Jakarta, CNN Indonesia -- Petani kakao Indonesia kebanjiran permintaan jelang perayaan hari kasih sayang atau valentine setiap tahunnya. Hal ini berkorelasi positif terhadap produksi dan harga bahan baku cokelat itu yang justru meningkat di tengah tren penurunan harga komoditas dunia.
“Menjelang valentine pasti ada kenaikan permintaan, khususnya di Asia, naik 20 persen setiap tahun. Permintaan terbesar di Indonesia, Tiongkok, dan India. Namun secara global konsumsinya rata-rata tumbuh 4 persen,” jelas Ketua Umum Asosiasi Industri Kakao Indonesia (AIKI) Pieter Jasman kepada CNN Indonesia, Sabtu (14/2).
Tingginya permintaan di Asia, kata Pieter, seiring dengan meningkatnya pendapatan per kapita dan bersarnya populasi penduduk. Membaiknya kesadaran masyarakat akan pentingnya makanan sehat juga menjadi pendorong tingginya konsumsi cokelat di kawasan.
Pieter mengatakan selama ini Indonesia merupakan pemasok kakao nomor tiga terbesar di dunia, dengan volume ekspor kakao olahan mencapai 300 ribu ton pada tahun lalu. Kendati demikian, Indonesia masih harus mengimpor 10 ribu ton biji kakao dari Ghana dan 100 ribu ton kakao powder dari Malaysia dan Singapura untuk campuran produksi cokelat.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Karena kakao dari setiap negara berbeda, kalau dari Indonesia itu agak asam dan berasa buah-buahan, tetapi kakao butter-nya lebih tahan leleh. Sebaliknya kakao asal Ghana itu cocok untuk campuran cokelat rasa susu karena kakau butternya lebih lembek,” tuturnya.
Menurut Pieter, permintaan kakao sepanjang tahun lalu naik selaras dengan kecenderungan harga jual naik di pasar global. Pasar kakao dunia memiliki tren yang bertolak belakang dengan mayoritas komoditas lain yang justru anjlok di tengah perlambatan ekonomi global. “Sekarang saja harga kakao sudah sebesar US$ 3.000 per ton,” kata Pieter.
Sayangnya, lanjut Pieter, dari sisi produksi relatif tidak berubah dalam tiga tahun terakhir. Produksi kakao nasional stagnan di kisaran 500 ribu per ton sejak 2012.
“Tahun ini kami optimistis produksinya meningkat 20 persen, dari 500 ribu ton menjadi 600 ribu ton mengikuti kenaikan permintaan yang rata-rata 20 persen per tahun. Pemerintah melihat industri ini sebagai peluang untuk dikembangkan dengan memasang target produksi 2 juta ton pada 2020. Otomatis kita akan menjadi pemasok kakao nomor satu di dunia,” ujarnya.
(ags/ags)