HARGA MINYAK DUNIA

Rendahnya Harga Minyak Dunia Diprediksi Berlangsung Lama

Diemas Kresna Duta | CNN Indonesia
Kamis, 15 Jan 2015 09:43 WIB
Negara Timur Tenggah enggan menahan produksi minyak untuk mengimbangi membanjirnya shale oil produksi Amerika Serikat.
(CNNIndonesia GettyImages)
Jakarta, CNN Indonesia -- Anggota Dewan Energi Nasional (DEN) Andang Bachtiar memprediksi fenomena pelemahan harga minyak dunia akan berlangsung lama. Andang mengatakan fenomena ini tak lepas dari negara-negara penghasil minyak di Timur Tengah yang enggan menahan laju produksinya ditengah aksi Amerika Serikat (AS) yang giat mengembangkan produk minyak dan gas shale.

Tak pelak, harga minyak dunia pun saat ini anjlok ke kisaran US$ 45 per barel dari level US$ 105 per barel pada awal 2014.

"Satu hal yang penting (pelamahan) ini pernah terjadi di 2009 dan harga minyak turun sampai US$ 40-an karena krisis ekonomi. Tapi dalam satu sampai dua bulan langsung rebound karena Tiongkok pada akhirnya gencar melakukan pembangunan. Sekarang beda, shake versus shale atau Timur Tengah versus shale oil," ungkapnya di Jakarta, kemarin.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kondisi ini, lanjut Andang, kian diperparah dengan tidak adanya upaya pengurangan angka produksi dari perusahaan-perusahaan minyak di AS.

Jika dilihat, sejak 2010 angka produksi minyak AS terus meningkat sebesar 3 juta barel per hari (BPH) menjadi 10 juta BPH sampai hari ini. Itu artinya, angka tersebut setara dengan jumlah produksi minyak yang dimiliki oleh Arab Saudi. Adapun negara-negara penghasil minyak yang tergabung dalam OPEC juga tak berminat mengurangi angka produksi.

Oleh sebab itu, kata Andang, tak aneh jika harga minyak dunia terus menurun. "Rusia dengan angka produksi minyak yang besar juga tidak mau menahan. Jadi jangan heran kalau minyak saat ini menggenangi dunia," tuturnya.

Andang mengaku tak dapat memprediki berapa lama tren pelemahan harga minyak dunia akan terjadi. Meski begitu, dia meyakini bahwa tren pelemahan harga akan berlangsung dalam periode lama.

“OPEC dan Saudi Arabia itu punya treshold US$ 10 sampai US$ 25 dolar bisa bertahan. Sementara harga ekonomi shale oil sudah terlampaui karena harganya di kisaran US$ 46 sampai US$ 50 dolar per barel. Jadi harga minyak akan dibiarkan turun," pungkasnya. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER