Jakarta, CNN Indonesia -- Tingkat permintaan ruang perkantoran dinilai masih rendah hingga tahun 2020. Kendati demikian, beberapa perusahaan properti tak bergeming dan tetap melanjutkan proyek perkantoran.
Sebelumnya, lembaga konsultan properti Jones Lang LaSalle (JLL) mencatat, permintaan ruang perkantoran hingga kuartal III 2016 melemah, dan akan membaik pasca 2020. Lembaga tersebut mencatat tingkat okupansi kuartal III menurun menjadi 84 persen jika dibandingkan dengan tingkat okupansi sepanjang tahun 2015 sebesar 90 persen.
Direktur Keuangan PT Greenwood Sejahtera Tbk, Bambang Dwi Yanto mengatakan, saat ini perusahaan tengah fokus membangun dua proyek yang sudah dimulai sejak awal tahun, yakni tower II TCC Batavia dan proyek mixed-used Capital Square di Surabaya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kedua proyek ini, lanjut Bambang, sudah masuk dalam proses perizinan konstruksi dan tender. Sehingga, pihaknya menargetkan pembangunan keduanya dapat selesai dan mulai beroperasi pada tahun 2019.
"Untuk tahap pertama kayak pondasinya sudah, kami sekarang ke tahap berikutnya pengurusan perizinan untuk konstruksi dan nanti tinggal menyerahkan ke tender konstruksinya," ujar Bambang kepada
CNNIndonesia.com, Rabu (12/10).
Gedung kantor tower II TCC Batavia ini akan dibangun dengan jumlah 52 lantai. Sementara, proyek mixed-used di Surabaya akan terdiri dari apartemen dengan 28 lantai, loft 28 lantai, dan perkantoran 30 lantai. Kemudian, nantinya proyek
mixed-used ini juga akan dilengkapi dengan tempat perbelanjaan atau ritel dua lantai.
"Nah di bawahnya nanti ada ritel, untuk men-
support agar orang yang tinggal di sana dapat berkegiatan lain misalnya ada hiburan dan lain-lain," terangnya.
Kedua proyek ini menelan investasi kurang lebih Rp2,8 triliun, di mana masing-masing proyek senilai Rp1,4 triliun. Nantinya, semua jenis properti yang dibangun dalam
mixed-used tersebut akan dijual 100 persen. Hingga saat ini, total pra penjualan (
marketing sales) telah mencapai Rp160 miliar, kecuali gedung perkantoran.
"Kami tahan penjualan perkantoran karena kan sama-sama tahu hingga tiga tahun belakangan ekonomi melambat, jadi karena barangnya juga belum jadi ya kami belum jual dulu," kata Bambang.
Kendati demikian, perusahaan tak akan menahan pembangunan gedung perkantoran yang sudah menjadi rencana sejak awal. Hal ini karena meski permintaan masih turun terhadap gedung perkantoran, tetapi gedung tower I TCC Batavia diakui perusahaan laris.
"Secara umum memang perkantoran sedang turun permintaannya tapi untuk area tertentu, area di sini masih diminati, tower I penuh," imbuhnya.
Dengan kata lain, perusahaan masih optimis dengan perlambatan ekonomi yang tengah terjadi. Bambang menyatakan, perusahaan mengakali permintaan yang murah ini dengan memberikan service charge yang murah terhadap tenant, yakni hanya Rp20 ribu.
"Jadi kami investasi mahal tapi bagus, dan
operation cost murah," jelasnya.
Adapun, perusahaan akan menyewakan sebanyak 60 persen unit di gedung tower II TCC Batavia untuk menambah pendapatan berulang (
recurring income) terhadap perusahaan. Sementara, 40 persen unitnya akan dijual. Hal ini karena perusahaan tengah menggalakkan pendapatan berulang agar pendapatan perusahaan dapat bertambah ketika tidak ada proyek
existing yang dapat dijual.
Sementara, perusahaan lainnya yang juga memiliki proyek perkantoran yakni PT Intiland Development Tbk. Menurut sekertaris perusahaan, Theresia Rustandi, Intiland Tower di Jakarta masih dapat mempertahankan tingkat okupansinya pada angka di atas 50 persen.
Theresia merinci, tingkat okupansi di Intiland Tower Jakarta masih bertahan, yakni 95 persen, sedangkan Intiland Tower di Surabaya sebesar 85 persen. Sementara, South Quarter di TB Simatupang 85 persen dan Spazio di Surabay sebesar 54 persen.
Meski begitu, Theresia tak menampik jika kebutuhan atau permintaan terhadap perkantoran memang masih stagnan. Namun, ia optimistis kondisi akan membaik seiring dengan pertumbuhan perekonomian nasional dan kebijakan amnesti pajak.
"Kontraksi yang terjadi pada tingkat hunian maupun pasar sewa perkantoran hanya bersifat sementara dan kami yakin akan berangsur-angsur membaik," katanya kepada
CNNIndonesia.com.
Untuk harga sewanya sendiri, perusahaan akan terus menyesuaikan dengan kondisi pasar agar tak kehilangan tenant yang ada. Saat ini harga sewa yang ditetapkan perusahaan yakni Rp233.000 per meter persegi untuk Intiland Tower Jakarta, sedangkan Intiland Tower Surabaya sebesar Rp176.000 per meter persegi, South Quarter Rp280.000 per meter persegi, dan Spazio Rp136.000 per meter persegi.
"Kami selalu menganalisa dan memperhatikan kondisi pasar dalam menentukan harga sewa. Sejauh ini, perusahaan belum menurunkan harga sewa," terangnya.
Asal tahu saja, Intiland juga tengah mengembangkan proyek mixed-used yang juga menyediakan gedung perkantoran di Surabaya, yakni Praxis yang berlokasi di kawasan pusat bisnis Surabaya dan Spazio Tower yang menjadi pembangunan terbaru dari Spazio.
Nantinya, Praxis akan menyediakan 185 unit kantor dengan luas 21.568 meter persegi dan Spazio akan memiliki 232 unit ruang kantor dengan luas 24.111 meter persegi.
"Praxis ditargetkan beroperasi pada tahun depan, sedangkan Spazio ditargetkan selesai kuartal III tahun depan," pungkas Theresia.
(gir/gen)