Jakarta, CNN Indonesia -- Kementerian Keuangan (Kemenkeu) menilai porsi kepemilikan asing sebesar 39,48 persen di portofolio Surat Berharga Negara (SBN) rupiah di pasar sekunder masih wajar.
Direktur Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu Robert Pakpahan mengakui apabila dibandingkan dengan negara lain, porsi kepemilikan asing di SBN yang diterbitkan pemerintah terbilang tinggi. Robert mencontohkan porsi kepemilikan asing di SBN Malaysia hanya sekitar 30 persen.
Kendati demikian, ia menilai sepanjang pemerintah mampu menjaga fundamental ekonomi dengan pertumbuhan yang positif serta utang negara yang masih dalam taraf wajar, tingginya kepemilikan asing pada SBN tidak perlu dikhawatirkan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tercatat, utang pemerintah saat ini mencapai Rp 2.843, 25 triliun atau sekitar 27 persen dari pendapatan domestik bruto (PDB) tahun lalu, Rp 10.542 triliun.
“Dengan kondisi sekarang, pihak asing masuk ke portofolio SBN kita malah bagus karena akan menambah likuiditas di pasar, menurunkan imbal hasil, dan menambah stok valuta asing,” kata Robert di kantornya, Jakarta, Kamis (9/7).
Selain itu, pemerintah juga tidak perlu takut pada tingginya kemungkinan arus balik modal dadakan (sudden reversal). Disebutkannya, hingga 7 Juli 2015, total kepemilikan asing atas SBN rupiah di pasar sekunder mencapai Rp 535,95 triliun.
Sementara itu, sekitar Rp 102,3 triliun SBN atau hampir 20 persennya dimiliki oleh bank sentral asing yang menggunakan instrumen tersebut sebagai cadangan devisa.
“Bank sentral asing itu kalau megang bisa due to maturity, itu bagian dari cadangan devisanya. Artinya, kalau pasar turun naik dia tidak terlalu terpengaruh. Dengan demikian saya bisa asumsikan yang Rp 102 triliun ini tidak ada sudden reserval,” kata Robert.
Sementara itu, komposisi terbesar dari kepemilikan asing atas SBN dimiliki oleh pengelola reksadana (mutual fund) sebesar Rp 182,61 triliun yang diikuti oleh lembaga keuangan senilai total 147,81 triliun. Lembaga-lembaga tersebut juga dinilai Robert menaruh dana relatif dalam jangka panjang dan bukan spekulan.
“Artinya walaupun komposisi kepemilikan asingnya 39,48 persen atau Rp 535 triliun, kalau kita pilah-pilah, kita agak comfort karena sekitar Rp 400 triliun berasal dari long term investor bukan sekedar spekulan,” ujarnya.
(gen)