Bandung, CNN Indonesia -- Kampus Universitas Padjadjaran (Unpad) Jatinangor memiliki gedung perpustakaan baru pada tahun ajaran 2016/2017. Sejatinya gedung yang dikenal dengan nama gedung Cisral (Center of Information Scientific Resource and Library) ini telah dibuka untuk umum sejak dari semester ganjil tahun ajaran ini. Namun ketika berkunjung ke gedung berbentuk oval ini suasana begitu lengang dan sepi.
Sedikit mahasiswa yang berkunjung ke gedung empat lantai ini, padahal fasilitas yang disediakan cukup mumpuni dan nyaman. Bahkan di ruang baca yang terdapat di lantai empat jumlah pengunjung pun dapat dihitung dengan jari. Petugas perpustakaan pun lebih menyibukkan diri dengan aktivitas lain karena bahkan di beberapa ruangan tidak ada mahasiswa yang berkunjung.
Terkait minat baca, bangsa Indonesia mendapat penilaian kurang mengenakkan dari peneliti asing. Pada 2016, Central Connecticut State University (CCSU) merilis hasil penelitian mereka bertajuk The World’s Most Literate Nation atau urutan negara paling terliterasi di dunia. Penelitian tersebut menempatkan Indonesia di peringkat 60 dari 61 negara dunia yang diteliti. Posisi ini lebih baik dari Botswana (61) dan berada di belakang negara tetangga, Thailand (59).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rendahnya minat baca masyarakat Indonesia terjadi di berbagai lapisan masyarakat, tak terkecuali mahasiswa. Hal ini dirasakan betul oleh Ratu Aprilia Senja, mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi Fikom Unpad. Ia mengisahkan kesedihannya pada kondisi rendahnya minat baca di kalangan mahasiswa. Menurutnya membaca adalah aktivitas penting dan isi otak mahasiswa dapat dilihat dari apa yang dibacanya. Menurut gadis yang gemar membaca majalah Tempo di saat senggangnya ini membaca buku bisa membentuk karakter kepribadian.
“Kurang sih, mungkin kebanyakan mahasiswa baru mau baca kalau benar-benar terpaksa misal tidak boleh masuk kelas kalau belum baca suatu buku. Ini juga terlihat dari sepinya fasilitas baca seperti perpustakaan, kecuali kalau ada tugas atau lagi ngerjain skripsi. Lagi-lagi karena keadaan, bukan kesadaran pribadi,” ujar gadis yang kerap dipanggil Senja tersebut ketika mengomentari rendahnya minat baca di kalangan mahasiswa.
Senja yang kerap mengunjungi Cisral saat senggang mengaku nyaman beraktivitas di gedung tersebut. Ia juga memberikan pandangan pribadinya mengapa Cisral cenderung sepi. “Cisral sepi mungkin karena karena jauh. Maksudnya tidak berada dekat dengan fakultas. Terus mungkin cari referensi lebih lengkap di perpus fakultas,” ungkap Senja yang kala itu memakai kerudung abu-abu.
Berbeda dengan Senja, mahasiswa Ilmu Sejarah FIB Unpad angkatan 2014 Muhammad Maulana Yusuf mengungkapkan caranya pribadi untuk meningkatkan minat baca. Mulanya ia termasuk kategori mahasiswa yang malas membaca dan lebih suka mendengarkan. Akhir-akhir ini ia mulai rajin membaca novel dan buku-buku pengetahuan umum.
Ia ternyata punya alasan khusus mengapa membaca novel menjadi salah satu pilihan untuk meningkatkan minat baca. “Salah seorang sastrawan pernah bicara kalau kamu tidak suka baca maka yang harus kamu lakukan adalah membaca novel. Mengapa novel? Jadi novel itu kan alur cerita, ketika aku membaca awalnya maka aku akan penasaran dengan akhirnya. Hal ini yang membuat aku harus membaca novel sampai akhir,” ungkap pemuda yang akrab dipanggil Ciko Itu.
Sejatinya mahasiswa Unpad memiliki akses yang mudah dalam membeli buku. Di sekitaran Gerbang Lama (Gerlam) Unpad berjejer kios-kios buku yang menjual buku baru dan bekas. Salah satu toko buku gerlam adalah toko buku Kurnia. Hamim selaku penjaga toko buku tersebut mengungkapkan bahwa jumlah pembeli buku tidak dapat disebut tetap setiap saat, namun penjualan antara buku pegangan kuliah dan buku bacaan di luar kuliah seperti novel hampir berimbang. “Di awal semester biasanya penjualan buku pegangan kuliah lebih banyak, namun jika pertengahan semester seperti ini penjualan buku seperti novel juga meningkat,” kata Hamim sembari membereskan buku-buku dagangannya.
Usaha Komunitas Lorong Keresahan tentang rendahnya minat baca di kalangan mahasiswa ini ditangkap oleh sekelompok mahasiswa yang diketuai oleh Fuady, mahasiswa Ilmu Sejarah FIB Unpad angkatan 2013. Bertepatan dengan peringatan G30S/PKI tahun 2015 komunitas ini mulai bergerak untuk menumbuhkan minat baca di kalangan mahasiswa Unpad. Saat peringatan itu komunitas ini berhasil menghadirkan Ilham Aidit (putra D.N Aidit) dan sejumlah tahanan politik untuk berdiskusi.
Eksistensi dari komunitas ini semakin diakui. Puncaknya, dalam peringatan hari HAM sedunia, komunitas ini menggelar pembacaan puisi dan diskusi film di Rengganis Unpad. Komunitas yang mengambil nama Lorong karena kerap berkumpul di lorong kampus ini juga aktif menjalin komunikasi dengan organisasi kemahasiswaan lain.
Komunitas ini rutin menggelar buku-buku bacaan tiap Senin Kamis di sekitaran Bangku Biru (Bangbir) FIB Unpad. Mahasiswa umum dipersilahkan datang untuk sekedar membaca buku atau berdiskusi dengan anggota komunitas ini.
“Rutinitas komunitas Lorong adalah perpustakaan Senin Kamis. Kami ingin bikin pasar dengan menggandeng beberapa komunitas yang berdagang di sini dengan diselingi dengan diskusi. Kami sengaja ingin membuat tandingan kelas biasa agar mahasiswa tertarik datang,” ungkap Fuady dengan bersemangat.
Ketika ditanya pendapatnya mengenai minimnya minat baca di kalangan mahasiswa Fuady berujar bahwa hal itu disebabkan tidak adanya inisiatif mahasiswa untuk membaca buku di luar tugas-tugas perkuliahan. Ia juga berpendapat bahwa mahasiswa zaman sekarang terbatasi oleh kurikulum.
Fuady Sendiri untuk meningkatkan minat baca tidak terpatok pada buku tertentu. “Saya bebas membaca apapun, mau tentang keperawatan atau komunikasi. Saya pikir tidak usah ada patokan. Saya juga selalu baca media, dulu saya sering beli koran namun sekarang saya lebih suka baca koran di tempat teman saya,” ujar Fuad sembari tersenyum.
Bagi Fuady Komunitas Lorong ini merupakan tempat bagi mahasiswa untuk memperoleh pengetahuan yang tidak didapat di perkuliahan, tentunya lewat membaca. Ia yakin bahwa komunitas Lorong ini merupakan aksi untuk memberikan literasi.