Industri Bir Diyakini Tak Terlalu Terdampak Aturan Mendag

Jakarta, CNN Indonesia -- Menteri Perdagangan Rachmat Gobel telah mengeluarkan larangan penjualan minuman beralkohol di minimarket. Padahal di sisi lain, penjualan bir atau minuman beralkohol di bawah 5 persen di Indonesia sebetulnya berada di jalur positif. Tapi diyakini, aturan ini takkan terlalu berdampak bagi produsen minuman beralkohol karena pasar Indonesia terbilang kecil. 

Pilihan Redaksi Minuman Beralkohol Sudah Lenyap dari Minimarket Dilarang Pemerintah, Alfamart Tarik Stok Minuman Beralkohol Saham Bir Anker dan Bintang Melorot Pasca Larangan Pemerintah Fahira Idris: Relawan Tak Razia Bir Hanya Pantau Minimarket

Menurut data yang dilansir kantor berita Reuters, penjualan bir di Indonesia naik lebih dari 50 persen selama satu dekade terakhir. Tapi memang tingkat konsumsinya masih kecil, dibandingkan populasi 250 jutaan. Survei dari Nielsen terbaru mendapati bahwa hanya 2,2 persen rakyat Indonesia di atas usia 20 tahun yang mengkonsumsi alkohol dalam kurun waktu 12 bulan terakhir.

Produsen bir lokal yang populer di Indonesia salah satunya adalah Bir Bintang yang diproduksi oleh PT Multi Bintang Indonesia Tbk, yang sahamnya mayoritas dimiliki oleh Heineken. Produsen lain yang punya jejak panjang di Indonesia adalah Diageo dan Carlsberg.

Indonesia masuk ke dalam urutan ke-10 pengkonsumsi bir di Asia dan termasuk pula sebagai peminum bir hitam Guinness terbanyak di kawasan itu.

Sanjeet Aujla, analis di Credit Suisse mengatakan pelarangan itu hanya akan berdampak kecil terhadap bisnis Heineken dan Diageo secara keseluruhan. Pasar di Indonesia, menurutnya, hanya dua persen.

Meski begitu, pasar bir domestik memang sedang bertumbuh 5-6 persen per tahun, menurut data International Wine and Spirit Records, lembaga riset yang berbasis di London.

Tapi ada juga kekhawatiran bahwa pelarangan itu akan berdampak pada industri minuman dan distribusinya. Charles Poluan, Direktur Eksekutif Grup Industri Minuman Malt Indonesia, mengatakan ada 200 ribu tenaga kerja yang terancam.

“Tahun depan, turis akan merasa tak menyenangkan lagi pergi ke Indonesia,” kata Charles kepada Reuters baru-baru ini. “Ironisnya, negara tetangga kita Malaysia yang punya hukum syariat Islam tapi mereka tidak melarang penjualan alkohol.” (ded/ded)