IBR: Optimisme Pebisnis Indonesia Tertinggi Kelima di Dunia

Endro Priherdityo | CNN Indonesia
Selasa, 14 Apr 2015 00:18 WIB
Optimisme bisnis Indonesia tercatat sebesar 68 persen pada periode Januari-Maret 2015, meningkat dibandingkan dengan nilai kuartal IV 2014 yang hanya 14 persen
Optimisme bisnis Indonesia tercatat sebesar 68 persen pada periode Januari-Maret 2015, meningkat dibandingkan dengan nilai kuartal IV 2014 yang hanya 14 persen. (REUTERS/Yuya Shino)
Jakarta, CNN Indonesia -- Optimisme pebisnis di Indonesia merupakan yang tertinggi kelima di dunia versi Grant Thornton International Business Report (IBR). Berdasarkan survei yang dilakukan IBR, kepercayaan pemilik modal terhadap masa depan ekonomi nasional meningkat signifikan pada kuartal I 2015 dibandingkan dengan tiga bulan terakhir 2014.

Optimisme bisnis Indonesia tercatat sebesar 68 persen pada periode Januari-Maret 2015, meningkat dibandingkan dengan nilai kuartal IV 2014 yang hanya 14 persen. Namun, angka tersebut masih lebih rendah dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu 78 persen.

“Lonjakan optimisme yang terjadi ini memberikan sinyal yang prospektif bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun mendatang,” jelas Johanna Gani, Managing Partner di Grant Thornton Indonesia, dalam risetnya, Senin (13/4).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Peringkat optimisme pelaku bisnis Indonesia menempati peringkat lima dari 36 negara yang disurvey oleh BRI pada kuartal I 2015, unggul dibandingkan dengan negara-negara tetangga di kawasan Asean yang rata-rata 40 persen. Indonesia hanya kalah dari Irlandia (92 persen), India (89 persen), Filipina (86 persen), dan Belanda (78 persen).

Menurut Johanna Gani, mayoritas pebisnis yang disurvei optimistis akan mampu mencapai target penjualan dan profit yang diharapkan. Ekspektasi atas pencapaian profit untuk 12 bulan mendatang meningkat hingga 50 persen, setelah pada periode sebelumnya hanya sebesar 20 persen.

“Aspek regulasi dan proteksi industri, kenaikan biaya atas energi, dan ketidakpastian ekonomi tidak lagi dipandang sebagai hambatan besar bagi aktivitas bisnis di negara ini,” ujar Gani.

Prediksi tersebut, kata Gani, selaras dengan perkiraan Bank Indonesia yang meyakini bahwa perekonomian akan mulai membaik pada kuartal pertama 2015.

“Di masa seperti ini, peningkatan anggaran investasi pemasaran merupakan ide yang bagus untuk dipertimbangkan. Pengembangan atau peluncuran produk dan layanan baru, dikombinasikan dengan pengembangan akses kepada sumber baru untuk pendanaan bisnis, merupakan inisiatif yang sangat mungkin diaplikasikan untuk bisa mencapai pertumbuhan bisnis yang berkesinambungan di tahun 2015,” ujarnya menyarankan.

Pendapat sebaliknya pernah diutarakan oleh Tony Prasetiantono, Ekonom senior yang juga Komisaris Independen Bank Permata. Menurutnya, terjerembabnya rupiah ke level terendah sejak krisis 1998 merupakan cermin dari kepercayaan investor yang semakin luntur terhadap Pemerintahan Joko Widodo.

"Tidak fair kalau hanya menyebut faktor eksternal, ada juga masalah internal. Bank Indonesia bilang fundamental ekonomi kita baik, tapi ada faktor confidence Jokowi yang turun. Ada pelemahan trust terhadap pemerintahan Jokowi, sehingga ujung-ujungnya investor pilih pegang dolar," jelas Tony Prasetiantono, Ekonom yang juga Komisaris Independen Bank Permata di Senayan, Sabtu (28/3).

(Baca juga: Popularitas Jokowi Anjlok, Rupiah Turut Jeblok)

Tony menilai Jokowi mengalami kemunduran karakter belakangan ini dibandingkan dengan masa-masa menjelang dan awal kepemimpinannya sebagai presiden. Ketidaktegasan dan keragu-raguannya dalam menuntaskan sejumlah kisruh politik dan hukum memicu kekecewaan masyarakat yang mayoritas mendukungnya.  Tak ayal, kejadian tersebut turut mempengaruhi kondisi ekonomi dalam negeri. (ags)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER