Menjaring Dai Muda di UIN Sunan Gunung Djati

CNN Indonesia
Kamis, 22 Jun 2017 13:57 WIB
Ketika mahasiswa program studi pendidikan bahasa Inggris menggelar lomba dai muda.
Lomba Dai Muda dalam acara Islamic Festival 2017 yang diselenggarakan di UIN Sunan Gunung Djati, Bandung, baru-baru ini. (Foto: UGC CNN Student/Lizikri Damar)
Bandung, CNN Indonesia -- “Timbul pertanyaan, bagaimana cara kita bersyukur atas nikmat yang telah Allah berikan?” Demikianlah penggalan kalimat pertanyaan yang dilontarkan Euis Widaningsih, salah satu peserta yang berpartisipasi dalam ronde kedua fase penyisihan lomba Dai Muda yang merupakan satu dari enam cabang lomba yang diadakan dalam acara Islamic Festival 2017 yang diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Prodi Pendidikan Bahasa Inggris (HMP-PBI) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati, Bandung, baru-baru ini. Selain Euis, terdapat pula enam peserta lain yang berkompetisi untuk memperebutkan juara pertama dalam lomba tersebut.

Sebelumnya, ketujuh peserta yang bertarung tersebut dikumpulkan dalam sebuah ruangan untuk mengumpulkan, mempelajari, dan menghafalkan materi yang temanya sudah disiapkan oleh panitia. Waktu yang diberikan untuk para peserta adalah 45 menit. Mereka tampak sangat berkonsentrasi dan tekun mempelajari dan menghafal materi masing-masing walaupun terdapat kebisingan yang berasal dari pentas musik yang diselenggarakan di luar gedung.

Setelah itu ketujuh peserta diarahkan ke ruangan lomba untuk menunjukkan kemampuan berdakwahnya. Masing-masing peserta membawakan tema yang berbeda. Misalnya Eka Nugraha Putra yang membawakan tema pemuda sebagai penerus bangsa dan Rahmasari yang berbicara soal menyambut bulan Ramadan.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Mereka memiliki gaya pembawaan yang berbeda mulai dari santai dan menyisipkan sedikit humor dalam dakwahnya hingga tegas dan berapi-api, membuat para penonton terkagum-kagum, tidak terkecuali para juri. “Kami belum tentu bisa seperti kalian,” komentar salah satu juri setelah ketujuh peserta selesai tampil di hadapan hadirin.

Dewan juri kemudian mengumumkan peringkat dan perolehan skor yang diraih oleh para peserta, mulai dari peringkat terakhir hingga pertama. Dua orang peserta yang memperoleh nilai tertinggi yaitu Rd. Hasbi dengan skor 493 dan Muhammad Kholilullah dengan skor 495 berhak melanjutkan ke babak final, mengeliminasi kelima peserta lainnya. Kedua finalis kemudian maju ke depan untuk menerima undian tema dakwah yang akan dibawakan dalam babak akhir.

Peserta yang maju pertama adalah Muhammad Kholilullah. Pria berpostur tinggi besar itu membawakan dakwahnya dengan gerakan tubuh yang aktif dan intonasi yang berapi-api. “Kalau engkau pengen surga, kalau engkau pengen bahagia di akhirat, ilmu! Tuntutlah ilmu. Ketika kau ingin berbahagia di dunia, ilmu. Ketika kau ingin berbahagia di dunia dan di akhirat, tetap yang menjadi modal yang utama adalah ilmu,” ujar Khalilullah dalam dakwahnya, merujuk pada salah satu hadis Rasulullah SAW.

Rd. Hasbi, peserta kedua, memiliki gaya yang tidak jauh berbeda dengan Khalilullah. Namun pria gondrong berkacamata yang mengenakan peci dan setelan jas itu membawakan dakwahnya dengan agak santai dan terkadang memberi senyum. “Yang akan saya bahas, substansi esensial dan intisari yang harus kita telaah dari peristiwa besar Isra Miraj. Salat, cinta, itu adalah eksistensi. Di dalam pemikiran aristokrat ada Determinisme Historis, sekaligus apa yang dikatakan oleh seorang filsuf Barat Jean-Paul Sartre mengenai penderitaan dan eksistensialisme. Bahwa kita harus mengubah itu pada sifat dan sisi ekstensialnya.”

Kedua peserta pun telah selesai bertarung dan dewan juri akan menentukan siapa yang akan menjadi pemenangnya, sementara seluruh peserta diarahkan ke ruang aula untuk sesi pengumuman pemenang dan penutupan acara. Sesi tersebut diawali dengan hiburan dari panitia yang membawakan lagu Maher Zain berjudul Insha Allah dan satu lagu Islami lain, kemudian dilanjutkan dengan doorprize.

Tibalah saat yang menegangkan, penentuan juara lomba. Dari kelima lomba yakni Dacil (Dai Cilik), Dai Muda, Tahfidz Anak, Tahfidz Muda, Kaligrafi, dan Nasyid diambil dua orang finalis sebagai juara pertama dan kedua. Dari cabang lomba Dai Muda, Rd. Hasbi keluar sebagai juara pertama disusul Muhammad Khalilullah sebagai juara kedua. Semua juara mendapatkan trofi dan sertifikat.

Penanggung Jawab Lomba Dai Muda Deris Abdul Latif mengatakan, lomba tersebut terdiri dari tiga ronde. Di ronde pertama, peserta yang berpartisipasi berjumlah 15 orang dan membawakan materi yang telah disiapkan peserta jauh-jauh hari. Setiap peserta membawakan materi yang sudah dipersiapkan peserta dengan durasi minimal 7 menit dan maksimal 7 menit 30 detik. Dari ronde tersebut, tujuh orang peserta terbaik berhak mengikuti ronde kedua.

Untuk meningkatkan aroma persaingan yang kuat, para peserta diberi judul oleh juri dan mempersiapkan materi selama 45 menit untuk dibawakan pada ronde kedua. Di ronde ketiga, dua finalis hasil seleksi dari ronde sebelumnya harus membawakan dakwah impromtu (tanpa naskah) dengan mengambil amplop berisi tema yang sudah dilengkapi poin-poin penting dan peserta hanya diberi waktu tiga menit untuk menyiapkan materi tanpa tertulis. Lomba tersebut menggunakan sistem victory point di mana juara ditentukan dari hasil perolehan skor.

“Kriteria penilaian, kita menerapkan tiga aspek saja, pertama dari segi materi, kedua penyajian, yang ketiga waktu,” ujar mahasiswa semester enam Prodi Pendidikan Bahasa Inggris itu.

Sang juara lomba Dai Muda Rd. Hasbi mengaku dirinya begadang untuk mempersiapkan naskah yang akan dibawakannya dalam lomba. “Alhamdulillah bisa sampe dua lembar itu teh. Sampe jam dualah. Ti jam sapuluh (Dari jam sepuluh malam),” katanya.

Pemilik nama lengkap Rd. Hasbi Nawawi Ashidiki itu memiliki motivasi untuk mengikuti lomba. “Ini emang salah satu cita-cita juga, pengen berkecimpung di dunia public speaking. Terutama saya punya basic dan basis di dunia tersebut,” ujar mahasiswa semester dua jurusan Ilmu Qur’an dan Tafsir UIN Sunan Gunung Djati itu.

Hasbi juga telah berpengalaman mengikuti lomba sejak masih berseragam putih-abu dan menjuarai beberapa lomba dakwah, di antaranya yang diselenggarakan dalam acara Pentas PAI (Pendidikan Agama Islam) se-Jawa Barat dan lomba yang diadakan di pesantrennya di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Maka dari itu dirinya tidak terlalu gugup atau minder saat tampil dalam lomba Dai Muda Islamic Festival tersebut.

“Harapannya, semua hal yang saya targetkan dan saya harapkan bisa tercapai,” ujar Hasbi saat ditanya soal harapannya setelah mengikuti lomba Dai Muda dalam acara Islamic Festival 2017. Perhelatan tersebut, menurut Ketua Pelaksana Islamic Festival 2017 Fikry Muhammad Arifin (20), baru diadakan untuk pertama kalinya.
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER