Jakarta, CNN Indonesia -- Pengamat memperkirakan kombinasi dari banjir yang baru terjadi di Malaysia dan waktu tunggu (time-lagged) yang mengakibatkan kekurangan di area produksi kelapa sawit, bakal meningkatkan harga minyak sawit mentah (crude palm oil/CPO) untuk dua bulan kedepan.
Tingginya curah hujan dan terjadinya banjir terburuk seharusnya akan mengganggu produksi CPO di Malaysia. Musim hujan terjadi di Pantai Timur di Peninsular Malaysia yang mengakibatkan terjadinya banjir terburuk semenjak 1972 di beberapa kawasan.
“Daerah terburuk adalah Kelantan, Terengganu, Pahang dan Perak yang berlokasi di Peninsular Malaysia dan jika semua daearah tersebut digabung menghasilkan 30 persen dari total produksi kelapa sawit di Malaysia,” ujar analis PT Mandiri Sekuritas Hariyanto Wijaya seperti dikutip dari riset, Sabtu (10/1).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia menambahkan, berdasarkan survey dari Reuters, pada Desember 2014, produksi kelapa sawit di Malaysia akan mengalami penurunan sebesar 22,5 persen secara bulanan dan persediaan kelapa sawit akan turun menjadi 2,2 juta ton. (Baca:
Malaysia Banjir, Produksi Minyak Sawit Mentah Bakal Anjlok)
Ditambah lagi, Departemen Meteorologi Malaysia sudah menginformasikan bahawa akan terjadi hujan deras di daerah Sabah, yang merupakan daerah penghasil kelapa sawit terbesar di Malaysia. Menurut Hariyanto, daerah Sabah dapat menghasilkan 30 persen dari total produksi kelapa sawit di Malaysia.
Tingginya curah hujan dan terjadinya banjir dapat menggangu produksi CPO di Malaysia karena hal tersebut dapat menggangu proses panen. Hal tersebut juga dapat mengakibatkan penurunan nilai tandan buah segar sawit Malaysia karena terganggunya proses penyerbukan.
“Waktu tunggu yang mengakibatkan kekeringan pada kuartal I 2014 ditambah banjir buruk di Malaysia sama dengan terganggunya suplai CPO yang bakal menciptakan penaikan harga,” ujarnya.
Adapun harga kontrak CPO di Bursa Malaysia berbalik melemah pada Jumat (9/1) setelah 3 hari menguat. Kontrak CPO untuk Februari 2015 ditutup turun 1,09 persen pada harga 2.357 ringgit per ton atau Rp 8,37 juta per ton.
Komoditas tersebut diperdagangkan pada kisaran 2.347 ringgit per ton sampai 2.395 ringgit per ton setelah dibuka pada 2.394 ringgit per ton. Sebelumnya, pada perdagangan Kamis (8/1), harga CPO untuk kontrak Februari 2015 di Bursa Malaysia berakhir menguat 1,58 persen menjadi 2.357 ringgit per ton.
(gir/gir)