Khutbah adalah bagian yang tak terpisahkan dari rangkaian sholat Idul Fitri. Khutbah biasanya disampaikan kepada jamaah usai menunaikan sholat Idul Fitri.
Ada beberapa contoh khutbah Idul Fitri yang bisa dijadikan referensi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Khutbah setelah sholat Idul Fitri sendiri merupakan tradisi yang diajarkan Rasulullah Saw dan diteruskan oleh para sahabat dan umat Islam hingga kini.
Anjuran melaksanakan dan mendengarkan khutbah Idul Fitri telah dijelaskan dalam hadis Ibnu Abbas. Berikut hadisnya yang dilansir dari laman NU Online.
شَهِدْتُ العِيدَ مَعَ رَسُولِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَأَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ، فَكُلُّهُمْ كَانُوا يُصَلُّونَ قَبْلَ الخُطْبَةِ
Artinya: "Saya melaksanakan sholat Id bersama Rasulullah Saw, Abu Bakar, Umar, dan Utsman ra. Semuanya melaksanakan sholat sebelum khutbah berlangsung." (Muttafaq 'alaih).
Dirangkum dari berbagai sumber, di bawah ini terdapat beberapa contoh khutbah Idul Fitri yang bisa dijadikan referensi.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirahmanirrahim, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabatnya.
Kaum Muslimin yang dimuliakan Allah. Hari ini kita berkumpul dengan rasa syukur yang mendalam kepada Allah atas nikmat yang telah dilimpahkan-Nya.
Setelah melewati bulan Ramadhan dengan penuh kesungguhan dalam beribadah dan menahan diri, akhirnya kita diperkenankan untuk merayakan Idul Fitri. Idul Fitri menandakan kemenangan bagi mereka yang berpuasa dan berhasil menjaga diri dari segala perbuatan yang dilarang Allah.
Dalam khutbah ini, saya mengingatkan diri saya sendiri dan kaum Muslimin sekalian untuk memaknai kemenangan ini dengan benar.
Puasa tidak hanya sebatas menahan lapar dan dahaga, melainkan juga melatih diri untuk mengendalikan hawa nafsu dan memperbanyak ketakwaan kepada Allah.
Jika puasa hanya dilakukan secara lahiriah saja tanpa adanya peningkatan kualitas keimanan dan ketakwaan, maka sia-sialah puasa yang kita lakukan.
Oleh karena itu, marilah kita menjadikan momen kemenangan di Idul Fitri ini sebagai titik awal untuk menjadi seorang muslim yang lebih baik dan lebih dekat kepada Allah.
Janganlah kita kembali kepada kebiasaan lama yang buruk setelah merayakan Idul Fitri. Pertahankanlah kemenangan atas nafsu selama bulan Ramadhan dengan meneruskan amal-amal kebaikan di bulan-bulan berikutnya.
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Semoga Allah Swt senantiasa memberikan bimbingan dan petunjuk kepada kita semua untuk menjadi hamba-hamba yang taat dan muslim yang senantiasa mengikuti ajaran Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam. Semoga kita termasuk di antara orang-orang yang beruntung di dunia dan di akhirat.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirahmanirrahim, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga, dan para sahabatnya.
Jamaah Sholat Idul Fitri Rahimakumullah. Setelah sebulan lamanya kita berpuasa, sekarang tibalah masanya kita tumpahkan rasa senang dan rasa haru. Kita ungkapkan sepenuh hati rasa gembira dan rasa syahdu, sembari mengagungkan Nama Allah Azza wa Jalla. "Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar wa lillahil hamd".
Betapa terharunya kita, sebab Allah Swt telah menciptakan bulan Ramadhan khusus untuk kita, umatnya Nabi Muhammad Saw. Di dalamnya ada 1 malam, yakni malam Lailatul Qadar, yang lebih utama daripada 1.000 bulan.
