Pelaku Usaha Pesimis Harga Batu Bara Bertahan Naik di 2017

CNN Indonesia
Senin, 05 Des 2016 12:25 WIB
Pasalnya, China kemungkinan akan segera mengubah kebijakannya terkait pemangkasan jam kerja di perusahaan batu bara.
Asosiasi Produsen Batu Bara Indonesia (APBI) pesimis harga batu bara bertahan mendaki setelah tembus pada level tertingginya sejak tahun 2012. (ANTARA FOTO/Nova Wahyudi).
Jakarta, CNN Indonesia -- Asosiasi Produsen Batu Bara Indonesia (APBI) pesimis harga batu bara bertahan mendaki. Pasalnya, ada kemungkinan sentimen harga dari China akan berubah lagi di tahun depan.

Deputi Direktur Eksekutif APBI Hendra Sinadia mengatakan, China kemungkinan akan segera mengubah kebijakannya terkait pemangkasan jam kerja di perusahaan batu bara. Saat ini, jam kerja di perusahaan batu bara tercatat 276 hari dari sebelumnya selama 330 hari.

Di sisi lain, sambung dia, harga batu bara meningkat, sehingga China akan kewalahan dalam mengurus beban operasional Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dimilikinya.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Sebagai informasi, saat ini China memiliki PLTU berkapasitas 900 Gigawatt (GW). Negara tirai bambu ini melansir masih memiliki 200 GW proyek PLTU yang sedang dalam tahap konstruksi.

"Kami rasa, tahun depan, China akan mengubah kembali kebijakannya, karena dengan harga batu bara yang tinggi, maka beban untuk PLTU juga semakin meningkat. Jika kebijakan Cina berubah lagi, kami prediksi harga batu bara akan tertekan," jelas Hendra kepada CNN Indonesia, Senin (5/12).

Karena prediksi harga yang belum pasti, Hendra menyebut bahwa produsen masih ragu-ragu untuk menambah produksinya tahun depan. Menurutnya, penambahan produksi kemungkinan hanya akan dilakukan oleh produsen berskala besar karena punya kesiapan modal dan aspek teknisnya.

Ambil contoh, PT Bukit Asam (Persero) Tbk yang berniat menambah produksi dari 25,75 juta ton di tahun ini menjadi sebanyak 32,18 juta ton tahun depan.

"Sebagian produsen pun masih menebak-nebak, apakah harga akan tetap begini atau tidak. Makanya, ada produsen yang optimis, ada juga yang tidak. Harga membaik tentu jadi motivasi produksi, tapi sampai kapan kondisinya akan seperti ini?" katanya.

Kendati memprediksi harga batu bara landai tahun depan, Hendra meramal, angkanya tak akan terjun ke level US$50 per metrik ton atau seperti awal tahun ini. Pasalnya, dorongan permintaan luar negeri masih akan menahan penurunan harga di tahun depan.

"Saya kira kalau pun turun, mungkin harganya tidak sampai US$50 per metrik ton, masih relatif menguat. Masih belum tahu juga kapan China akan menghapus kebijakannya, sehingga sangat sulit harga akan langsung terjun lagi," terangnya.

Sebagai informasi, Harga Batu Bara Acuan (HBA) pada Desember 2016 mencapai titik US$101,69 per metrik ton. Angka ini melesat 19,79 persen kalau dibandingkan posisi bulan sebelumnya dengan angka US$84,89 per metrik ton.

HBA pada bulan ini tercatat sebagai harga tertinggi sejak Mei 2012 silam, di mana HBA mencapai US$102,12 per metrik ton.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER