Sagu, Papeda, dan Dilema

Hari Suroto | CNN Indonesia
Rabu, 20 Des 2017 17:29 WIB
Saat ini hutan sagu di Danau Sentani terancam punah oleh pembangunan. Pohon sagu juga terancam oleh mesin pengolah sagu modern. Mengapa?
Mahasiswa Universitas Bordeaux Prancis sedang menikmati papeda di Kampung Abar, Sentani. (Foto: UGC CNN Student/Hari Suroto)
Jayapura, CNN Indonesia -- Saat ini hutan sagu di Danau Sentani terancam punah oleh pembangunan, hutan-hutan sagu banyak ditebang guna pembangunan pemukiman dan ruko.

Pohon sagu juga akan cepat punah karena masyarakat Sentani telah menggunakan mesin pengolah sagu modern yang efisien, sehingga proses pembuatan tepung sagu dapat dilakukan relatif singkat.

Dengan mesin ini dapat memproses lebih banyak batang sagu untuk digiling. Namun produksi yang cepat ini tidak dibarengi dengan penanaman kembali bibit pohon sagu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa pemanfaatan sagu sebagai bahan makanan sudah ada sejak zaman prasejarah. Penelitian di situs-situs arkeologi Danau Sentani ditemukan artefak gerabah. Gerabah ini berfungsi untuk memasak papeda (bubur sagu).

Melestarikan hutan sagu berarti menjaga ketahanan pangan. Jika pohon sagu tidak ada lagi di Sentani, maka masyarakat Sentani jika ingin membuat papeda harus mengimpor sagu dari Papua Nugini. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER