Kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir dijelaskan dalam Al Quran Surat Al Kahfi ayat 60-82.
Al Quran tidak pernah menjelaskan apa pun tentang Khidir kecuali kisah perjalanannya bersama Nabi Musa AS dalam surat tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khidir memang tidak termasuk ke dalam 25 nabi dan rasul Allah yang wajib diimani karena kenabiannya tak disebutkan secara eksplisit, meski namanya tertulis dalam Al Quran.
Namun demikian, dari kisahnya bersama Nabi Musa yang diceritakan Al Quran, ada banyak hikmah dan pelajaran yang bisa dipetik.
Dirangkum dari buku Kisah dan Misteri Nabi Khidir: Menyikapi Rahasia Sang Nabi Misterius yang Hingga Kini Masih Hidup, berikut kisah pertemuan dan kejadian yang dialami Nabi Musa bersama Nabi Khidir.
![]() |
Kisah bermula ketika Nabi Musa ditanya oleh kaum Bani Israil tentang siapa manusia paling saleh di muka bumi ini.
Saat itu pula Nabi Musa menjawab bahwa dirinyalah yang saleh. Namun, Allah segera menegur Musa dan mengatakan padanya bahwa masih ada hamba lain yang lebih saleh dari dirinya. Bahkan, hamba tersebut memiliki ilmu yang tidak Musa miliki.
Adalah Khidir, hamba saleh dan mempunyai ilmu yang lebih tinggi daripada Musa yang dimaksudkan Allah.
Mengetahui ada hamba saleh selain dirinya, Nabi Musa pun memohon kepada Allah agar bisa bertemu dengan sosok tersebut untuk berguru dan belajar ilmu kepadanya.
Allah hanya memerintahkan Musa untuk membawa ikan dalam keranjang. Kemudian Allah berpesan apabila ikan tersebut menghilang, maka di tempat itu sosok hamba saleh berada.
Nabi Musa mengikuti semua amanat Allah, lalu ia pergi bersama muridnya yaitu Yusya ibn Nun untuk mulai mencari keberadaan hamba saleh.
Setelah berjalan cukup jauh Nabi Musa berhasil bertemu Nabi Khidir karena telah mendapat tanda dari ikan yang dibawanya menghilang.
Setelah memberi salam, Nabi Musa bertanya pada Khidir, "Bolehkah aku mengikutimu agar engkau mengajarkan kepadaku (ilmu yang benar) yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi) petunjuk?" (QS Al Kahfi ayat 66)
Nabi Khidir menjawab, "Sesungguhnya Engkau (wahai Musa) tidak sekali-kali akan dapat bersabar bersamaku. Dan bagaimana engkau akan dapat bersabar atas sesuatu, sedang engkau belum mempunyai pengetahuan yang cukup tentang hal itu?" (QS Al Kahfi ayat 67-68)
Nabi Musa pun mencoba meyakinkan Khidir bahwa dirinya akan berupaya sabar. Musa kembali mencoba meyakinkan, "Insya Allah akan engkau dapati aku orang yang sabar, dan aku tidak akan menentangmu dalam urusan apa pun." (QS Al Kahfi ayat 69)
Kendati begitu, Nabi Khidir memberikan syarat yang harus dipenuhi Musa. Nabi Khidir berkata, "Sekiranya Engkau mengikutiku, maka janganlah Engkau bertanya kepadaku akan sesuatu pun, sehingga aku ceritakan halnya kepadamu." (QS Al Kahfi ayat 70)
Baca juga kisah teladan nabi lainnya:
Dimulailah perjalanan keduanya. Kemudian Nabi Khidir pun langsung menunjukkan pelajaran bagi Musa melalui tiga peristiwa.
Pertama, saat keduanya berada di atas kapal, Nabi Musa heran melihat Khidir melubangi kapal dengan melepas salah satu papannya.
Musa berpikir bahwa hal yang merusak termasuk perbuatan kejahatan. Terlebih, kejahatan dilakukan kepada orang yang telah berbuat baik karena mau mengangkut mereka tanpa diberi imbalan.
Nabi Musa yang lupa lantas bertanya, "Mengapa engkau melubangi perahu yang akibatnya akan menenggelamkan penumpangnya? Sesungguhnya engkau telah berbuat satu kesalahan besar." (QS. Al Kahfi: 71)
Khidir lantas mengingatkan Nabi Musa akan janjinya, "Bukankah aku telah berkata, 'Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan sabar bersama dengan aku'"
Kemudian keduanya kembali melakukan perjalanan dan bertemu dengan seorang anak kecil yang sedang bermain. Khidir lantas menghampiri dan membunuhnya.
Melihat kejadian tersebut, Musa menjadi tak sabar dan kembali mengingkari janjinya. Musa bertanya, "Mengapa engkau membunuh jiwa yang bersih, bukan karena dia membunuh orang lain? Sesungguhnya engkau telah melakukan suatu yang mungkar." (QS. Al Kahfi: 74)
Khidir menjawab hal yang sama kepada Musa, "Bukankah aku telah berkata, 'Sesungguhnya engkau sekali-kali tidak akan mampu sabar bersamaku'" (QS. Al Kahfi: 75)
Setelah itu, mereka melanjutkan perjalanan dan tibalah pada sebuah desa yang dihuni penduduk yang kikir. Tak ada seorang pun di sana yang berkenan menjamu mereka. Namun, tak disangka Khidir justru memperbaiki sebuah dinding rumah yang nyaris roboh.
Semua kejadian yang dialami Musa tersebut membuatnya bertanya-tanya. Hal tersebut pula yang membuat Musa sudah memilih untuk berpisah dengan Khidir.
Sebelum berpisah, Nabi Khidir menjelaskan alasan perbuatannya dan berkata, "Inilah perpisahan antara aku dengan engkau; aku akan memberikan penjelasan kepadamu atas perbuatan yang engkau tidak mampu sabar terhadapnya." (QS. Al Kahfi: 78)
Pertama, ia memberi lubang pada perahu agar pemilik perahu yang miskin itu tidak dizalimi oleh seorang raja serakah. (QS. Al Kahfi: 79)
Kedua, Khidir membunuh seorang anak karena ia tahu bahwa nantinya ketika besar ia bisa menyesatkan kedua orang tuanya. (QS. Al Kahfi: 80-81)
Ketiga, Khidir memperbaiki dinding rumah roboh karena di rumah itu ada anak yatim dan di dalamnya terdapat harta peninggalan dari ayah mereka yang saleh. (QS. Al Kahfi: 82)
Lebih lanjut, Nabi Khidir mengatakan bahwa apa yang dilakukannya bukanlah kehendak sendiri, melainkan mengikuti petunjuk Allah SWT.
Dari kisah Nabi Musa dan Nabi Khidir, ada berbagai pelajaran berharga yang bisa dipetik, yakni tentang sebuah adab dan kesabaran. Selain itu, kita pun hendaknya senantiasa berprasangka baik tentang Allah dan percaya atas kehendak-Nya.
(avd/juh/fef)