Jakarta, CNN Indonesia -- Pasar saham AS diprediksi mengalami sesi perdagangan yang berat dengan peningkatan volatilitas karena posisi investor terkait referendum rencana keluarnya Inggris dari Uni Eropa (Brexit) pada pekan depan.
Seperti dilansir
Reuters, pada 23 Juni 2016, para pemilih referendum Inggris dapat memiliki implikasi besar bagi ekonomi global dan saham AS. Hal tersebut bakal berpengaruh terhadap
rebalancing tahunan indeks FTSE Russell, yang diatur untuk berlaku sehari setelah pemungutan suara, dan bakal menciptakan minggu perdagangan yang sibuk.
Jumat, 14 Juni 2016 dinilai bisa menjadi hari perdagangan tersibuk bagi para manajer investasi pada tahun ini karena harus menyesuaikan posisi mereka untuk
rebalancing itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jika Inggris memutuskan untuk meninggalkan Uni Eropa, maka bursa saham AS bisa jatuh tajam. Namun, jika Inggris tetap di Uni Eropa, hal itu tidak pasti menghasilkan sebuah penaikan yang besar, karena kekhawatiran ekonomi domestik tetap dapat menekan bursa saham AS.
"Kami masih terjebak dalam spekulasi," kata Jeff Morris, Kepala Ekuitas Standard Life Investments di Boston.
Adapun jajak pendapat terbaru menunjukkan kampanye Inggris untuk hengkang dari Uni Eropa memimpin, dan ini telah membebani pergerakan saham dunia. Di sisi lain, kampanye untuk referendum ditunda setelah pembunuhan anggota parlemen Jo Cox, yang mendukung Inggris tetap bergabung di Uni Eropa.
Eric Wiegand, manajer portofolio senior Private Client Reserve AS mengatakan, dari sudut pandang ekonomi, langkah Inggris untuk keluar dari Uni Eropa mungkin belum berpotensi mengganggu untuk saham AS. Tapi perlambatan pertumbuhan ekonomi bisa membatasi pergerakan bursa saham.
"Dalam situasi pertumbuhan ekonomi yang rendah, masalah kecil bisa menjadi lebih besar," katanya.
(gir)