Satu kali melakukan ibadah fardu, maka pahanya seperti mengerjakan 70 ibadah fardu. Kita melakukan ibadah sunnah-pun dicatat pahalanya seperti mengerjakan ibadah fardu.
Saudaruku, kaum muslimin dan muslimat! Wajar saja kalau kita punya rasa haru dan shaydu. Kita yang bergelimang doa ini, oleh Allah Swt masih diberikan kesempatan langka untuk menghirup dan bernapas di bulan yang suci.
Sekalipun sepenuh hati kita mengakui, bahwa kita belum bisa manfaatkan waktu siang dan malam bulan Ramadhan secara maksimal. Kita hanya mengharapkan semoga puasa kita, qiyamul lail kita, bacaan Al Quran kita, sedekah, dan zakat kita yang tak seberapa ini dapat menebus dosa kita.
Oleh sebab itu, beruntunglah kita di pagi hari ini datang berduyun-duyun dari tempat tinggal kita, menuju masjid tempat yang suci ini untuk menjalankan salat Idul Fitri secara berjamaah. Kita bermunajat untuk mengetuk bilik-bilik rahmat-Nya Allah Swt.
Pada hari ini tanggal 1 Syawal 1445 Hijriyah, mari kita rayakan lebaran bersama-sama penuh suka cita dengan mengumandangkan takbir: "Allohu Akbar Allohu Akbar Allohu Akbar wa lillahil hamd".
Marilah kita lapangkan dada kita agar kita semua menjadi golongan orang-orang yang kembali fitri dan menjadi orang-orang yang hidupnya bahagia.
Minal Aidin wal faizin. Semoga Allah menerima niat baik dan amalan kita, serta Allah jadikan hari-hari kita selama setahun ke depan menjadi lebih baik. Taqabbalalohu minna wa minkum. Fi kulli 'aamin wa antum bi khoir. Amiin, Amiin. Ya Robbal a'lamiin.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Bismillahirahmanirrahim, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya.
Allohu Akbar Allohu Akbar Allohu Akbar wa lillahil hamd
Lebaran atau momen Idul Fitri hampir selalu diwarnai dengan gegap gempita kegembiraan umat Islam di berbagai penjuru. Gema takbir dikumandangkan di malam harinya, kadang disertai sejumlah aksi pawai. Pada pagi harinya pun mayoritas dari mereka mengenakan pakaian serba baru, makan makanan khas dan istimewa, serta bersiap bepergian untuk silaturahim ke sanak kerabat hingga berkunjung ke beberapa wahana liburan yang menarik.
Umat Islam merayakan sebuah momen yang mereka sebut-sebut sebagai "hari kemenangan" tapi kemenangan atas apa?
Jamaah sholat Idul Fitri hafidhakumullah,
Idul Fitri tiba ketika umat Islam menjalankan ibadah wajib puasa Ramadhan selama satu bulan penuh. Sepanjang bulan suci tersebut, mereka menahan lapar, haus, hubungan seks, dan hal-hal lain yang membatalkan puasa mulai dari terbit fajar hingga matahari terbenam.
Secara bahasa, shaum (puasa) memang bersinonim dengan imsak yang artinya menahan. Ramadhan merupakan arena kita berlatih menahan diri dari segala macam godaan material yang bisa membuat kita lupa diri.
Proses latihan tersebut diwujudkan dalam bentuk larangan terhadap hal-hal yang sebelumnya halal, seperti makan dan minum. Inilah proses penempaan diri. Targetnya: bila manusia menahan diri dari yang halal-halal saja mampu, apalagi menahan diri dari yang haram-haram.
Ramadhan tentu lebih dari sekadar latihan. Ia wahana penempaan diri sekaligus saat-saat dilimpahkannya rahmat (rahmah), ampunan (maghfirah), dan pembebasan dari api neraka (itqun minan nâr). Aktivitas ibadah sunnah diganjar senilai ibadah wajib, sementara ibadah wajib membuahkan pahala berlipat-lipat.
Orang yang berpuasa dengan sungguh-sungguh akan mencegah dirinya dari segala macam perbuatan tercela semacam mengumbar syahwat, berbohong, bergunjing, merendahkan orang lain, riya, menyakiti pihak lain, dan lain sebagainya. Tanpa itu, puasa kita mungkin sah secara fiqih, tapi belum tentu berharga di mata Allah subhanahu wata'ala.
Rasulullah sendiri pernah bersabda:
كَمْ مِنْ صَائِمٍ لَيْسَ لَهُ مِنْ صِيَامِهِ إِلَّا الْجُوعُ
Artinya: "Banyak orang yang berpuasa, namun ia tak mendapatkan apa pun dari puasanya selain rasa lapar saja." (HR Imam Ahmad)
Jamaah sholat Idul Fitri hafidhakumullah,
Karena puasa sudah kita lewati dan tak ada jaminan kita bakal bertemu Ramadhan lagi, pertanyaan yang lebih relevan bukan saja "kemenangan atas apa yang sedang kita Idul Fitri?" tapi juga "apa tanda-tanda kita telah mencapai kemenangan?". Jangan-jangan kita seperti yang disabdakan Nabi, termasuk golongan yang sekadar mendapatkan lapar dan dahaga, tanpa pahala?
Ada beberapa ayat Al Quran yang menjelaskan ciri-ciri orang takwa. Salah satu ayatnya terdapat dalam Surat Ali Imran:
الَّذِينَ يُنْفِقُونَ فِي السَّرَّاءِ وَالضَّرَّاءِ وَالْكَاظِمِينَ الْغَيْظَ وَالْعَـــافِينَ عَنِ النَّــاسِ وَاللَّهُ يُحِبُّ الْمُـحْسِنِــينَ
Artinya: "(Yaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya) pada saat sarrâ' (senang) dan pada saat dlarrâ' (susah), dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan." (QS Ali Imran: 134)
Jamaah sholat Idul Fitri hafidhakumullah,
Ayat tersebut memaparkan tiga sifat yang menjadi ciri orang bertakwa. Dalam konteks Ramadhan dan Idul Fitri, sifat takwa pertama ini sebenarnya sudah mulai didorong oleh Islam melalui ajaran zakat fitrah.
Ciri kedua, orang bertakwa adalah mampu menahan amarah. Marah merupakan gejala manusiawi tapi orang-orang yang bertakwa tidak akan mengumbar marah begitu saja.
Ciri ketiga, orang bertakwa adalah memaafkan kesalahan orang lain. Sepanjang Ramadhan, umat Islam paling dianjurkan memperbanyak permohonan maaf kepada Allah dengan membaca:
اللَّهُمَّ إِنَّكَ عَفُوٌّ تُحِبُّ اْلعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Wahai Tuhan, Engkau Maha Pengampun, menyukai orang yang minta ampunan, ampunilah aku."
Kata 'afw (maaf) diulang tiga kali dalam kalimat tersebut, menunjukkan bahwa manusia memohon dengan sangat serius ampunan dari Allah Swt.
Oleh karena itu, sudah berapa kali puasa kita lewati sepanjang kita hidup? Sudahkah ciri-ciri sukses Ramadhan tersebut melekat dalam diri kita? Wallahu a'lam bish shawab. Dengan demikian, kemenangan sejati bukan hanya berhasil menjalankan ibadah puasa secara lahiriah, namun juga tercermin pada perubahan sikap dan perilaku yang lebih baik dan dekat dengan tuntunan ajaran Islam. Inilah hakikat kemenangan yang sesungguhnya yang diharapkan dari setiap muslim usai mengenyam nikmatnya Ramadhan dan Idul Fitri.
Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Lihat Juga : |
Itulah beberapa contoh khutbah Idul Fitri yang bisa dijadikan referensi. Anda bisa mengembangkan sendiri topik yang dibahas sesuai dengan kondisi setempat.
(avd/juh)