Rugi Bakrie Telecom Naik Jadi Rp 2,87 Triliun

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Senin, 06 Apr 2015 11:20 WIB
Hal itu disebabkan oleh pendapatan perseroan yang anjlok 13 persen menjadi Rp 1,8 triliun dari sebelumnya Rp 2,07 triliun.
Esia, merek layanan operator yang dikeluarkan oleh PT Bakrie Telecom Tbk. (Dok. Esia/ Twitter)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bakrie Telecom Tbk., perusahaan telekomunikasi milik grup Bakrie, mencatatkan performa yang semakin buruk pada 2014. Sepanjang tahun lalu rugi bersih perseroan tercatat Rp 2,87 triliun, naik 8,7 persen dari Rp 2,64 triliun pada 2013.

Jebloknya kinerja Bakrie Telecom yang dikenal dengan produk Esia tersebut, disebabkan oleh pendapatannya yang anjlok 13 persen menjadi Rp 1,8 triliun dari sebelumnya Rp 2,07 triliun. Berdasarkan keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia, pendapatan jasa telekomunikasi jeblok 42,3 persen menjadi Rp 1,27 triliun, sementara pendapatan jasa interkoneksi turun 22 persen menjadi 184,2 miliar.

Hal itu ditambah dengan beban pendapatan yang naik 3 persen menjadi Rp 2,13 triliun dari sebelumnya Rp 2,07 triliun. Karena hal itu, perseroan menanggung rugi usaha Rp 947,55 miliar. Padahal, dalam tahun sebelumnya perseroan masih mencatatkan laba usaha Rp 3,6 miliar.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Total aset Bakrie Telecom di sepanjang 2014 sebesar Rp 7,59 triliun, turun dari sebelumnya Rp 9,13 triliun. Hal itu juga diikuti penaikan liabilitas atau kewajiban perseroan, menjadi Rp 11,46 triliun, naik dari sebelumnya Rp 10,13 triliun.

Bakrie Telecom mulai mencatatkan rugi bersih sejak 2011 dan mencetak performa ekuitas buruk sejak 2013. Pada 2011 perseroan merugi Rp 782,7 miliar, kemudian utang kian melonjak menjadi Rp 3,13 triliun pada 2012 dan Rp 2,64 triliun pada 2013. Namun, pada tiga bulan pertama 2014, laporan perusahaan keuangan sempat membukukan laba bersih Rp 210 miliar karena terdongkrak selisih kurs.

Atas dasar hal tersebut, sebelumnya Bakrie Telecom mengurangi jumlah karyawan hingga 28 persen atau 400 dari 1.400 total karyawannya untuk menekan biaya operasional. Manajemen menyatakan pemecatan pegawai sebagai strategi perusahaan agar operasional menjadi lebih efektif. Pengurangan jumlah karyawan dinilai merupakan bagian dari langkah efisiensi perusahaan agar operasional lebih efektif.

Perseroan juga diketahui memiliki total kewajiban utang senilai Rp 11,3 triliun. Beberapa di antaranya adalah, utang biaya hak penggunaan (BHP) frekuensi dan universal service obligation (USO) senilai Rp 1,26 triliun, utang usaha Rp 2,4 triliun, utang tower provider Rp 1,3 triliun, dan utang dana hasil wesel senior Rp 5,4 triliun. (gir)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER