Jakarta, CNN Indonesia -- Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 2,3 persen sepanjang pekan lalu setelah ditutup pada level 5.388,9 pada Jumat (23/9). Namun, catatan positif itu belum berhasil menutup pelemahan sebulan terakhir yang rata-rata minus 1,2 persen.
Berdasarkan sektoral, sembilan dari 10 sektor saham mengalami peningkatan, kecuali saham-saham di sektor agrikultur yang melemah 1,1 persen.
PT Bursa Efek Indonesia (BEI) mencatat, saham aneka industri memimpin penguatan dengan tumbuh 6,66 persen, dari posisi awal pekan 1.325,7 menjadi 1.414.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Disusul kemudian sektor pertambangan yang tumbuh 1,29 persen, industri dasar 2,52 persen, konsumsi dan barang 2,1 persen, properti 2,36 persen, infrastruktur 2,58 persen, keuangan 2 persen, perdagangan 1,44 persen, dan manufaktur 2,95 persen.
Purwoko Sartono, Analis Riset Panin Sekuritas menjelaskan, kenaikan indeks saham aneka industri terutama ditopang oleh lonjakan saham PT Astra International (ASII). Harga saham ASII pada Senin (19/9) dibuka pada harga Rp8.100 dan ditutup Rp8.225. Nilainya meningkat pada penutupan pedagangan Jumat lalu di level Rp8.600.
"Yang paling berkontribusi saya pikir saham Astra. Ini juga terkait dengan penurunan BI rate sebesar 25 basis poin menjadi 5 persen dari 5,25 persen," ungkap Purwoko, Jumat (23/9).
Dengan penurunan BI rate tersebut, otomotis mempengaruhi penjualan otomotif ke depannya. Hal ini karena banyak masyarakat Indonesia yang kredit dalam pembelian mobil dan motor, sehingga dengan biaya kredit yang murah maka semakin banyak yang akan melakukan kredit untuk membeli mobil dan motor.
"Jadi nanti ke depan daya beli masyarakat juga akan semakin baik," imbuhnya.
Terkait pelemahan indeks saham agrikul, Purwoko menilai penyebabnya adalah ketidak-jelasan kebijakan bank sentral Amerika Serikat terkait rencana penurunan suku bunga acuan The Fed. Alhasil, banyak pelaku pasar yang menghindari saham-saham yang berbasis komoditas, terutama saham emiten perkebunan kelapa sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO).
"Ini lebih karena minggu lalu kan The Fed masih belum jelas akan menaikkan suku bunga atau tidak, jadi pelaku pasar tidak prefer membeli saham-saham CPO. Jadi pelemahan ini lebih karena saham-saham CPO," paparnya.
Untuk minggu depan, Purwoko memprediksi sektor aneka industri masih akan melanjutkan penguatannya. Selain itu, saham properti dan semen juga memiliki peluang untuk menduduki peringkat pertama indeks sektoral pekan depan. Hal ini juga karena ditopang turunnya BI rate.
(ags)