Banyak orang sering mendengar istilah OCD tanpa benar-benar memahami maknanya. Gangguan mental ini sering dianggap sepele padahal dapat berdampak besar pada kualitas hidup seseorang. Sebenarnya, apa itu OCD?
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) bukan sekadar tentang kebiasaan suka kebersihan atau kerapian, tetapi menyangkut pola pikir dan perilaku berulang yang sulit dikendalikan.
Lihat Juga : |
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Banyak penderita OCD menyadari bahwa pikiran mereka tidak rasional, tetapi tetap merasa terdorong untuk melakukan tindakan tertentu.
Melansir dari laman American Psychiatric Association, berikut penjelasan tentang apa itu OCD, penyebab, gejala, dan cara mengatasinya.
Obsessive-Compulsive Disorder (OCD) adalah gangguan mental ketika seseorang memiliki obsesi (pikiran, dorongan, atau gambaran yang tidak diinginkan dan berulang) serta kompulsi (perilaku atau tindakan berulang yang dilakukan untuk meredakan kecemasan akibat obsesi tersebut).
Penderita OCD sering kali merasa harus melakukan ritual tertentu seperti mencuci tangan berkali-kali, memeriksa pintu atau kompor berulang, hingga menghitung langkah atau benda.
Jika tidak dilakukan, mereka merasa sangat cemas atau takut akan terjadi hal buruk. OCD termasuk gangguan yang cukup umum, dengan prevalensi sekitar 1-2 persen populasi dunia, dan biasanya mulai muncul sejak masa remaja hingga dewasa muda.
Selain OCD, terdapat beberapa gangguan lain yang termasuk dalam kelompok Obsessive-Compulsive and Related Disorders. Berikut penjelasan jenis-jenisnya.
Penderita hoarding disorder mengalami kesulitan untuk membuang atau melepaskan barang, bahkan yang sudah tidak berguna. Mereka merasa semua benda memiliki nilai emosional atau mungkin dibutuhkan suatu hari nanti.
Akibatnya, rumah atau ruang pribadi menjadi penuh sesak dan tidak nyaman.
Gangguan ini ditandai dengan obsesi berlebihan terhadap kekurangan fisik yang sebenarnya kecil atau bahkan tidak terlihat oleh orang lain.
Penderitanya terus-menerus merasa tidak puas dengan penampilan, bisa sampai melakukan pemeriksaan cermin berulang atau operasi plastik berulang kali.
Trichotillomania adalah dorongan tak tertahankan untuk mencabut rambut dari kulit kepala, alis, atau bagian tubuh lain. Meskipun penderita menyadari dampak negatifnya, mereka tetap merasa sulit untuk menghentikan kebiasaan tersebut.
Penderita gangguan ini sering kali menggaruk, mencubit, atau memencet kulitnya sendiri secara berlebihan hingga menyebabkan luka. Perilaku ini dilakukan untuk mengurangi stres atau kecemasan.
Gangguan ini membuat seseorang yakin bahwa dirinya mengeluarkan bau tidak sedap, padahal orang lain tidak merasakannya. Keyakinan ini menyebabkan rasa malu dan keinginan untuk menghindar dari lingkungan sosial.
Untuk memahami apa itu OCD, penting mengenali dua komponen utamanya yaitu obsesi dan kompulsi.
Obsesi adalah pikiran atau dorongan yang muncul secara terus-menerus dan menimbulkan kecemasan. Contohnya seperti berikut:
Kompulsi adalah tindakan berulang yang dilakukan untuk mengurangi kecemasan akibat obsesi. Beberapa contoh perilaku kompulsi meliputi:
Jika tindakan ini berlangsung lebih dari satu jam setiap hari atau mengganggu aktivitas harian, besar kemungkinan penderita mengalami OCD.
Penyebab pasti apa itu OCD belum sepenuhnya diketahui tapi ada beberapa faktor yang diyakini berperan sebagai:
Berikut beberapa metode penanganan yang terbukti efektif untuk mengurangi gejala OCD.
CBT merupakan terapi utama untuk OCD. Pasien akan dilatih menghadapi situasi yang menimbulkan kecemasan (exposure) tanpa melakukan tindakan kompulsif (response prevention).
Secara bertahap, pasien belajar bahwa rasa takutnya tidak akan menjadi kenyataan meskipun tidak melakukan ritual.
Obat dalam terapi ini dapat membantu menyeimbangkan kadar serotonin di otak. Biasanya efek positif baru terlihat setelah 6-12 minggu penggunaan rutin.
Dalam kasus berat, terapi seperti Transcranial Magnetic Stimulation (TMS) atau Deep Brain Stimulation (DBS) dapat digunakan untuk merangsang bagian otak yang terkait dengan OCD.
Dukungan dari lingkungan sekitar sangat penting agar penderita tidak merasa sendirian. Selain itu, menjaga pola makan, tidur cukup, dan rutin berolahraga juga membantu mengelola stres yang memperburuk gejala OCD.
Jika kamu atau orang terdekat menunjukkan gejala OCD, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Dengan memahami apa itu OCD, penyebab, gejala, cara mengatasinya adalah langkah awal menuju pemulihan dan kehidupan yang lebih seimbang.
(gas/fef)