Kadin Dorong Kolombia Manfaatkan Peluang MEA Lewat Indonesia

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Selasa, 15 Sep 2015 00:09 WIB
Kolombia akan mulai menjajaki investasi di negara-negara Asia Tenggara jelang diberlakukannya kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean.
Kolombia akan mulai menjajaki investasi di negara-negara Asia Tenggara jelang diberlakukannya kesepakatan Masyarakat Ekonomi Asean. (CNN Indonesia/Tri Wahyuni).
Jakarta, CNN Indonesia -- Demi menguasai pasar ketika diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia berharap investor yang berasal dari negara selain negara-negara investasi utama untuk masuk ke Indonesia dan menjadikannya basis produksi di kawasan Asia Tenggara. Salah satu negara yang disasar adalah Kolombia, yang merupakan salah satu negara di Amerika Latin.

Wakil Ketua Umum Kadin bidang Perdagangan dan Kerjasama Ekonomi Internasional, Chris Kanter mengatakan bahwa pihaknya ingin Kolombia berinvestasi di sektor basis produksi barang-barang selain kebutuhan dasar bagi kelas pendapatan menengah (middle income). Pasalnya, jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia lebih besar apabila dibandingkan keseluruhan jumlah penduduk Kolombia.

Menurut Chris, saat ini jumlah penduduk kelas menengah di Indonesia sebanyak 57 juta jiwa atau lebih besar 8 juta orang dibanding seluruh penduduk Kolombia yang sebesar 49 juta jiwa. Kondisi itu, menurutnya, merupakan potensi pasar yang baik bagi investor-investor Kolombia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Lebih baik bagi mereka untuk masuk ke segmen barang-barang bagi middle income karena potensinya luar biasa. Pasarnya saja lebih besar apabila dibandingkan dengan total penduduk wilayah itu," jelas Chris ketika ditemui di Jakarta, Senin (14/9).

Apalagi, ujarnya, nanti Indonesia akan menjadi basis pasar terbesar di MEA dengan jumlah populasi sebanyak 260 juta orang, atau 43 persen dari total populasi Asia Tenggara sebesar 600 juta orang. Namun, sayangnya Chris tak mencontohkan jenis barang bagi kelas menengah yang bisa digarap oleh investor Kolombia.

"Selain itu, kami juga yakin kalau kemudahan izin yang tengah dilakukan oleh Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) bisa menjadi insentif tersendiri bagi para investor itu. Namun agar investor mau menanamkan modalnya di sini, juga perlu kebijakan lain. Apalagi untuk menarik investor yang permintaannya dikendalikan oleh pendapatan masyarakat, seperti barang-barang bagi kelas middle income," jelasnya.

Kebijakan lain yang diperlukan utamanya adalah perjanjian kerjasama perdagangan dengan negara lainnya dalam bentuk Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) dengan beberapa kawasan. Jika hal itu tidak dipenuhi, maka impian Indonesia untuk menjadi negara berbasis ekspor hanya tinggal impian semata.

"Kalau kita tidak buat perjanjian dagang, maka beban semakin berat. Padahal, CEPA itu merupakan insentif investasi yang paling luar biasa. Untungnya Presiden Jokowi berjanji mau segera percepat CEPA dengan Uni Eropa, Korea Selatan, Australia, dan juga Amerika Selatan. Semoga saja Kolombia benar-benar mau menggarap pasar middle income di Indonesia," ujar Chris.

Di kesempatan yang sama, Wakil Presiden bidang Investasi otoritas investasi Kolombia, ProColombia Juan Carlos Gonzalez mengatakan bahwa peluang tersebut terbuka lebar mengingat sebagian besar perusahaan asal Kolombia yang berekspansi di luar negeri bergerak di sektor fesyen dan manufaktur. Dari 450 ekspansi luar negeri yang dilakukan oleh 123 perusahaan Kolombia, 49 persennya bergerak di kedua sektor tersebut.

Jika dilihat secara lebih rinci, sebanyak 28 persen dari 450 ekspansi tersebut bergerak di bidang ritel fesyen, 11 persen bergerak di bidang pengolahan makanan, dan 8 persen di jasa keuangan. Maka dari itu, menurutnya, tak menutup kemungkinan jika keinginan Indonesia agar perusahaan Kolombia mau menggarap suplai pasar kelas menengah nantinya bisa terpenuhi.

"Sejauh ini, investasi Kolombia ke luar negeri mencapai US$ 43,56 miliar dari tahun 2002 hingga 2014 dengan tujuan Peru, Panama, Mexico, dan juga Amerika Serikat. Kini kami juga mencoba menggarap pasar Asia Tenggara karena potensi pasarnya yang besar," jelasnya.

Sebagai informasi, data World Investment Report menyebutkan bahwa Indonesia mengalami kenaikan arus masuk penanaman modal asing (PMA) sebesar 20 persen pada tahun 2014 ke angka US$ 22,6 dari US$ 18,8 persen dibanding tahun sebelumnya. Pertumbuhan investasi asing di Indonesia ini merupakan yang tertinggi ke-dua, sedangkan jumlah investasi asing di Indonesia merupakan yang terbesar ke-empat di Asia bagian timur.

Jika difokuskan ke kawasan Asia Tenggara saja, pertumbuhan PMA Indonesia sebesar 20 persen ini merupakan yang tertinggi diantara negara yang lainnya. Pertumbuhan PMA di Singapura sendiri mencapai 4,2 persen meskipun jumlah PMA-nya sebesar US$ 67,5 miliar, atau tiga kali lipat lebih besar dari Indonesia. (gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER