Stok Berlebih, Pabrik Pupuk Urea Alih Produksi ke Petrokimia

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Kamis, 22 Sep 2016 16:13 WIB
Kelebihan pasokan pupuk urea membuat harga jualnya di pasar internasional semakin turun sehingga mempertipis margin keuntungan produsen pupuk di Indonesia.
Kelebihan pasokan pupuk urea membuat harga jualnya di pasar internasional semakin turun sehingga mempertipis margin keuntungan produsen pupuk di Indonesia. (ANTARA FOTO/Nyoman Budhiana).
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) mengatakan perusahaan-perusahaan anggotanya berencana mengurangi produksi pupuk urea dan mengalihkannya ke produksi petrokimia. Pasalnya persediaan pupuk urea di Indonesia saat ini tengah mengalami kelebihan (oversupply).

Sekretaris Jenderal APPI Dadang Heru Kodri mengatakan, oversupply ini menyebabkan harga pupuk internasional semakin menurun, sehingga margin keuntungan yang didapat juga semakin kecil.

Menurut data asosiasi, saat ini harga pupuk internasional tercatat di angka US$210 per ton. Sementara itu, Harga Pokok Penjualan (HPP) pupuk Indonesia berkisar diantara US$286 per ton hingga US$326 per ton.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saat ini produksi urea memang ingin kami kurangi, dan kami ingin bergerak ke arah petrokimia karena daya tambahnya lebih tinggi dibanding pupuk, yang memang saat ini margin-nya lebih kecil," ujar Dadang di Kementerian Perindustrian, Kamis (22/9).

Ia mengungkapkan, banyak produsen pupuk yang ingin mengalihkan produksinya ke produk petrokimia berbahan dasar metanol. Sehingga bahan baku gas yang seharusnya digunakan untuk memproduksi urea bisa dialokasikan bagi produk petrokimia. Namun, tak menutup kemungkinan nantinya industri akan mengembangkan petrokimia jenis lain.

Dengan rencana tersebut, ia berharap holding pupuk pelat merah yaitu PT Pupuk Indonesia (Persero) bisa menjadi perusahaan kimia dasar terintegrasi, seperti perusahaan Jerman, BASF. Dengan demikian, ada kesempatan Pupuk Indonesia bisa menjadi perusahaan global.

Saat ini, Pupuk Indonesia bertengger sebagai perusahaan pupuk nomor delapan di dunia, dengan pendapatan penjualan pupuk sebesar Rp23,05 triliun pada 2015.

"Kami ingin nanti perusahaan bisa menjadi sebuah holding yang besar dan menyediakan produk-produk petrokimia yang selama ini selalu disediakan secara impor," lanjutnya.

Kendati demikian, ekspansi ini baru bisa dilakukan jika harga gas bisa bersaing. Pasalnya, jika harga gas semakin efisien, maka nilai produk pupuk bisa bersaing. Ujung-ujungnya, itu bisa menciptakan pendanaan untuk melakukan ekspansi.

Menurut data perusahaan, saat ini harga gas sebagai bahan baku pupuk tercatat US$4,3 per MMBTU hingga US$7,25 per MMBTU. Sementara itu, Dadang mengatakan, harga gas keekonomian bagi pupuk tercatat US$2 per MMBTU hingga US$4 per MMBTU.

"Sampai sejauh ini, kami berharap pemerintah mau menurunkan harga gas menjadi US$2 per MMBTU hingga US$4 per MMBTU, karena di harga itu keekonomian pupuk bisa optimal. Namun, kami belum menghitung berapa harga gas yang terbaik bagi petrokimia," ujarnya.

Sebagai informasi, produksi pupuk yang dihasilkan anggota APPI pada tahun 2015 tercatat sebesar 10,9 juta ton. Produksi itu terdiri dari Urea, NPK, ZA, SP-36, dan Organik.

Angka ini meningkat 2,06 persen dibanding tahun sebelumnya 10,68 juta. (gen)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER