Jakarta, CNN Indonesia -- PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) mencatatkan laba Rp6,14 triliun sepanjang kuartal I tahun ini. Perolehan laba tersebut hanya naik tipis 0,6 persen jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.
Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo menjelaskan minimnya pertumbuhan laba akibat upaya BRI menjaga rasio kecukupan modal. Selain itu BRI juga menyisihkan pendapatan untuk menambah Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) akibat kenaikan kredit bermasalah (NPL) pada kuartal I 2016 yakni 2,22 persen dibanding tahun lalu yang 2,17 persen.
"NPL naik karena memang perbankan saat ini menghadapi perlambatan pertumbuhan ekonomi dan beberapa nasabah memang sedang mengalami kesulitan, tapi
case by case ini hanya nasabah tertentu bukan secara industrinya," ujar Haru dalam konferensi pers di Jakarta, kemarin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Raihan laba tersebut ditopang oleh peningkatan total pendapatan bunga yang naik sebanyak Rp1,76 triliun menjadi Rp21,84 triliun. Dengan demikian margin bunga bersih (NIM) BRI tumbuh menjadi 8,09 persen dari 7,57 persen tahun lalu.
Sedangkan sumber pendapatan lainnya beradal dari pendapatan non bunga yang mencapai Rp3,91 triliun atau tumbuh 29,55 persen dari tahun lalu.
Dari sisi pendanaan, BRI berhasil mencatat peningkatan Dana Pihak Ketiga (DPK) dari Rp587,73 triliun tahun lalu menjadi Rp631,78 triliun di awal tahun ini. BRI juga mampu menurunkan biaya dana (
cost of fund) sebanyak 75 basis poin menjadi 3,98 persen akibat perbaikan struktur pendanaan yang dilakukan oleh perseroan.
Kredit Tumbuh SignifikanPada kuartal I 2016 BRI mencatat penyaluran kredit mencapai Rp561,11 trilliun atau tumbuh 18,65 persen secara tahunan (
year on year/yoy). Pertumbuhan tersebut terjadi pada semua segmen bisnis.
Sektor usaha mikro menjadi salah satu faktor yang menopang pertumbuhan pinjaman BRI. Porsi penyaluran kredit di sektor ini mencapai 33,80 persen dari total penyaluran kredit.
Sementara hingga kuartal pertama 2016, pertumbuhan penyaluran kredit di sektor usaha mikro tercatat sebesar 20,45 persen atau menjadi Rp189,65 triliun secara tahunan, dengan jumlah nasabah yang meningkat menjadi 8,2 juta nasabah di kuartal pertama 2016 dari 7,4 juta nasabah di kuartal pertama 2015.
(gen)