkan pendapat saat berdiskusi dengan teman? Pernahkah kita takut menjawab pertanyaan saat guru mengajar di dalam kelas ? Atau pernahkah kita takut mengeluarkan pendapat di media sosial ?

Saya yakin kita semua pasti akan mengalami ketakutan tersebut. Kita takut berpendapat karena kita menganggap pendapat kita salah. Sehingga akan jadi bahan lelucon dan tertawaan, lebih-lebih harga diri kita direndahkan.

Tetapi mengapa takut untuk berpendapat? Kalau kita percaya bahwa pendapat kita benar dan sudah diperhitungkan dengan logis dan matang. Toh soal benar dan salahnya masih bisa diperbaiki.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Jangan takut saat pendapat kita bertentangan dengan teman, guru atau kebanyakan orang banyak. Karena lebih baik memiliki pendapat berdasarkan keyakinan dan pembelajaran yang sudah dilalui, daripada hanya menjadi seorang pengekor yang mengikuti pendapat orang lain tanpa didasarkan keyakinan dan pembelajaran.

Kita pun harus tetap bersedia untuk mengakui pendapat kita salah dan mengubahnya selagi ada pendapat orang lain yang lebih kuat alasannya. Jika kita berani berpendapat maka kita juga harus berani mengakui kalau kita salah, dan berani mengubahnya. Tidak perlu malu atau merasa gengsi saat pendapat kita salah. Karena yang di utamakan dalam berpendapat adalah kebenaran, maka kita harus berpegang teguh terhadap kebenaran itu.

Ada sebuah pepatah yang mengatakan takut gagal adalah gagal yang sejati, takut mati adalah mati sebelum mati. Ya seperti itulah orang yang takut berpendapat, ia akan selamanya terkurung dalam ketakutan sehingga membuatnya menjadi orang yang penakut.

Beranikan Diri untuk Berpendapat
Kita bisa belajar dari Bung Karno yang pada usia 16 tahun sudah berani berpendapat di depan publik. Dalam buku Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia, diceritakan saat di Studiesclub HBS, Direktur HBS, Tuan Bot mengatakan, “Adalah menjadi keharusan bagi generasi kita untuk mengusai betul bahasa Belanda.. SETUJU!. Pada saat itu hampir semua orang berkata setuju, kecuali Soekarno.

Tiba-tiba Soekarno meloncat ke atas meja dan berkata keras, “Tidak. Saya tidak setuju!” Semua peserta Studiesclub kaget dan terheran-heran melihat aksi Soekarno. Saat itu Soekarno pun memulai pidato pertamanya.

“Tanah kebanggaan kita ini dulu pernah bernama Nusantara. Nusa berarti pulau, Antara berarti diantara. Nusantara berarti ribuan pulau-pulau, dan banyak di antara pulau-pulai ini yang lebih besar daripada seluruh negeri Belanda. Jumlah penduduk negeri Belanda hanya segelintir jika dibandingkan dengan penduduk kita. Bahasa Belanda hanya dipergunakan oleh enam juta manusia.”

“Mengapa suatu negeri kecil yang terletak disebelah sana dari dunia ini mengusai suatu bangsa yang dahulu pernah begitu perkasa, sehingga dapat mengalahkan Kublai Khan yang kuat itu?”

“Saya berpendapat, bahwa yang pertama-tama harus kita kuasai adalah bahasa kita sendiri. Marilah kita bersatu sekarang untuk mengembangkan bahasa melayu. Kemudian baru menguasai bahasa asing. Dan sebaiknya kita mengambil bahasa Inggris, oleh karena bahasa itu sekarang menjadi bahasa diplomatik.”

“Belanda berkulit putih. Kita sawomatang. Rambung mereka pirang dan keriting. Kita punya lurus dan hitam. Mereka tinggal ribuan kilometer dari sini. Jadi, mengapa kita harus berbicara bahasa Belanda?!”

Ya, itulah keberanian bapak proklamator kita. Beliau bisa menjadi Presiden dan tokoh besar yang namanya disegani di dunia karena keberanian dan kepiawaian berpendapat. Maka bila ingin menjadi orang hebat, jangan jadi orang yang penakut, buka suaramu dan mulailah berpendapat.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER