Netflix Berpotensi Hadang TV Domestik dalam Jangka Panjang

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Senin, 11 Jan 2016 19:10 WIB
Dalam jangka panjang, perusahaan penyiaran Indonesia dinilai harus mempertimbangkan kembali strategi mereka untuk mempertahankan posisi di pasar.
Ilustrasi Netflix. (CNN Indonesia/Laudy Gracivia)
Jakarta, CNN Indonesia -- Masuknya web layanan streaming film Netflix ke Indonesia dinilai tidak mengganggu kinerja bisnis perusahaan TV lokal di Indonesia dalam jangka pendek. Namun, Netflix dinilai bakal menjadi pesaing kuat dalam jangka panjang.

Analis Daewoo Securities Indonesia, Franky Rivan mengatakan, akhirnya Netflix yang tercatat di bursa NASDAQ AS dengan kode NFLX, merambah konsumen Indonesia pada 7 Januari 2016. Dengan jangkauannya saat ini, tak bisa ditampik Netflix adalah penyedia streaming film kelas dunia.

“Dimulai pada tahun 1997 dengan hanya 30 karyawan, sekarang Netflix adalah salah satu perusahaan berkinerja terbaik di dunia, dengan aset sebanyak US$9,91 miliar,” ujarnya dalam riset yang diterima CNNIndonesia.com, Senin (11/1).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut analisa Franky, dampak Netflix terhadap perusahaan penyiaran lokal di luar negeri terpantau beragam. Namun, untuk pasar negara maju, dampaknya cukup signifikan, karena harga saham perusahaan lokal tercatat jatuh setelah peluncuran Netflix.

“Kami mengambil Australia sebagai sampel saat Netflix meluncurkan layanan mereka di sana pada tanggal 31 Maret 2015. Harga saham perusahaan penyiaran Australia lokal, seperti Seven West Media dan Nine Entertainment, turun cukup signifikan dalam 10 bulan setelah peluncuran Netflix,” ungkapnya.

Untuk pasar negara berkembang, kami mengambil Amerika Selatan sebagai sampel, saat Netflix meluncurkan layanan mereka di sana pada bulan September 2011. Dampaknya tentu saja tidak terlalu signifikan, terlihat dari harga saham perusahaan penyiaran Amerika Selatan yang bervariasi.

Ia menjelaskan, Harga saham Globo (Brazil) bergerak sideways, sedangkan Grupo Clarin (Argentina) menurun. Sementara saham Televisa (Mexico) malah tumbuh, setahun setelah peluncuran Netflix.

“Kami percaya penonton negara-negara Amerika Selatan memiliki karakteristik yang mirip dengan penonton Indonesia, yaitu bahasa ibu mereka bukan bahasa Inggris, kecepatan internet yang tidak terlalu cepat, memiliki penetrasi kartu kredit yang rendah, dan sama-sama menyukai sinetron bertema cinta,” jelasnya.

Beranjak dari semua hal tersebut, ia percaya dampak Netflix terhadap perusahaan penyiaran lokal di Indonesia, seperti PT Surya Citra Media Tbk (SCMA), PT Global Mediacom Tbk (BMTR) dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) kemungkinan akan terbatas selama pendek hingga jangka menengah.

“Tetapi dalam menghadapi Netflix, perusahaan itu bagai David yang perlahan-lahan membunuh Goliat penyiaran di seluruh dunia. Dalam jangka panjang, perusahaan penyiaran Indonesia harus mempertimbangkan kembali strategi mereka untuk mempertahankan posisi di pasar,” jelasnya.

Seperti diketahui, pendiri dan CEO Netflix Reed Hastings menyampaikan ekspansi perusahaan tersebut ke Indonesia dalam pameran teknologi Consumer Electronics Show di Las Vegas, Amerika Serikat, 6 Januari 2016.

“Hari ini kita berada di hampir setiap negara, kecuali China. Orang bersedia membayar harga yang setimpal daripada harus melakukan pembajakan,” tutur Reed. (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER