Konferensi Meja Bundar: Latar Belakang, Tujuan, dan Hasilnya

CNN Indonesia
Kamis, 17 Agu 2023 11:00 WIB
Konferensi Meja Bundar dilaksanakan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949. Simak latar belakang dan hasilnya.
Ilustrasi. Latar belakang, tujuan, dan hasil Konferensi Meja Bundar (Noske, J.D. / Anefo via Wikimedia Commons)
Jakarta, CNN Indonesia --

Konferensi Meja Bundar (KMB) yang dalam bahasa Belanda disebut dengan Nederlands-Indonesische rondetafelconferentie dilaksanakan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949.

KMB dilakukan oleh perwakilan Republik Indonesia Serikat (RIS), Belanda, dan Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO) sebagai perwakilan berbagai negara yang dibentuk oleh Belanda di Kepulauan Indonesia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Beberapa delegasi Pemerintah Indonesia dan Belanda mengisi konferensi ini yaitu:

  • delegasi dari Pemerintah Indonesia adalah Moh. Hatta,
  • delegasi Belanda dipimpin oleh Maarseveen, serta
  • delegasi BFO diwakilkan oleh Sultan Hamid II.

Untuk lebih jelasnya, simak ulasannya di bawah ini yang dihimpun dari buku IPS Terpadu: Jilid 3A oleh Sri Pujiastuti, Dkk dan sumber lainnya.

Latar Belakang dan Tujuan KMB

Konferensi Meja BundarIlustrasi. Latar belakang, tujuan, dan hasil Konferensi Meja Bundar (User Davidelit via Wikimedia Commons)

KMB merupakan upaya diplomasi yang berbuah keberhasilan pembebasan Indonesia dari Belanda. Sebelum KMB, Indonesia dan Belanda sudah beberapa kali mengupayakan kemerdekaan melalui diplomasi.

Pada 1946 dilakukan Perjanjian Linggarjati, kemudian pada 1948 dilakukan Perjanjian Renville dan pada 1949 Perjanjian Roem-Royen.

KMB sendiri menjadi salah satu kesepakatan dalam Perjanjian Roem-Royen. Tujuannya adalah mengakhiri perselisihan Indonesia dengan Belanda.

Dikutip dari buku biografi Mohammad Roem: Karier Politik dan Perjuangan, 1924-1968 oleh Iin Nur Insaniwati, KMB bertujuan menyelesaikan sengketa Indonesia dan Belanda seadil dan secepat mungkin.

Indonesia ingin jalan dan cara penyerahan kedaulatan yang sungguh, penuh, dan tidak bersyarat kepada Negara Indonesia Serikat (NIS) sesuai dengan pokok-pokok persetujuan Renville.

Para pihak yang turut serta dalam KMB mengupayakan agar KMB dapat dimulai pada 1 Agustus 1949. Mereka berharap konferensi diselesaikan dalam waktu dua bulan. Kemudian persetujuan yang dihasilkan KMB diusahakan selesai dalam waktu enam minggu.

Pelaksanaan Konferensi Meja Bundar

KMB dilaksanakan di Den Haag, Belanda pada 23 Agustus hingga 2 November 1949. Pelaksanaannya dilakukan di Gedung Ridderzaal (Bangsa Kesatria), Den Haag, Belanda yang ditandai oleh sambutan dari lima delegasinya, yaitu:

  1. Pidato sambutan Perdana Menteri Belanda Dr. W. Dress.
  2. Pidato sambutan Perdana Menteri RI Drs. Mohammad Hatta.
  3. Pidato sambutan Ketua BFO Sultan Hamid II.
  4. Pidato sambutan Menteri Wilayah Seberang Lautan Belanda Mr. J.H van Maarseveen.
  5. Pidato sambutan ketua mingguan United Nations Commission for Indonesia (UNCI) atau Komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk Indonesia Thomas K. Critchley.

Pada sidang pertama, ditetapkanlah Ketua KMB dan susunan para delegasi yang mengisi konferensi tersebut. Adapun beberapa kesepakatan yang berhasil dibahas dalam sidang pertama adalah:

  1. Ketua KMB Dr. W Drees,
  2. Sekretaris Jenderal KMB Mr. M.J Prinsen,
  3. Ketua Delegasi Belanda Mr. J.H. van Maarseveen, Wakil Ketua I Mr. D.U. Stikker, Wakil Ketua II Dr. J.H van Roijen, Sekretaris Mr. E.E.J. van der Valk, dan para anggota yang terdiri atas menteri-menteri, anggota Staten General, dan pejabat lainnya.
  4. Ketua Delegasi RIS Drs. Mohammad Hatta, Wakil Ketua Mr. A.K. Pringgodigdo, Sekretaris I Prof. Mr. Dr. Soepomo, Sekretaris II W.J Latumenten, dan para anggota yang terdiri atas menteri-menteri, para perwira, dan anggota parlemen.
  5. Ketua Delegasi BFO Sultan Hamid II, Wakil Ketua Mr. I.A.A.G Agung, Sekretaris Mr. A.J. Vleer, dan para anggota yang terdiri atas pemimpin-pemimpin anggota BFO.
  6. Ketua Delegasi UNCI Merle H. Cochran, Ketua Mingguan Thomas K. Critchley, dan seorang anggota bernama Raymond Herremans.

Kemudian pembahasan KMB diteruskan pada 16 September 1949 di Namen, Belgia yang membahas Peraturan dasar Uni Indonesia-Belanda dan kesepakatan tercapai pada 18 September 1949 oleh semua perwakilan delegasi.

Sampai pada 1 November 1949, semua kesepakatan dalam KMB akhirnya dirumuskan menjadi resolusi pelingkup, yang mana isinya yaitu

  • Piagam penyerahan kedaulatan,
  • Peraturan dasar Uni Indonesia-Belanda, dan
  • Lampiran status Uni - Indonesia Belanda.

Resolusi pelingkup ini ditetapkan sesaat setelah Belanda menyerahkan kedaulatannya kepada RIS.

Akhirnya Dr. W Drees pun secara resmi menutup KMB pada 2 November 1949 dan persiapan pengakuan kedaulatan Indonesia oleh Belanda akan segera dilaksanakan.

Hasil dari Konferensi Meja Bundar

Setelah melakukan beberapa proses pembahasan oleh delegasi terkait. Konferensi ini berhasil menghasilkan beberapa persetujuan, yaitu sebagai berikut:

  1. Belanda menyerahkan sepenuhnya kedaulatan atas Hindia Belanda kepada Republik Indonesia Serikat dan kedaulatan itu tidak dapat dicabut kembali. Penyerahan kedaulatan tersebut dilakukan selambat-lambatnya sampai 30 Desember 1949.
  2. Masalah Irian Barat akan dibicarakan setelah satu tahun penyerahan kedaulatan. Selain itu, RIS dan Kerajaan Belanda terikat dalam hubungan Uni Indonesia- Belanda yang dikepalai oleh Ratu Belanda.
  3. Kapal-kapal perang Belanda akan ditarik kembali dari Indonesia dengan catatan bahwa beberapa korvet (kapal perang kecil) akan diserahkan kepada RIS.
  4. Untuk menindaklanjuti KMB diadakanlah Presiden RIS pada tanggal 16 Desember 1949 yang mana dalam pemilihan tersebut terpilihlah Ir. Soekarno sebagai Presiden RIS dan dilantik pada 17 Desember 1949.

Berkat KMB, Indonesia akhirnya mendapat kedaulatannya. Acara penyerahan kedaulatan berlangsung pada 27 Desember 1949.

Penandatanganan naskah penyerahan kedaulatan berlangsung di dua kota, yakni Amsterdam dan Jakarta.

Di Amsterdam, naskah penyerahan kedaulatan ditandatangani Ratu Juliana dan Moh Hatta. Sementara di Jakarta, naskah ditandatangani AHJ Lovink dan Sri Sultan Hamengkubuwono IX.

Itulah informasi lengkap tentang pelaksanaan dan hasil Konferensi Meja Bundar. Selamat belajar!

(ira/juh)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER