Jakarta, CNN Indonesia -- Saham Apple merosot hampir 7 persen menjadi US$ 121 per lembar dari penutupan perdagangan sebelumnya US$ 130,75 per lembar saham.
Dikutip dari
Reuters, Rabu (22/7), koreksi terjadi setelah Apple merilis proyeksi penurunan laba. Perkiraan tersebut justru muncul di tengah penjualan yang kuat produk-produk Apple di China, yang diprediksi mencapai US$ 13,23 miliar atau meningkat lebih dari dua kali lipat dari tahun sebelumnya.
Kepala Bagian Keuangan Apple, Luca Maestri dalam sebuah wawancara mengatakan penjualan Apple di China "spektakuler" sepanjang kuartal dan membuat perusahaan berencana membuka 40 toko baru dalam 12 bulan ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tanpa mengungkapkan angka spesifik, Maestri mengatakan penjualan Apple Watch melampaui ekspektasi perusahaan. Dia mencatat dalam sembilan minggu sejak diluncurkan pada akhir April, penjualan perangkat ini mengalahkan penjualan iPhone atau iPad selama periode yang sama setelah peluncurannya.
Apple melaporkan jumlah iPhone yang terjual dalam tiga bulan terakhir hanya 47,5 juta unit, meningkat 35 persen dari penjualan tahun lalu. Namun, angka tersebut masih lebih rendah dari proyeksi sejumlah analis yang disurvei Thompson Reuters, yakni mencapai 49 juta unit.
Colin Gillis, analis BGC Partners mengatakan, proyeksi tersebut dibuat karena melihat tingkat kerentanan ketergantungan Apple pada iPhone yang tinggi dan semakin pentingnya pasar Cina untuk perusahaan itu.
"Di mana Anda akan menemukan pertumbuhan di dunia? " ujar Gillis.
Apple memperkirakan pendapatannya naik pada tahun ini, dari US$ 49 miliar pada tahun lalu menjadi US$ 51 miliar. Namun, proyeksi tersebut meleset dari estimasi rata-rata analis yang dihimpun
Thompson Reuters US$ 51,13 miliar.
Perusahaan menyatakan laba bersihnya naik menjadi US$106, 8 miliar atau US$$1,85 per lembar saham, dari posisi tahun lalu US$ 77,5 miliar atau US$ 1,28 per saham.
Sementara analis yang dihimpun
Thompson Reuters memperkirakan pendapatan Apple akan mencapai US$ 1,81 per saham.
Pendapatan diproyeksi naik 32,5 persen menjadi US$ 49,61 miliar dari tahun sebelumnya, mengalahkan ekspektasi Wall Street yang sebesar US$ 49,43 miliar.
(ags)