Jual Saham ke Perusahaan Malaysia, Peter Sondakh Untung Besar

Immanuel Giras Pasopati | CNN Indonesia
Sabtu, 13 Jun 2015 18:51 WIB
Perusahaan Malaysia, Felda Global Ventures membeli 37 persen saham PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) milik Rajawali Group besutan Peter Sondakh.
(Dari kiri ke kanan) Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil bersama Duta Besar Malaysia untuk Indonesia YB Datuk Seri Zahrain Mohamed Hashim dan CEO PT Rajawali Corpora Peter Sondakh dalam penandatanganan kerjasama Felda Global Ventures (FGV) Holdings Berhad dengan PT Eagle High Plantation Tbk di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat (12/6). (CNN Indonesia/Giras Pasopati)
Jakarta, CNN Indonesia -- Perusahaan asal Malaysia, Felda Global Ventures (FGV) Holdings Berhad membeli 37 persen saham PT Eagle High Plantation Tbk (BWPT) milik Rajawali Group besutan Peter Sondakh dengan nilai mencapai US$ 680 juta atau Rp 9,04 triliun yang terdiri dari gabungan dana tunai dan saham.

Rajawali Group pun untung besar. Pasalnya, transaksi ini setara dengan harga Rp 765 per saham, 1,7 kali lebih tinggi dari harga penutupan saham BWPT di bursa pada tanggal 12 Juni 2015 yang senilai Rp 450 per lembar.

Jika ditilik dari sejarah kepemilikannya, Rajawali Group sebelumnya membeli BWPT dengan harga Rp 400 per saham saat melalui skema Penawaran Umum Terbatas (PUT) dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (HMETD) atau right issue akhir tahun lalu. Jika dihitung, maka Rajawali meraih untung lebih dari Rp 4 triliun.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam transaksi ini, Felda akan membayar 30 persen saham BWPT dengan tunai senilai US$ 632 juta. Sementara sisa 7 persen saham BWPT akan ditukar dengan 95 juta saham baru FGV sehingga Rajawali akan memiliki 2,6 persen di perusahaan Malaysia itu.

Di saat yang sama, FGV juga akan mengakuisisi 95 persen kepemilikan di proyek gula Rajawali senilai $67 juta dengan tunai. Proyek gula tersebut akan berada di bawah FGV Kalimantan Sdn Behd, anak usaha dari FGV.

"Kemitraan ini akan semakin meningkatkan kemampuan teknis dan menciptakan proses transfer pengetahuan seperti bidang teknologi dan pengembangan. Rajawali memiliki land bank yang luas dan nanti akan dikembangkan oleh FGV," kata Darjoto Setyawan, Managing Director Rajawali Corpora dalam acara penandatanganan perjanjian akuisisi tersebut di Hotel Ritz Carlton Kuningan, Jakarta, Jumat (12/6).

BWPT saat ini memiliki total lahan sebesar 425.000 hektare, dengan 67 persen berlokasi di Kalimantan, 9 persen di Papua, 19 persen di Sulawesi dan 5 persen di Sumatera. Terdapat perkebunan seluas 152.000 hektare dengan 76 persen wilayah yang sudah menghasilkan dan 24 persen belum menghasilkan. Umur rata-rata tanaman yang sudah menghasilkan adalah 8 tahun.

Dato' Mohamad Emir Mavani Abdullah, Group President FGV mengatakan Rajawali adalah mitra yang kuat di Indonesia dan transaksi itu menyediakan akses kepada pasar Indonesia dengan pendapatan yang signifikan dan peluang melalui jaringan yang luas.

"Melalui kesepakatan ini kami akan menjadi pebisnis terbesar dan terkuat pada industri perkebunan kelapa sawit global," ujarnya dalam kesempatan yang sama.

Dianggap Transaksi Murah

Kendati Rajawali Group untung banyak, tetapi FGV masih menilai harga tersebut murah karena penghitungan biaya dan dari sejarah akuisisi perusahaan Malaysia tersebut. Diketahui, dari enam transaksi akuisisi FGV yang terakhir, pembelian saham BWPT memiliki nilai biaya terendah.

Sebelumnya, FGV tercatat melakukan akuisisi kepada Golden Energy dengan nilai biaya US$ 20.400 per hektar tertanam, sementara BWPT lebih rendah dari nilai itu.

“Akuisisi BWPT menunjukkan biaya (blended cost) sekitar US$ 17.400 per hektar tertanam, atau paling murah dibandingkan sejumlah transaksi akuisisi sebelumnya,” ungkap Dato' Emir.

Di sisi lain, transaksi ini akan membuat yield perkebunan FGV semakin rendah karena saat ini rata-rata umur tanaman FGV adalah 15 tahun sedangkan BWPT hanya 8 tahun.

"Ini akan meningkatkan yield dalam jangka dekat dan mengurangi biaya capex yang diperlukan untuk penanaman kembali," katanya.

Sementara, bagi Rajawali, transaksi ini tentunya sangat menguntungkan karena dapat mengembalikan modalnya setelah menyuntik BWPT melalui rights issue pada tahun lalu. Darjoto mengatakan dana hasil transaksi dari FGV ini akan digunakan untuk membayar utang.

"Dalam situasi ekonomi lemah saat ini, kami ingin memiliki kas yang lebih banyak karena cash is king. Sebagian besar akan kami gunakan untuk membayar pinjaman dan memperkuat modal. Kalau ada peluang bagus, akan menjadi keuntungan bagi kami," kata Darjoto. (gir/ded)
TOPIK TERKAIT
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER