Apa yang Terjadi pada 1 Oktober 1965? Kronologi dan Dasar Penetapan
Sejarah Indonesia menyimpan banyak peristiwa penting yang membentuk arah perjalanan bangsa. Salah satunya tragedi yang terjadi pada 1 Oktober 1965. Apa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965?
Peristiwa 1 Oktober 1965 kerap muncul ketika membicarakan sejarah politik Indonesia di era 1960-an. Hari itu dicatat sejarah sebagai salah satu babak kelam, ketika terjadi penculikan dan pembunuhan sejumlah perwira tinggi Angkatan Darat yang kemudian dikenal sebagai Pahlawan Revolusi.
Peristiwa ini bukan hanya sekadar catatan tentang kekerasan, tetapi juga upaya kudeta dari pihak yang ingin mengubah arah politik dan ideologi bangsa.
Dampaknya terasa luas, dari dinamika politik dalam negeri, persepsi masyarakat, hingga kebijakan negara dalam meneguhkan kembali Pancasila sebagai dasar negara. Itulah alasannya 1 Oktober kemudian diperingati setiap tahun sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Kronologi singkat peristiwa G30S PKI
Pada dini hari 1 Oktober 1965, sebuah kelompok bersenjata yang menamakan diri "Gerakan 30 September" melakukan aksi penculikan terhadap sejumlah jenderal Angkatan Darat.
Mereka diculik dari rumah masing-masing di Jakarta, lalu dibawa ke sebuah lokasi di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Dari tujuh korban, enam di antaranya adalah jenderal dan satu perwira pertama.
Yakni Letjen Ahmad Yani, Mayjen R. Suprapto, Mayjen M.T. Haryono, Mayjen S. Parman, Brigjen D.I. Panjaitan, Brigjen Sutoyo Siswomiharjo, dan Lettu Pierre Tendean (perwira pengganti yang ikut menjadi korban).
Jenazah para korban baru ditemukan pada 3 Oktober 1965 di sumur tua Lubang Buaya. Penemuan tersebut mengguncang masyarakat luas dan memicu reaksi keras terhadap dalang peristiwa ini.
Peristiwa G30S/PKI memiliki dampak besar terhadap arah politik Indonesia. Dalam suasana penuh ketegangan, Angkatan Darat bergerak cepat menumpas pihak-pihak yang dianggap terkait dengan peristiwa ini.
Partai Komunis Indonesia (PKI), yang kala itu merupakan salah satu kekuatan politik besar, kemudian dituduh sebagai dalang dan akhirnya dibubarkan.
Dampak sosialnya juga tidak kecil. Kejadian ini menimbulkan trauma nasional, sekaligus menciptakan polarisasi tajam dalam masyarakat.
Banyak orang yang terlibat atau dicurigai terlibat harus menghadapi konsekuensi berat, mulai dari penangkapan, pengasingan, hingga pembersihan di berbagai bidang kehidupan.
Penetapan Hari Kesaktian Pancasila
Sebagai bagian dari upaya menjaga keutuhan bangsa, pemerintah menetapkan tanggal 1 Oktober sebagai Hari Kesaktian Pancasila.
Tujuannya untuk mengenang jasa para Pahlawan Revolusi sekaligus meneguhkan kembali bahwa Pancasila tetap kokoh sebagai dasar negara, meski pernah diguncang oleh percobaan kudeta dan perpecahan ideologi.
Setiap tahun, tanggal 1 Oktober diperingati dengan upacara kenegaraan, baik di tingkat nasional maupun daerah. Upacara ini biasanya melibatkan penghormatan kepada para pahlawan, pembacaan ikrar kesetiaan pada Pancasila, serta refleksi atas pentingnya menjaga persatuan bangsa.
Menjawab pertanyaan apa yang terjadi pada tanggal 1 Oktober 1965, hari itu tidak hanya berkaitan dengan aksi penculikan dan pembunuhan, tetapi juga perubahan besar dalam peta politik nasional.
Tragedi tersebut mengajarkan bahwa persatuan bangsa adalah hal yang sangat rapuh bila tidak dijaga bersama. Ia juga menjadi pengingat betapa pentingnya Pancasila sebagai perekat dalam keberagaman Indonesia.
Hingga kini, 1 Oktober tidak hanya diperingati untuk mengenang masa lalu, tetapi juga sebagai momentum refleksi agar tragedi serupa tidak terulang kembali.