Jakarta, CNN Indonesia -- Penyerahan akuarium raksasa Sea World kepada PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) yang telah dikelola PT Sea World Indonesia selama 20 tahun menyita perhatian masyarakat Jakarta dan sekitarnya. Serah terima aset tanpa dibarengi kejelasan nasib ikan dan biota laut yang hidup didalamnya dinilai mengancam kelangsungan hidup hewan-hewan tersebut.
Tasya Yusira (23), warga Jakarta yang ditemui CNN Indonesia ketika tengah berekreasi di kawasan Ancol yang berdekatan dengan Sea World mengaku penyelamatan ikan-ikan merupakan hal yang utama dari serah terima aset tersebut.
"Saya tidak peduli Sea World mau ditutup atau tidak, saya rasa yang lebih penting itu adalah hewan yang ada di dalamnya. Itu harus diurusi, mereka kan makhluk hidup,” kata Tasya, Kamis (19/2).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pegawai perusahaan pemasaran tersebut menilai Sea World merupakan salah satu tempat wisata terpenting di Jakarta. Sehingga sudah merupakan keharusan jika pengelolaannya harus lebih profesional.
"Mungkin setahun dua kali saya berkunjung ke Sea World. Terlebih ketika saudara saya datang dari luar Jakarta ketika hari raya, mereka selalu ingin datang ke Sea World. Karena sudah dikenal oleh warga di luar Jakarta, maka pengelolaannya juga jangan main-main," ujarnya.
Tasya mengaku mengetahui adanya konflik antara Jaya Ancol dengan PT Sea World Indonesia, sehingga dirinya tak heran apabila Sea World ditutup hingga jangka waktu yang tidak dapat dipastikan. Dia hanya berharap, kedua perusahaan tersebut bisa menemukan jalan keluar bersama sehingga ikan-ikan yang kini nasibnya tidak jelas tersebut bisa diselamatkan.
"Kenapa tidak dibeli saja ikannya? Kan tanggung kalau cuma dilimpahkan modal fisiknya saja. Ikan yang terdapat di dalamnya kan juga termasuk aset lho, mereka punya nilai," ujarnya.
Sementara, Evi (22) yang mengaku berasal dari Bogor mengaku kecewa lantaran dirinya baru tahu kalau wahana akuarium Sea World sedang ditutup tanpa kepastian kapan akan dibuka lagi.
"Saya datang kesini melewati banjir cuma mau datang ke Sea World. Saya pikir masih buka, ternyata saya baru tahu kalau tempat ini sudah tutup sejak beberapa bulan yang lalu," ujarnya ketika ditemui di dekat pintu masuk Sea World.
Evi menyayangkan ditutupnya wahana ini, karena tak ada lagi akuarium lain yang sebesar ini di kawasan Jakarta. "Meskipun saya juga jarang datang ke sini, tapi kan tidak ada wisata akuarium lain di Jakarta. Sayang saja kalau Sea World tutup, semoga segera buka lagi," tambahnya.
Selain itu, dia juga berharap ikan-ikan dan biota laut lainnya masih tetap diurus dengan baik mengingat banyak sekali spesies-spesies laut langka terdapat di situ. "Jika nanti kalau buka lagi, ikan-ikannya masih tetap sehat, semua pengunjung senang," tuturnya.
Sebagai masukan kepada manajemen Jaya Ancol, baik Tasya dan Evi sepakat menginginkan tidak adanya tiket tambahan untuk masuk ke dalam wahana ini jika Sea World kembali beroperasi lagi.
"Saya sih inginnya
all-in, jadi bayar tiket masuk Ancol sudah
include semua dari mulai Dufan, Atlantis, hingga Sea World," tambah Evi.
Sebelumnya Sekretaris Perusahaan Jaya Ancol Metty Harahap mengungkapkan serah terima aset Sea World oleh PT Sea World Indonesia yang dilakukan akhir pekan lalu tidak termasuk ikan dan biota laut yang hidup di dalamnya. Metty menegaskan, Jaya Ancol tidak ingin mengeluarkan uang sepeser pun untuk membeli hewan tersebut seperti yang diinginkan PT Sea World Indonesia.
“Jadi setelah 20 tahun digunakan, mereka harus menyerahkan seluruh aset yang melekat di Sea World itu menjadi milik Jaya Ancol. Tidak ada kewajiban bagi kami untuk membeli ikan. Mereka bisa memindahkan ikan tersebut kalau mau,” tegas Metty.
(gen)