Tentang 'Bisunya' Mahasiswa Unpad

CNN Indonesia
Selasa, 25 Apr 2017 09:07 WIB
Mahasiswa sudah menjadi kebiasaan tersendiri suka lalu-lalang datang dan pergi. Apa yang terjadi di sekitar, mereka kurang peduli. Mengapa?
Mahasiswa Unpad dalam sebuah aksi di Jakarta. (Foto: Rengga Sancaya/Detikcom)
Jakarta, CNN Indonesia -- Ada pelekat yang menempel di setiap mulut manusia. Berusaha menganga tapi kaku. Bergerak memutar arah jam, maju mundur seperti memarkir, lagi-lagi tak bisa keluar. Bagaikan semut yang bergerombolan mereka seakan membisikan dan membicarakan apapun dengan hening. Andai bisa mengerti “Kok bisa, ah basi, masa?, bodo amat, nggak penting”, mungkin itu yang dibicarakan.

Tempat pendidikan negeri khususnya universitas menjadi salah satu andalan orang-orang untuk melanjutkan ke jenjang tinggi. Universitas Padjadjaran (Unpad) bisa dikatakan salah satu kampus negeri di Jawa Barat yang memiliki banyak peminat, yakni dua kali berturut-turut pada 2014 dan 2015 menempati posisi pertama kampus yang banyak diminati.

Mahasiswa sudah menjadi kebiasaan tersendiri suka lalu-lalang datang dan pergi. Setiap orang pada dasarnya suka bercerita, mencari tahu dan mendengar. Keingintahuan tentang suatu peristiwa yang mereka anggap penting tentu saja mereka cari tahu. Gaya hidup, model rambut, penampilan atau pakaian terbaru menjadi kebutuhan informasi utama bagi mereka. Namun tentang apa yang sedang terjadi di kampus hanya sedikit di antara mereka yang tahu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Cuma tahu sedikit sih, kebanyakan enggak tahu, di LINE berteman juga sama akun informasi Unpad, tapi, ya, enggak pernah dibaca. Sekalipun dibaca hanya sekilas dan akhirnya enggak terlalu peduli sama hal itu, ribet,” kata seorang mahasiswa Unpad berinisial IH, ketika ditanya saat hendak pulang kuliah.

Sebagai mahasiswa, anti informasi atau bisa disebut kurang keingintahuan, yang sekarang telah menjadi fenomena sosial sudah seharusnya diamati untuk kemudian dikritisi dan disikapi. Apakah memang keberadaannya wajar dan memang sesuai? Atau menghambat pembangunan dan kemajuan Sumber Daya Manusia (SDM) era reformasi sekarang ini? Karena bahkan wacana isu-isu yang beredar di sekelingnya pun mereka kurang peduli untuk ingin tahu dan mencari tahu, tidak menghendaki kebaikan serta kepedulian orang terhadap lingkungan kampus pada pembentukan karakter generasi terdidik bangsa.

Bagai singa jantan, sebuah tempat pendidikan (kampus) perlu orang-orang yang selalu mendukung serta meningkatkan kualitas secara nyata. Tidak melulu hanya diam tanpa memperdulikan sekitar.

Mahasiswa memang bukan gelar akademik, hanya struktur sosial, yakni kewajiban mahasiswa sebenarnya untuk peduli terhadap lingkungannya. Jika terhadap kampus saja mahasiswa tidak peduli bagaimana dengan bangsa?

Mahasiswa terkooptasi mental jajahan, malas bersuara, malas ambil pusing, menganggap suara mereka tidak didengar. Kualitas inilah yang melemahkan mahasiswa, karena mahasiswa harus punya value tertentu dalam dirinya agar menjadi mahasiswa yang berkualitas dan banyak bersuara, bisa dengan cara mengembangkan softskill dan ikut banyak organisasi. “Mahasiswa bukan takut bersuara, mereka hanya malas, merasa tidak didengar, jadi untuk apa bersuara,” ujar Arif Mulizar, seorang aktivis Unpad.

Pembangunan akan pesat jika mahasiswa menjungjung tinggi solideritas, menyuarakan pendapat, namun bukan saja lewat media sosial, karena terasa tidak cukup ketika mereka hanya berkomentar saja di media sosial. “Kalau mereka punya ide, masalah atau keluhan, ingin aspirasi juga. Ini loh kami menyediakan tempat khusus bisa melalui akun BPM Kema. Tapi lagi-lagi mereka kurang peduli. Hanya berkoar di grup. Hasil nyatanya secara langsung enggak ada. Kalau mereka ingin membuat kampus ini lebih maju, ayok kita saling merangkul. Kalau perlu mengadakan aksi, ayok. Tentu dengan data yang lengkap dan faktual,” ujar Alifya, Ketua BPM Kema Unpad.

Yuk, yang masih punya banyak pertanyaan dan keluh kesah baik tentang akademik, pelayanan, sarana prasarana, dan lain-lain, bisa isi form Jaring Aspirasi yaaa. Isi formnya disini: bit.ly/JasKemaUnpad. Buktikan kepedulianmu kepada Unpad dengan menyampaikan aspirasimu, kapan lagi kalau bukan sekarang?

“Rasa kemanusiaan kita berakhir setelah rasa kepedulian kita abaikan” (anonim)

Postingan seperti di atas muncul di aplikasi akun media sosial LINE peduli Universitas Padjadjaran (Unpad), yang dikelola Badan Pemeriksa Mahasiswa (BPM). Namun lagi-lagi hanya sedikit mahasiswa yang berkomentar pada postingan tersebut. Hanya ada 30 yang menyukai, 48 dibagikan dan satu yang mengomentari. Itupun hanya mengirim stiker mengangkat kedua ibu jari.

“Kalau isu yang beredar saat ini di Unpad saya kurang tahu, untuk OA BPM dan BEM sendiri saya tidak berkontak, karena nggak terlalu penting sih, mending liatin berita penyanyi Charlie Puth. Hehe,” ucap mahasiswa Unpad berinisial SAM.

Padahal dengan kritik dari mahasiswa memungkinkan dampak pembangunan yang begitu besar bagi sebuah universitas. Muhammad Zein Al Faqih, Dosen Hukum serta pengamat politik dan sosial ini mengungkapkan memungkinkan membangun selama berdasarkan data dan fakta, dan untuk perbaikan ia rasa akan dengan kritikan yang dilakukan mahasiswa dapat membangun Unpad.

Alifya berucap kembali berharap mahasiswa bisa saling merangkul secara nyata bukan lagi sekedar berkomentar di media sosial tanpa wujud nyata untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di Unpad. Pria beramput tipis ini pun masih mengusahakan mahasiswa untuk peduli, jika belum peduli juga, ia dan timnya akan terus memberikan informasi isu-isu agar mahasiswa gelisah dan ingin tahu.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER