HARGA PRODUK

Joko Widodo: Harga Semen Produksi BUMN Turun Rp 3.000 per Sak

Resty Armenia | CNN Indonesia
Jumat, 16 Jan 2015 14:55 WIB
Presiden Joko Widodo mengambil alih kewenangan direksi PT Semen Indonesia Tbk mengumumkan penurunan harga jual semen sebesar Rp 3.000 per sak.
Dua pekerja menata sak semen ke atas truk, di Unit Packer (pengepakan) pabrik Semen Tonasa, di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, Kamis (2/10). Menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015, PT Semen Tonasa tahun ini melakukan peningkatan kapasitas menjadi 6,7 juta ton dan tahun depan sebesar 7 juta ton, meski kapasitas desain pabrik sebesar 5,98 juta ton per tahun, agar bisa bersaing dengan pabrikan semen dari luar negeri dan menguasai 45 persen pasar semen di Indonesia Timur yang meliputi Sulawesi, Kalimantan, Bali dan Nusa Tenggara, Maluku dan Papua. (ANTARA FOTO/Eric Ireng)
Jakarta, CNN Indonesia -- Presiden Joko Widodo mengambil alih kewenangan direksi PT Semen Indonesia Tbk (Persero) dengan mengumumkan harga jual semen produksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN) tersebut sebesar Rp 3.000 per sak. Harga baru semen efektif berlaku mulai Senin (18/1) mengikuti dengan penurunan harga produksi.

"Semen yang diproduksi oleh BUMN kita turun Rp 3.000 per sak," ujar Joko Widodo (Jokowi) di Istana Keprisedenan, Jumat (16/1).

Presiden, kata Jokowi, merasa perlu mengumumkan langsung penurunan harga semen tersebut agar seluruh pemangku kepentingan ikut mengendalikan harga barang dan jasa pada level yang rendah.

"Ini perlu perlu kami sampaikan agar seluruh menteri, gubernur, bupati dan walikota juga ikut mendorong harga turun sehingga bisa dinikmati masyarakat," jelasnya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sofyan Djalil, Menteri Koordinator bidang Perekonomian, menjelaskan penurunan harga jual semen merupakan langkah penyesuaian yang dilakukan oleh grup PT Semen Indonesia menyusul penurunan biaya produksi.

"Karena biaya produksi grup Semen Indonesia turun, maka mereka menurunkan juga harga produknya ke masyarakat," jelas Sofyan.

Apabila keputusan di tingkat pusat ini tidak terjadi di lapangan, maka Sofyan menduga ada permasalahan struktural di pasar domestik. "Ini yang nanti perlu dibenahi," katanya. (ags/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER