Polusi Cahaya dan Dampaknya Padamu

CNN Indonesia
Selasa, 01 Agu 2017 13:16 WIB
Sadar atau tidak sadar, polusi cahaya terjadi di sekitar kita. Dampaknya dirasakan semua makhluk hidup, termasuk kita.
Ilustrasi (Foto: REUTERS/Amr Abdallah Dalsh)
Jakarta, CNN Indonesia -- Setelah gempa bumi terjadi pada 1994 di Los Angeles, aliran listrik terputus cukup lama. Orang-orang kemudian menyaksikan fenomena semacam awan cahaya keperakan yang sangat besar di langit.

Cahaya misterius itu bikin orang-orang ketakutan, mengira bakal ada gempa susulan. Tapi itu ternyata adalah Tata Surya kita, yang selama ini jarang terlihat karena polusi cahaya.

Polusi cahaya? Yes! Karena begitu tingginya aktivitas manusia menggunakan cahaya artifisial yang dibangkitkan dengan tenaga listrik, makin sulit kita melihat langit dan bintang-bintang.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak hanya bikin sulit melihat langit indah, polusi cahaya juga bisa mempengaruhi perilaku binatang, tumbuhan, dan manusia juga. Malah, siklus perubahan terang ke gelap yang tak alami, juga bisa bikin kita sakit.

Ilmu pengetahuan mencatat, tanpa teleskop, kita sebetulnya bisa melihat lebih dari 8.000 bintang di angkasa. Sebanyak 4.000 bintang lebih kamu bisa lihat dalam sekali waktu.

Tapi ada syaratnya. Lingkunganmu harus bebas dari cahaya artifisial pada malam hari.

Menurut Jeremy White, yang mempelajari polusi cahaya di Divisi Natural Sounds & Night Skies di Departemen Taman Nasional Amerika Serikat, ada tiga macam polusi cahaya.

Pertama, cahaya langsung. Berasal dari asal yang spesifik seperti senter atau headlight. Kedua, cahaya tak langsung, berasal pendaran langit di atas perkotaan. Ketiga, cahaya penerobos. Cahaya yang menyinari lokasi atau tempat yang seharusnya tersembunyi.

Cahaya langsung adalah cahaya yang melesat langsung dari sumbernya ke mata kita. Ini bertendensi mendistraksi kita dari benda lain, yang mungkin ingin kita lihat.

Sedang cahaya tak langsung di perkotaan akan tampak seperti kubah cahaya. Kubah ini terjadi ketika cahaya menyinari partikel di udara, seperti uap air, asap, atau polutan lain. White menjelaskan, seperti dikutip sciencenewsforstudents.org, kubah cahaya perkotaan ini bisa kelihatan sampai sejauh 250 kilometer lho.

Sedang cahaya penerobos menyinari tempat yang tak seharusnya disinari. Seperti menyoroti rumah tetangga saat malam-malam. Kamu bisa dimarahi, kan?

Nah, polusi cahaya ini bisa berdampak pada perilaku makhluk hidup. Sebab makhluk hidup mengalami siklus harian yang berulang saban 24 jam, atau bisa disebut ritme circadian.

Ada tanaman yang mekar pada malam hari. Atau binatang yang berburu makanan pada malam hari. Ada juga yang tidur pada malam hari dan makan pada siang hari.

Nah, ketika siklus terang makin panjang gara-gara cahaya tadi, hewan dan tanaman pun mengalami perubahan siklus. Ada burung yang seharusnya istirahat pada malam hari, malah akhirnya beterbangan. Mereka bingung. Lalu, ada juga tanaman yang tumbuh lebih lama padahal seharusnya ia menggugurkan daunnya pada musim gugur.  

Kalau pada manusia, cahaya berlebihan ini bakal mengganggu tidurmu. Belum lagi cahaya dari gadget-gadget, macam televisi, tablet, laptop, dan smartphone. Ketika tidurmu terganggu, begitu juga kesehatanmu.

Jadi, ketika sudah malam dan waktunya tidur, sebaiknya padamkan semua perangkat elektronikmu ya. Lalu tidurlah pada waktunya.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER