Memanen Jagung Super dari Sumatera Utara

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Sabtu, 29 Agu 2015 13:29 WIB
Biji jagung super ini dikembangkan di laboratorium milik Monsanto Indonesia.
Mauricio Amore, CEO Monsanto Indonesia, di Pakpak Bharat, Sumatera Utara. (CNN Indonesia/Deddy Sinaga)
Jakarta, CNN Indonesia -- Jagung super, kira-kira begitu julukan yang bisa disandangkan kepada tanaman jagung yang ditanam dan diproduksi di Kabupaten Pakpak Bharat, Sumatera Utara.

Alih-alih sekadar berasal dari tanaman induk biasa, biji jagung ‘super’ ini dikembangkan di laboratorium milik Monsanto Indonesia, perusahaan produsen benih tanaman pertanian itu.

Mauricio Amore, CEO Monsanto Indonesia, mengatakan bibit jagung ‘super’ itu adalah hasil ‘perkawinan’ karakteristik unggulan dari beberapa macam jagung.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

“Contohnya pernikahan, suami membawa karakteristik sendiri, istri juga, nah anaknya adalah kombinasi dari karakter-karakter itu,” katanya, kepada CNN Indonesia, Rabu (26/8).

Di level DNA, ilmuwan Monsanto menggabungkan ciri-ciri genetika unggulan dari jagung dari berbagai lokasi di dunia. Contohnya, kemampuan satu jenis jagung menangkis penyakit digabungkan dengan keunggulan jagung lain seperti buah yang bagus atau daun yang kuat.

“Anak-anak jagung itu adalah jagung yang kuat dan tahan terhadap penyakit,” katanya.

Bibit jagung unggul ini dinamakan jagung hibrida. Ia mampu meningkatkan produksi dari sekitar 1,5-2 metrik ton per hektare menjadi 6-7 metrik ton per hektare.

Tapi untuk memproduksi bibit unggul itu membutuhkan proses setidaknya sampai tujuh tahun. Dari puluhan ribu bibit dianalisis untuk kemudian disaring menjadi hanya beberapa bibit paling unggul.

Kebaikan jagung super ini dirasakan oleh Jidin Berutu, petani di Desa Bandar Baru, Kecamatan STTU Jehe. Dia baru saja memanen jagung dengan pendapatan yang lumayan.

Dari total lahan seluas 4 ribu meter persegi, sebagian ditanami jagung, di samping duku, dan tanaman keras lain. Jidin memanen dan menjual 2,4 ton jagung yang sudah dikeringkan. Total pendapatan dari jagung yang umurnya 4 bulan itu dia meraup Rp 5 juta.

“Dulu paling setengahnya,” kata Jidin, di lahannya yang miring mengikuti kontur perbukitan. Melalui program Sustainable Agriculture Landscape Partnership (SALP), Jidin dan para petani di daerah itu mendapat bantuan bibit jagung yang unggul.

SALP adalah proyek ‘keroyokan’ lembaga swadaya masyarakat Conservation International (CI) dan Monsanto Indonesia (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER