Bali, CNN Indonesia -- Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit mengaku siap mencairkan pembayaran subsidi sebesar Rp 507 miliar untuk para produsen biofuel yang mendukung program mandatori 15 persen pemerintah. Direktur Utama BPDP Bayu Krisnamurthi mengatakan nilai subsidi tersebut setara dengan produksi 223 ribu kiloliter (kl)
biofuel fatty acid methyl ester (fame).
“Dana sawit yang sudah ditagihkan belum untuk 223 ribu kl secara keseluruhan. Tapi yang sudah ditagihkan baru Rp 285 miliar,” kata Direktur Utama BPDP Bayu Krisnamurthi di gelaran Indonesian Palm Oil Conference (IPOC) 2015 di Bali, Kamis (26/11).
Menurut Bayu, sekitar Rp 222 miliar sisanya belum ditagihkan oleh produsen bahan bakar nabati (BBN) karena masalah administrasi. Sementara jumlah tagihan yang telah dibayarkan mencapai Rp 101 miliar.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Saya menargetkan waktu pembayaran tagihan tidak lebih dari 30 hari. Kalau dilihat waktu yang dibutuhkan dari mulai produk diantar sampai pembayaran masih membutuhkan waktu sekitar 46 hari,” ujarnya.
Di tempat yang sama, Direktur Pemasaran PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang mengungkapkan Pertamina akan menggunakan hingga 760 ribu kl fame yang disubsidi oleh BPDP hingga akhir tahun.
Pertamina sendiri telah menandatangani kerjasama dengan 11 produsen BBN untuk memenuhi kebutuhan fame perseroan sebanyak 1,8 juta kiloliter (kl) beberapa waktu lalu. Kontrak tersebut akan berlangsung mulai dari medio November 2015 sampai April 2016 itu.Nantinya, bahan bakar campuran Pertamina akan digunakan untuk campuran bahan bakar kendaraan dan pembangkit listrik diesel milik PT PLN (Persero).
Adapun kesebelas perusahaan pemasol itu antara lain PT Wilmar Nabati Indonesia, PT Wilmar Bioenergi Indonesia, PT Musim Mas Batam, PT Pelita Agung Agri Industri, PT Darmex Biodiesel, PT Cemerlang Energi Perkasa, PT Ciliandra Perkasa, PT Energi Bahari Lestari, PT Anugerah Inti Gemanusa, PT Primanusa Palma Energy, dan PT Bioenergi Pratama Jaya.
(gen)