Akibat Erupsi, Wisata Bali Kehilangan Rp 16 Miliar per Hari

Agust Supriadi | CNN Indonesia
Minggu, 12 Jul 2015 13:00 WIB
Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) mencatat rata-rata turis di Bali menghabiskan uang US$ 150 per hari.
Sejumlah pemudik menempati ruang tunggu menjelang keberangkatan ke Pulau Jawa dan Sumatera pada H-9 Lebaran di Terminal Ubung, Denpasar, Rabu (8/7). (Antara Foto/Nyoman Budhiana)
Jakarta, CNN Indonesia -- Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) menyatakan penutupan Bandara Ngurah Rai, Bali akibat erupsi Gunung Raung berpotensi menghilangkan pendapatan pariwisata Pulau Dewata sekitar US$ 1,2 juta atau hampir Rp 16 miliar per hari.

Ketua GIPI Bali, Ida Bagus Ngurah Wijaya menjelaskan estimasi tersebut menggunakan asumsi rata-rata kunjungan wisawatan ke Bali yang sekitar 8 ribu turis per hari, dengan rata-rata belanja US$ 150 per turis per hari.

"Pasti ada dampaknya dengan ditutupnya Bandara Ngurah Rai karena kurang lebih per harinya 8 ribu turis ke Bali dengan spending rata-rata per orang US$ 150. Mungkin mereka membatalkan atau menunda kunjungan," ujarnya kepada CNN Indonesia, Ahad (12/7).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, pria yang sering disapa Gus Wijaya ini dapat memahami alasan Kementerian Perhubungan dan otoritas bandara menghentikan aktivitas penerbangan dari dan menuju ke Bali karena alasan bencana alam.

"Ini merupakan hari ketiga (Bandara Ngurah Rai ditutup), tapi kami mengerti karena ini persoalan alam," tuturnya.

Pemilik Segara Village Hotel di Sanur ini mengatakan, hampir seluruh industri di Bali tergabung dalam GIPI, di mana lebih dari setengah juta orang bergantung hidup di sektor itu. Khusus untuk bisnis perjalanan wisata, sedikitnya 400 perusahaan bernaung di bawah GIPI.

"Demikian pula dengan industri perhotelan, total ada 90 ribu kamar hotel yang mereka kelola," tuturnya.

Ketua Asosiasi Perjalanan Wisata Indonesia (Asita) Bali, I Ketut Ardhana mengungkapkan cukup banyak turis yang tidak bisa datang dan meninggalkan Bali akibat ditutupnya Bandara Ngurah Rai. Bagi yang tidak bisa meninggalkan Bali, kata Ardhana, mereka terpaksa harus mengeluarkan anggaran lebih untuk membiayai akomodasi tambahannya. 

"Namun, karena ini force major semuanya mesti bertanggungjawab," tuturnya. 

Untuk itu, Ardhana mengingatkan seluruh pelaku usaha perjalanan wisata untuk memberikan fleksibilitas dan kompensasi kepada para pengguna jasanya. "Misalnya hotel, harus siap menyediakan kamar untuk membantu tamunya yang tidak bisa pulang," tuturnya. 



(ags)
REKOMENDASI
UNTUKMU LIHAT SEMUA
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER