Jakarta, CNN Indonesia -- Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) berencana segera memulai proses integrasi perkebunan kelapa sawit dan peternakan sapi (sawit sapi). Ini untuk menggenjot industri peternakan sapi yang masih menjadi beban dalam neraca perdagangan Indonesia karena impor yang tak terbendung.
“Kami akan mendalami lebih lanjut mengenai program sawit sapi, kalau ini dilakukan bakal menekan impor dan meningkatkan pendapatan petani,” ujar Kepala BKPM Franky Sibarani di Jakarta, Selasa (6/1).
Franky menjelaskan, neraca perdagangan Indonesia di kelompok sektor ini negatif antara 2009 hingga 2013, tetapi defisit cenderung mengecil sejak 2011. Walaupun nilai impor cenderung sedikit menguat, tetapi nilai ekspor tumbuh lebih pesat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sehingga diharapkan neraca akan positif dalam beberapa tahun mendatang,” katanya.
Data BKPM mencatat, total realisasi investasi di bidang peternakan sapi serta industri daging dan susu dalam periode 2010-Kuartal III 2014 bernilai sekitar Rp 39,5 triliun. Jumlah itu terdiri dari Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) sebesar Rp 11,5 triliun (29 persen) dan Penanaman Modal Asing (PMA) sebesar USD 2,8 miliar (71 persen).
Adapun jumlah tenaga kerja yang terserap di sektor industri pengolahan tersebut mencapai lebih dari 277 ribu orang, dan 54 persen di antaranya diserap oleh PMA. Dari segi lokasi investasi, 43 persen total nilai PMDN dan PMA di sektor industri ini berlokasi di Jawa dan sisanya 57 persen di luar Jawa, atau hampir berimbang.
Singapura, Swiss, Inggris, British Virgin Island, dan Malaysia merupakan lima negara investor terbesar di kelompok sektor ini. Franky menilai, peluang peningkatan realisasi investasi di sektor industri ini ke depan masih cukup besar.
“Alasannya, tren pertumbuhan PMA yang positif selama periode 2010-2014, meski PMDN cenderung melemah,” kata dia.
Dia menjelaskan, proyek PMDN dan PMA yang telah memperoleh Izin Prinsip (pipeline projects) dalam periode yang sama nilainya cukup besar yaitu PMDN sebesar Rp 17,5 triliun dan PMA sebesar USD 4,1 miliar.
“Namun demikian patut dicermati adanya penurunan minat investasi pada 2014, baik PMDN maupun PMA,” kata Franky.
Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Yuan Permata Adoe mengatakan soal integrasi sapi-sawit nantinya bakal berujung di persoalan lahan. Menurutnya lahan produktif yang bisa dijadikan investasi sekitar 10-12 juta hektare.
“Ini potensi yang bisa dikembangkan, sehingga integrasi ini konsep yang baik. Namun tentu karena ini masalah program investasi, keinginan pemilik sawit juga salah satu faktor,” katanya.
Yuan menilai program integrasi tersebut berasal dari dua produk berbeda, maka perlu dilihat kebijakan yang menyeluruh. Menurutnya strategi swasembada daging benar, tetapi harus mengikuti mekanisme pasar.
(ded/ded)