Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) diperkirakan bergerak bervariasi pada akhir pekan ini, karena berbagai faktor yang akan mempengaruhi laju IHSG. Salahsatunya faktor beberapa emiten sektoral yang merilis kinerja semester I 2016.
Kepala Riset First Asia Capital David Sutyanto mengatakan, selain rilis kinerja beberapa emiten, IHSG hari ini juga akan dipengaruhi oleh penguatan rupiah setelah dolar AS cenderung melemah menyusul hasil pertemuan bank sentral Amerika atau The Fed yang menunda kenaikan tingkat bunganya.
David memprediksi IHSG bergerak dengan support di 5.270 dan resisten di 5.325 yang memiliki peluang untuk menguat secara terbatas. "IHSG akan bergerak bervariasi memiliki peluang menguat terbatas," terang David dalam risetnya, Jumat (29/7).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada perdagangan kemarin, Kamis (28/7), IHSG ditutup menguat sebesar 24,85 poin (0,47 persen) ke level 5.299 setelah bergerak di antara 5.255-5.299. David bilang. hal tersebut juga dipicu oleh rilisnya kinerja beberapa emiten sektoral pada paruh pertama tahun ini.
Faktor pemicu lainnya, lanjut David, adalah tren kenaikan pasar saham emerging market setelah The Fed pada pertemuan malam sebelumnya menahan tingkat bunganya di bawah 0,5 persen. Kemudian, pemerintahan Jepang yang berkomitmen menambah alokasi stimulus hingga US$265 miliar juga turut mendongkrak IHSG pada perdagangan kemarin.
Analis Reliance Securities Lanjar Nafi memproyeksi, IHSG berada dalam rentang support 5.180 dan resisten 5.300. Namun, ia menilai, perdagangan hari ini akan diwarnai aksi ambil untung. "Diperkirakan, IHSG akan diwarnai aksi aksi ambil untung pada akhir pekan ini," tutur dia.
Sementara itu, pasar saham global tadi malam bergerak bervariasi di tengah harga minyak mentah yang masih tertekan 1,9 persen di level US$41,10 per barel. Indeks saham Eurostoxx di kawasan Uni Eropa terkoreksi satu persen di posisi 2.966,10, mengantisipasi keluarnya hasil stress test perbankan Jumat ini.
Di Wall Street indeks saham umumnya menguat terutama ditopang saham berbasiskan teknologi. Indeks Nasdaq dan S&P masing-masing menguat 0,3 persen dan 0,16 persen di 5.154,98 dan 2.170,06. Kemudian, indeks DJIA terkoreksi tipis 0,09 persen di 1.8456,35.
"Penguatan indeks S&P dan Nasdaq ditopang saham Facebook, Apple, dan Amazon menyusul pencapaian laba kuartal II 2016 yang mengalahkan ekspektasi pasar. Sentimen pasar di Wall Street terutama digerakkan oleh rilis laba kuartal II 2016 sejumlah emiten sektoral dan penurunan harga minyak mentah," imbuh David.
(bir)