Jakarta, CNN Indonesia -- Penyedia jasa energi, PT Elnusa Tbk, telah mengantongi kontrak senilai US$ 344 juta dalam empat bulan pertama 2015. Manajemen Elnusa optimistis kinerja perseroan akan positif pada tahun ini dengan asumsi harga minyak rata-rata berkisar US$ 60-70 per barel.
“Terkait kontrak
on hand, kami telah memperoleh US$ 344 juta saat ini. Sebanyak 75 persen berasal dari jasa
driling oil service sementara sisanya dari jasa
seismic,” ujar Direktur Keuangan Elnusa, Sabam Hutajulu, di Jakarta, Rabu (22/4).
Sabam menjelaskan sekitar 46 persen dari kontrak tersebut atau sebesar US$ 158 juta akan dibukukan sebagai pendapatan perseroan. Sementara sisanya sebesar US$ 186 juta akan dialihkan (
carry forward) menjadi pendapatan tahun berikutnya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Sisanya kami
carry forward, karena
nature-nya memang
multiyears. Kemungkinan besar pada kuartal II akan mirip, tapi nanti akan terus kami
push kontrak,” katanya.
Menurut Sabam, pada tahun ini pihaknya mencanangkan belanja modal sekitar Rp 600 miliar, yang rencananya bakal digunakan untuk operasional dan investasi ke peralatan
drilling maupun
seismic.
“Tujuannya untuk menjaga produksi. Agar kami bisa terus kontrak dengan Chevron dan Pertamina,” kata Sabam.
Seperti diketahui, sepanjang kuartal I/2015, Elnusa mencetak laba bersih senilai Rp 65 miliar, naik 20 persen dari pencapaian periode yang sama tahun sebelumnya Rp 54 miliar. Pertumbuhan laba disumbang oleh kenaikan 1 persen pendapatan menjadi Rp 925 miliar dan penurunan 1 persen beban pokok pendapatan menjadi Rp 767 miliar.
Hal itu sukses membuat laba kotor Elnusa naik 7 persen menjadi Rp 158 miliar. Kemudian laba usaha ikut tumbuh 5 persen menjadi Rp 106 miliar. Sementara laba sebelum bunga, pajak, depresiasi, dan amortisasi (EBITDA) tumbuh 9 persen menjadi Rp 175 miliar.
“Kinerja positif ini terutama didukung oleh baiknya pertumbuhan di segmen jasa hulu yaitu
drilling dan
oilfield services serta
land seismic services yang tumbuh masing-masing 3 persen dan 2 persen. Sedangkan, kinerja anak perusahaan, PT Elnusa Petrofin pada segmen jasa hilir tumbuh 2 persen,” jelas Sabam
Terkait penurunan belanja modal induk usaha dan sengketa dengan Bank Mega, Sabam mengklaim kinerja Elnusa tidak terpengaruh keduanya. Seperti diketahui belanja modal PT Pertamina (Persero), selaku pemegang saham Elnusa, turun dari US$ 7 miliar pada 2014 menjadi US$ 3,2 miliar.
“Kami rasa, penurunan belanja modal Pertamina tidak terlalu berpengaruh karena meski tidak melakukan eksplorasi tetapi proses
lifting atau produksi akan tetap berlangsung,” kata Sabam.
Sementara itu, terkait raibnya dana
deposito on call (DOC) milik Elnusa senilai Rp 111 miliar yang tersimpan di Bank Mega Cabang Jababeka Bekasi Jawa Barat, Sabam menyatakan pihaknya meminta agar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) segera bertindak.
"Kami menunggu tindakan tegas dari OJK. Kami akan terus mendesak pihak OJK dan Bank Mega terkait hal ini,” kata Sabam.
Seperti diketahui, pada Februari lalu, Mahkamah Agung (MA) memutuskan untuk menolak kasasi Bank Mega atas sengketa raibnya dana deposito. Dalam putusan itu hakim menyatakan Bank Mega terbukti bersalah dan harus bertanggungjawab dalam kasus raibnya dana DOC Elnusa.
Selain itu, yang menjadi masalah bagi perseroan saat ini adalah banyak klien meminta negosiasi harga kontrak. Namun, Sabam menegaskan, Elnusa menolak hal itu.
(ags/ded)