Jakarta, CNN Indonesia -- Pemerintah mengandalkan perayaan puasa dan hari raya keagamaan sebagai pendongkrak konsumsi rumah tangga dan pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini. Sementara belanja pemerintah, yang seharusnya menjadi stimulus ekonomi, hanya sebatas 'diharapkan' tumbuh tinggi.
Hal itu tergambar dari paparan Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro dalam rapat kerja Pemerintah bersaam Komisis XI DPR dan Bank Indonesia, Senin (6/6).
Dalam pemaparannya, Bambang optimistis perekonomian Indonesia tumbuh 5,3 persen pada tahun ini meski realisasinya pada kuartal I 2016 lebih rendah dari harapan setelah hanya tumbuh 4,92 persen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Lambatnya pertumbuhan ekonomi kuartal I, jelas Bambang, antara lain karena disebabkan kinerja ekspor dan impor yang masih lemah. Beruntung inflasi relatif terkendali sehingga mampu menjaga konsumsi masyarakat.
Sementara pada kuartal II, Menkeu meyakini konsumsi rumah tangga akan mengalami peningkatan signifikan seiring dengan masuknya bulan puasa.
"Konsumsi pemerintah dan investasi diperkirakan tetap tumbuh tinggi. Ekspor dan impor diperkirakan sedikit mengalami perbaikan meskipun belum optimal," katanya.
Akselerasi ekonomi, lanjut Menkeu, akan mengalami peningkatan pada kuartal III 2016 karena ada faktor musiman. Perayan Idul Fitri dan pencairan gaji PNS ke-13 dan pembayaran THR diharapkan semakin mendongkrak konsumsi rumah tangga.
Sementara untuk tiga bulan terakhir tahun ini, Bambang menaruh harapan pada perayaan hari raya Natal dan Tahun Baru untuk mendongkrak konsumsi masyarakat. Selain itu, belanja pemerintah dan investasi juga diharapkan tumbuh tinggi dan memberi kontribusi signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi kuartal IV.
Target pertumbuhan ekonomi yang dibuat pemerintah, sebesar 5,3 persen untuk tahun ini, lebih tinggi dibandingkan dengan proyeksi sejumlah lembaga keuangan internasional.
Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh hanya 4,9 persen pada tahun ini. Proyeksi IMF tersebut lebih rendah dari ramalan Bank Dunia (5,1 peren) dan Bank Pembangunan Asia (5,2 persen).
Sedangkan Bank Inodnesia (BI), memperkirakan perekonomian Indonesia tumbuh pada kisaran 5-5,4 persen, dengan potensi ke arah bawah.
(ags/gen)