Jakarta, CNN Indonesia -- Pengembang kawasan industri, PT Jababeka Tbk (KIJA) mengalami penurunan laba bersih sebesar 81,36 persen sampai September 2015 menjadi Rp 71 miliar akibat nilai tukar rupiah yang anjlok.
Sekretaris Perusahaan Jababeka Muljadi Suganda mengatakan sebenarnya perseroan membukukan pendapatan sebesar Rp 2,28 triliun per 30 September 2015, atau meningkat sebesar 11 persen dari periode yang sama di 2014.
“Pertumbuhan pendapatan berasal dari kinerja bisnis infrastruktur, yang tumbuh sebesar 17 persen tahun-per-tahun (year on year/yoy),” jelasnya dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (10/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia menjelaskan pendapatan bisnis real estat
/land development sedikit menurun, dengan kontribusi sebesar Rp 795 miliar dibandingkan Rp 807 miliar pada periode yang sama di 2014. Sementara bisnis
leisure dan
hospitality tumbuh 69 persen menjadi Rp 80 miliar per September 2015.
“Pendapatan berulang/
recurring revenue yang diperoleh Jababeka dari jasa layanan yang berhubungan dengan infrastruktur (pembangkit listrik, air, dan
dry port) berkontribusi sebesar 62 persen terhadap total pendapatan konsolidasi perseroan selama periode 9 bulan di 2015, dibandingkan 58 persen pada periode yang sama pada 2014,” jelasnya.
Sementara, pertumbuhan pada bisnis infrastruktur ini merupakan penyebab utama penurunan margin laba kotor konsolidasi menjadi 43 persen per September 2015, dibandingkan 45 persen di tahun sebelumnya.
“Meski memberikan pendapatan stabil dan arus kas yang terukur bagi Perseroan, pendapatan dari bisnis infrastruktur mempunyai margin laba kotor yang lebih rendah dibandingkan bisnis real estat/
land development,” kata Muljadi.
Ia menambahkan, Jababeka membukukan laba bersih sebesar Rp 71 miliar pada September 2015 di bandingkan dengan periode yang sama pada 2014 sebesar Rp 381 miliar terutama disebabkan rugi selisih kurs, yang berkisar Rp 320 miliar pada 2015 dibandingkan dengan Rp 2 miliar di 2014.
“Rugi selisih kurs tersebut adalah jumlah selisih bersih dari laba selisih kurs aktivitas operasi perusahaan dan laba nilai pasar atas kontrak lindung nilai terhadap rugi selisih kurs akibat revaluasi atas aktivitas pendanaan (pinjaman dalam mata uang dolar) sebesar Rp 593 miliar,” ungkapnya.
Saat ini, lanjut Muljadi, Jababeka telah melakukan lindung nilai berupa
call spread (opsi beli sebaran) sebesar US$ 200 juta dengan rata-rata rate bawah sebesar Rp 13.014 dan rata rata
spread Rp 1.950 setara dengan rata-rata atas sebesar Rp 14.964.
“Sebagai gambaran, sampai dengan September 2015 rupiah telah terdepresiasi sebesar 20 persen, dan upaya lindung nilai ini telah terbukti mengurangi efek dari fluktuasi mata uang sampai dengan batas tertentu,” jelasnya.
(gen)