Jakarta, CNN Indonesia -- Otoritas pasar modal menilai keputusan bank sentral Amerika Serikat (The Fed) untuk mempertahankan suku bunga di level 0-0,25 persen sudah diekspektasi pasar. Pasca pengumuman penetapan suku bunga AS, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,77 persen (33,68 poin) ke level 4.412 pada sesi I bersama bursa regional Asia yang bergerak positif.
Sementara itu, rupiah sempat menguat hingga level 14.400 di pasar
spot, setelah ditutup di 14.459 pada perdagangan kemarin. Namun, Bank Indonesia menetapkan kurs tengah di level 14.463 pada hari ini.
Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) Tito Sulistio mengatakan menurutnya keputusan The Fed telah diantisipasi hingga opsi yang terburuk oleh pelaku pasar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Kalau menurut saya ya, itu ada namanya
psychologic ressesion. Maka investor kemudian mengantisipasi segala hal yang buruk. Sebenarnya dampak sudah terjadi, sudah beli dolar duluan, sudah jual saham duluan,” ujarnya ketika ditemui di Jakarta, Jumat (18/9).
Ia menambahkan, saat ini kondisi global sudah mulai membaik karena beberapa faktor utama telah diantisipasi. Tito menjelaskan, setelah antisipasi hasil The Fed tersebut, devaluasi yuan oleh bank sentral China dianggap tidak akan berlanjut.
“Ini sekarang sudah dijalankan. China devaluasi tidak mungkin, karena sudah dilarang G-20. Sementara The Fed sudah diprediksi,” jelasnya.
Genjot BelanjaTito menjelaskan, saat ini yang dibutuhkan Indonesia adalah peranan pemerintah dalam mendorong laju roda ekonomi dalam negeri. Ia berharap belanja pemerintah saat ini bisa segera digenjot setelah sempat tertahan di awal tahun.
“Kemarin menurut Menteri Keuangan belanja sudah 56 persen. Kalau dia bilang tahun ini bisa sampai 94-96 persen maka bagus. Lalu jika Pilkada juga jalan dengan bagus, kuartal III akan bagus. Menurut saya pasar modal akan bagus meskipun FOMC akan digelar lagi Oktober nanti,” jelasnya.
Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan The Fed memutuskan untuk tidak menaikkan Fed rate dengan alasan perlambatan ekonomi global yang mengancam pemulihan perekonomian Amerika Serikat yang terlihat pada volatilitas tinggi pasar keuangan serta rendahnya inflasi.
“Merespons itu, indeks dolar dan
yield US treasury turun cukup tajam. Akan tetapi, respons di pasar saham AS tidak terlalu positif melihat S&P 500 yang terkoreksi walau hanya tipis. Dolar berpeluang tetap melemah di Asia hari ini,” jelasnya dalam riset.
Seperti diketahui, keputusan untuk tidak menaikan suku bunga itu diambil dalam rapat FOMC pada Kamis (17/9) waktu Washington, Amerika Serikat melalui proses
voting, di mana sembilan dari 10 anggota komite memilih untuk mempertahankan suku bunga acuan.
Kesembilan peserta FOMC itu adalah Janet L. Yellen; William C. Dudley; Lael Brainard; Charles L. Evans; Stanley Fischer; Dennis Lockhart P; Jerome H. Powell; Daniel K. Tarullo; dan John C. Williams. Hanya Jeffrey M. Lacker yang mengusulkan kenaikan The Fed fund rate sebesar 25 basis poin pada pertemuan ini.
"Perkembangan ekonomi dan keuangan global terkini dapat menahan kegiatan ekonomi dan cenderung memberikan tekanan ke bawah lebih lanjut tentang inflasi dalam waktu dekat," kata The Fed dalam pernyataan resmi yang dirilisnya Jumat (18/9) dini hari.
(gen)