Bogor, CNN Indonesia -- PT Astra Agro Lestari Tbk tak akan meningkatkan aktivitas perkebunan kelapa sawitnya pada tahun depan menyusul anjloknya harga komoditas tersebut. Karenanya, anak usaha Astra Group ini akan lebih fokus ke sektor hilir dengan menggarap industri pengolahan minyak sawit (CPO).
Direktur Keuangan Astra Agro Lestari, Rudy Chan mengatakan lesunya bisnis hulu kelapa sawit membuat harga komoditas tersebut anjlok karena kurang peminat. Sepanjang 2015, rata-rata harga minyak sawit (CPO) masih di bawah harga batas pengenaan bea keluar US$750 per ton setelah anjlok 25,2 persen sejak awal tahun.
"Beberapa tahun lalu di saat harga di atas bea keluar semuanya doyan ekspor, tapi kini harga rendah jadi tak menarik lagi. Kini kami lebih fokus ke hilir saja karena memiliki nilai tambah, apalagi pengenaan bea keluarnya lebih rendah dibanding CPO," jelas Rudy di Jakarta, Jumat (4/12).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Untuk itu, kata Rudy, perusahaan tak berniat untuk menambah penanaman baru kelapa sawit. Hal ini telah dilakukan perseroan sejak 2014, dimana hingga saat ini total area tertanam Asro Agro masih tetap seluas 297,8 ribu hektare.
"Kami telah putuskan di belanja modal (
capital expenditure/capex) tahun ini kalau kami tak akan melakukan penanaman baru. Tapi kalau melakukan penanaman baru ya itu masih dilakukan, makanya
capex kami lebih kecil dibanding tahun lalu," jelasnya.
Hingga kuartal III tahun ini, perusahaan telah menggelontorkan anggaran belanja modal sebesar Rp2,08 triliun atau menurun 20,6 persen dibanding kan dengan belanja modal tahun sebelumnya Rp2,62 triliun. Adapun total alokasi anggaran belanja modal Astra Agro sebesar Rp 2,6 triliun.
Sementara untuk tahun depan, Rudy mengatakan, Astra Agro akan memangkas 25 hingga 30 persen anggaran belanja modalnya menjadi sekitar Rp1,82 triliun.
"Lebih jelasnya capex itu untuk perawatan tanaman kami. Selain itu, tahun depan kami berencana untuk membangun satu CPO mill lagi di Sulawesi Tengah," ujarnya.
Pembangunan CPO mill tersebut, tambahnya, akan dibangun di Sulawesi Tengah dengan nilai investasi mencapai US$120 juta, dengan kapasitas produksi 45 ton per jam. Kendati akan membangun mill, namun perusahaan tetap belum mau menambah pabrik pengilangan (
refinery) CPO demi aktivitas hilirisasi.
Saat ini, Astra Agro memiliki dua pabrik refinery di Sulawesi Barat dan Riau dengan total kapasitas 3 ribu ton per hari.
"Kalau nanti ada kesempatan bagi kami untuk mengembangkan
refinery ya akan kami lakukan hal tersebut," ujarnya.
Penurunan harga CPO ini juga memengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Hingga kuartal III 2015, perusahaan membukukan pendapatan bersih sebesar Rp10,35 triliun atau lebih kecil 12 persen dibandingkan dengan tahun sebelumnya Rp11,76 triliun.
Hal itu juga diperparah dengan penurunan laba bersih perusahaan sebesar 92,3 persen dari Rp 1,88 triliun di sembilan bulan pertama tahun lalu ke angka Rp 145 miliar di periode yang sama tahun ini.
(ags)