Jakarta, CNN Indonesia -- PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) atau Inalum mengatakan proyek bisnis hilir aluminium untuk produksi
billet dan
alloy baru bisa beroperasi awal 2017 mendatang. Jadwal ini sedikit terhambat dibandingkan rencana sebelumnya, yaitu akhir 2016.
Direktur Utama Inalum Winardi Sunoto mengatakan, keterlambatan itu akibat logistik konstruksi yang datang terlambat dari jadwal. Hasilnya, tingkat kemajuan (
progress) pembangunan proyek
billet dan
alloy baru mencapai 75 persen per November.
"Kami harap Januari sudah bisa
commissioning, namun memang agak sedikit terlambat ya terutama karena peralatan. Tapi saya kira tidak akan mengubah rencana," terang Winardi, Kamis (3/11).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia melanjutkan,
billet dan
alloy ini pada tahap awal akan diproduksi 120 ribu ton per tahun, di mana 90 ribu ton dialokasikan untuk
alloy dan 30 ribu ton akan diutilisasi bagi produksi
billet. Volumenya akan diekspansi jika kebutuhannya semakin meningkat.
Di samping itu, produk
billet dan
alloy ini rencananya akan disalurkan ke pasar dalam negeri, mengingat kebutuhan aluminium Indonesia juga sangat tinggi.
Menurut data yang dimilikinya, konsumsi aluminium dalam negeri tahun ini diprediksi 800 ribu ton. Sementara itu, perusahaan baru bisa memproduksi 260 ribu ton, sehingga pangsa pasar perusahaan baru 32,5 persen.
"Saat ini kebutuhan dalam negeri saja sudah banyak, dan
market share pasar kan hanya ambil 40 persen. Kami tidak ada saingan untuk dalam negeri," tambahnya.
Kendati terlambat dari jadwal, Winardi mengatakan bahwa target produksi 500 ribu ton per tahun pada 2020 masih mungkin dicapai.
Selain
billet dan
alloy, Winardi mengatakan bahwa perusahaan juga akan masuk di dalam produksi kabel transmisi aluminium (
wire rod). Menurutnya, bisnis ini juga terbilang menjanjikan karena kabel aluminium lebih murah dibandingkan tembaga.
Ia melanjutkan, penambahan produksi
wire rod ini masih dalam tahap studi kelayakan (
feasibility study). Sehingga, ia tak tahu kapan
wire rod ini bisa dihasilkan perusahaan.
"Dan nanti juga tergantung kapasitas pabrik kami. Sekarang kami masih ada sisa kapasitas produksi 140 ribu ton, bisa buat
wire rod dan bisa jadi buat penambahan produk lain," terangnya.
Sebagai informasi, kebutuhan aluminium Indonesia mengambil 1,33 persen porsi konsumsi dunia pada tahun 2016 tercatat 60 juta ton. Kapasitas produksi perusahaan akan ditambah sampai 1 juta ton per tahun pada 2025 demi memenuhi prediksi konsumsi domestik sebesar 1,3 juta ton per tahun.
(gen)