Kunjungi Museum, Jangan Melupakan Sejarah

CNN Indonesia
Jumat, 02 Jun 2017 17:08 WIB
Di Indonesia, khususnya Kota Bandung, ada banyak museum. Tapi minat orang berkunjung ke museum masih rendah. Mengapa?
Museum Sri Baduga Bandung (commons.wikimedia.org/Rochelimit)
Bandung, CNN Indonesia -- Siang itu, lalu lintas di sekitaran Jalan BKR sedang ramai dipadati kendaraan bermotor dan para pejalan kaki yang berlalu lalang. Tetapi hanya sedikit warga yang menuju sebuah bangunan yang berseberangan dengan monumen Bandung Lautan Api. Museum Sri Baduga.

Bangunan berbentuk rumah adat Jawa Barat tersebut sudah berdiri sejak tahun 1974, tetapi baru diremikan enam tahun kemudian oleh Daoed Joesoef, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan pada saat itu. Nama museum tersebut diambil dari nama raja Sunda sekitar abad ke-16, yaitu Sri Baduga Maharaja Ratu Haji I Pakwa Pajajaran Sri Ratu Dewata. Nama museum tersebut ditetapkan melalui Kepmendikbud nomor 02223/0/1990 tepat pada tanggal 4 April 1990.

Pemandangan berbeda ketika ada serombongan anak yang didampingi guru mereka berbondong-bondong turun dari angkutan kota, yang membawanya ke museum. Suara mereka seakan menjadi pemecah keheningan di museum Sri Baduga, mereka tampak bersemangat untuk megetahui tempat apa yang sedang mereka kunjungi.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ternyata mereka adalah rombongan dari Taman Kanak-Kanak (TK) Little Muslim asal Bojongsoang Bandung yang sedang melakukan kunjungan tematik dengan tema I Love My Country yang bertujuan untuk memperkenalkan budaya dari negara sendiri.

Dewi Mulyani selaku kepala sekolah TK Little Muslim mengatakan tujuan rombongan mereka adalah untuk memberikan sebuah pembelajaran kepada anak usia dini harus dengan tindak nyata.

"Sebelum para anak-anak belajar yang lain, mereka akan diajak kunjungan ke tempat seperti museum untuk memperkenalkan budaya negara sendiri, terutama kebudayaan Sunda," ujarnya.

Ketika ditanya mengapa memilih Museum Sri Baduga untuk dikunjungi, ia menjawab sambil tersenyum kecil. “Saya rasa di sini sudah cukup lengkap dan mudah-mudahan hasil kunjungannya bermanfaat bagi anak-anak.”

Museum Sri Baduga didirikan untuk meningkatan daya apresiasi masyarakat teradap museum, kebudayaan, dan sejarah Jawa Barat. Museum ini mempunyai lebih dari 6000 koleksi peninggalan sejarah yang diklasifikasikan ke dalam sepuluh kelompok dan ditempatkan di tiga lantai yang berbeda.

Lantai satu berisikan koleksi sejarah alam dan budaya Jawa Barat dari zaman prasejarah. Di lantai dua membahas tentang penyebaran dari berbagai agama seperti Islam, Kristen, dan Kong Hu Cu. Selain itu, di lantai dua juga ada koleksi yang meggambarkan sistem pendidikan di Indonesia dan juga perabotan rumah tangga yang digunakan pada zaman dahulu.

Waktu menunjukkan pukul tiga sore. Perlahan para pengunjung mulai melangkahkan kakinya meninggalkan musem. Tak ada lagi suara anak TK yang berlari menuju gurunya untuk bertanya, tak ada lagi pengunjung yang serius memperhatikan deskripsi yang diletakkan pengelelola di depan objek pameran.

Secara fisik sudah secara jelas bahwa Museum Sri Baduga menyimpan begitu banyak kekayaan sejarah. Tetapi hal tersebut tidak sebanding dengan minat masyarakat yang datang untuk mengunjungi museum tersebut.

Rabi, salah satu pengunjung asal Majalaya Jawa Barat, berpendapat mengenai kurangnya kepekaan generasi muda terhadap sejarah negaranya dan juga terhadap museum. “Anak muda zaman sekarang terlalu mengikuti perkembangan zaman dan seakan-akan melupakan perkembangan sejarah dari kebudayaannya sendiri,” ujarnya.

Rabi pun menambahkan sudah seharusnya para masyarakat kota Bandung untuk mengurangi waktunya meramaikan mall-mall karena di Bandung sendiri masih banyak museum.

Pengamat seni Debra H. Yatim mengatakan kebudayaan mengunjungi museum belum tumbuh dalam masyarakat Indonesia meski dua abad telah berlalu. Berbeda halnya dengan di luar negeri. Museum di Indonesia belum menjadi sebuah ruang publik.

Menurut Fathur, pengunjung asal Jakarta, salah satu alasan lain mengapa museum Sri Baduga sepi pengunjung karena kurangnya dekorasi yang menarik, penataan koleksi, dan perawatan ruangan. Hal tersebut menjadi salah satu faktor yang berpengaruh. Jika dibandingkan dengan museum di luar negeri, museum di Indonesia khususnya Sri Baduga masih jauh tertinggal.

“Penataan museum di luar negeri sana lengkap dengan pencahayaan, informasi, dan dekorasi jauh lebih bisa menarik pengunjung," katanya.

Teringat dengan sebuah pidato Presiden Ir Soekarno yang disampaikannya pada saat memperigati Dirgahayu Indonesia ke-21, tahun 1966. Jangan sekali-kali melupakan sejarah. Hal tersebutlah yang seharusnya dilakukan oleh masyarakat Indonesia untuk menjaga kelestarian kebudayaan bangsa dan negara.

Sejalan dengan tujuan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan untuk meningkatkan pendidikan seni dan kebudayaan, menyediakan sarana dan prasarana kesenian serta meningkatkan promosi.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER