Sejak Zaman Purba Indonesia adalah Wilayah Persebaran Budaya

CNN Indonesia
Rabu, 24 Mei 2017 17:54 WIB
Posisi geografis Nusantara sejak zaman purba telah menjadikannya sebagai kawasan persentuhan dan persebaran budaya. Selalu ada kaitan dengan wilayah sekitar.
Seminar Nasional Pendidikan dan Kebudayaan 2017 di Jakarta, Selasa (23/5). (Foto: Dok. ACDP Indonesia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Posisi geografis Nusantara ini sejak zaman purba telah menjadikannya sebagai kawasan persentuhan dan persebaran budaya. Kepulauan nusantara cenderung mempunyai keterkaitan dengan wilayah sekitarnya, baik Asia Tenggara daratan, kepulauan, Australia, maupun wilayah Pasifik bagian barat.

Begitulah salah satu poin paparan Prof. Ris. Dr. Bagyo Prasetyo, arkeolog prasejarah dari Pusat Arkeologi Nasional dalam Seminar Nasional Pendidikan dan Kebudayaan di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta, Selasa (23/5) kemarin.’

Prof.Bagyo menjelaskan, gelombang masuk migrasi manusia telah masuk ke nusantara dari berbagai arah. Pada 4.000 tahun lalu terjadi migrasi besar-besaran manusia yang disebut penutur Austronesia. Menurut penelitian, kelompok manusia ini diduga telah menguasai lebih dari setengah belahan bumi pada masa itu, dari Formosa sampai ke Indonesia, di belahan utara dan selatan, serta Madagaskar sampai Oseania di barat dan timur.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kelompok penutur tersebut kemudian membawa perubahan besar dalam pola kehidupan manusia di nusantara. Mereka mulai hidup menetap dengan membentuk perkampungan, bercocok tanam, melakukan domestikasi hewan, memperkenalkan inovasi-inovasi teknologi seperti beliung persegi, menciptakan pembuatan tembikar, serta mempopulerkan teknologi pelayaran.

Menjelang Masehi, terjadi perkembangan budaya dan teknologi pembuatan logam, yang dikenal sebagai zaman logam awal atau Paleometalik. “Bukti-bukti tertua temuan artefak besi dan perunggu di Indonesia menunjukkan bahwa masa ini terjadi pada sekitar 500 SM dan kebudayaan tersebut kerap dihubungkan dengan kebudayaan Dongson, di Vietnam Utara,” kata Prof. Bagyo.

Penghuni wilayah Asia Tenggara pada saat itu juga sudah terlibat dalam sistem perdagangan global. Ini akibat meningkatnya kebutuhan barang yang memiliki nilai prestise di kalangan elite di Mediterania, India, dan China, akibat tidak stabilnya situasi politik di Jalur Sutera di Asia Tengah. Interaksi ini mengantarkan nusantara ke dalam jaringan pertukaran global kawasan Asia dan bahkan Eropa.

Karakter kebinekaan dan kenusantaraan Indonesia merupakan proses panjang sebagai hasil warisan budaya, pemikiran, dan perilaku nenek moyang, yang menjadi akar peradaban Indonesia.

Arkeolog senior, Prof. Dr. Harry Truman Simanjuntak pernah mengatakan, nilai- nilai luhur yang menjadi karakter kenusantaraan antara lain adalah kekayaan pemikiran dan wawasan pengetahuan, kemampuan adaptasi dan memelihara kearifan lingkungan, keuletan, keunggulan, keberanian, memiliki cita rasa keindahan, kebersamaan atau gotong royong, keterbukaan dan kesiapan merespons, serta kepiawaian dalam mengelola pengaruh asing.

Adapun J.L.A Brandes (1889) mantan Kepala Puslit Arkenas di era kolonial Belanda, tahun 1901-1905, yang juga seorang filolog, mengamati terdapat 10 karakter budaya manusia Indonesia sebelum kedatangan pengaruh Hindu, yakni: pemerintahan yang teratur, wayang, gamelan, batik, teknologi logam dan pelayaran, irigasi, mata uang, metric atau ukuran, dan astronomi.

TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER