Kebijakan Stimulus Eropa Redam Efek Buruk Kebijakan The Fed

Safyra Primadhyta | CNN Indonesia
Senin, 26 Jan 2015 15:05 WIB
Rencana normalisasi kebijakan moneter AS diprediksi akan berdampak sedikit lebih besar terhadap pasar uang Indonesia dibandingkan kebijakan stimulus Eropa.
Rencana normalisasi kebijakan moneter AS diprediksi akan berdampak sedikit lebih besar terhadap pasar uang Indonesia dibandingkan kebijakan stimulus Eropa. (DodgertonSkillhause/morgueFile)
Jakarta, CNN Indonesia -- Analis pasar uang menilai kebijakan Bank Sentral Eropa (ECB) menggelontorkan stimulus diyakini meredam efek negatif yang mungkin timbul dari rencana normalisasi kebijakan moneter Amerika Serikat pada paruh kedua 2015.

David Mann, Kepala Riset Makro Bank Standard Chartered untuk Regional Asia, memperkirakan rencana kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) atau The Federal Reserve menaikkan tingkat suku bunga acuan di paruh kedua tahun 2015 akan berdampak sedikit lebih besar terhadap pasar keuangan Indonesia dibandingkan dengan kebijakan stimulus Eropa.

Sebagai informasi, ECB pada pekan lalu mengumumkan kebijakan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 0,05 persen dan kebijakan stimulus dengan menyuntikkan uang segar ke pasar uang sekitar € 1 triliun. Kebijakan tersebut dilakukan untuk mendongkrak kinerja perekonomian Eropa yang sedang lesu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Saat ini kami percaya efek dari kebijakan The Fed lebih besar dari ECB, tapi tidak terlalu banyak,” ujar David Mann dalam konferensi pers di Jakarta, Senin (26/1).
Menurutnya, The Fed tidak akan bertindak cepat dan agresif dalam melakukan kebijakan moneternya seperti halnya yang dilakukan pada 2013 dan 2014. The Fed kemungkinan akan meningkatkan tingkat suku bunga acuan secara bertahap, dimulai pada September 2015 sebesar 25 basis poin (bps).

Efek psikologis dari pengumuman tersebut, kata Mann, akan terasa menjelang mendekati pengumuman tersebut yang tercermin dari pelarian modal ke Negeri Paman Sam. Namun, setelah suku bunganya benar dinaikkan, pasar akan kembali tenang karena sudah ada kepastian.

Senada dengan Mann, Ekonom Senior Standard Chartered Fauzi Ichsan menyatakan gejala pembalikan modal sudah terasa pada saat ini di pasar uang. Namun demikian, Indonesia tidak perlu takut karena investor tetap merespon kebijakan positif ECB yang sudah lebih dulu dilakukan.

“Kekhawatiran pasar atas kenaikan suku bunga dolar AS ter-offset dengan kebijakan Quantitative Easing (QE) Bank Sentral Eropa. Kenaikan suku bunga The Fed baru prospek, sedangkan QE-nya ECB itu nyata dan riil, € 60 miliar tiap bulan programnya dan total di atas € 1 triliun ,” jelas Fauzi.

(ags/ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER