Pupuk Indonesia Minta Tambahan Gas untuk Proyek Bintuni

Galih Gumelar | CNN Indonesia
Jumat, 02 Des 2016 13:06 WIB
PT Pupuk Indonesia (Persero) menyatakan penambahan alokasi gas ini disebabkan karena perubahan di dalam rencana bisnis perusahaan.
PT Pupuk Indonesia (Persero) menyatakan penambahan alokasi gas ini disebabkan karena perubahan di dalam rencana bisnis perusahaan. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, CNN Indonesia -- PT Pupuk Indonesia (Persero) menyatakan telah mengajukan alokasi gas baru kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk mempersiapkan Kawasan Industri Teluk Bintuni, Papua Barat yang dikhususkan sebagai pusat industri pupuk dan petrokimia.

Head of Corporate Communication Pupuk Indonesia, Wijaya Laksana menjelaskan permintaan alokasi gas sudah disampaikan ke Kementerian ESDM pada bulan Oktober lalu. Penambahan alokasi gas ini disebabkan karena perubahan di dalam rencana bisnis perusahaan.

Pada awalnya, perusahaan ingin membangun pabrik pupuk urea di kawasan tersebut. Namun, melihat kondisi pasar pupuk internasional yang kelebihan suplai, proyek tersebut menjadi kurang prospektif. Sehingga, di dalam rencana bisnis yang baru, Pupuk Indonesia berniat untuk mengembangkan industri petrokimia.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Harga komoditi urea sedang anjlok dan harga gas kita masih cukup tinggi dibandingkan negara lain sehingga produk urea kami sulit bersaing, maka kami berencana beralih mengembangkan produk petrokimia," ujar Wijaya melalui siaran pers, dikutip Jumat (2/11).

Di dalam rencana bisnis baru perusahaan, ia menyebut bahwa proyek Teluk Bintuni akan dibangun dalam dua tahap.

Pada tahap pertama, perusahaan akan mengembangkan industri petrokimia, yaitu methanol dan berbagai turunannya seperti ethylene, propylene, polyethylene dan polypropylene. Sedangkan pada tahap ke-dua, perusahaan siap mengembangkan pabrik pupuk NPK.

Agar proyek itu bisa berjalan, Pupuk Indonesia meminta alokasi gas sebesar 130 MMSCFDi, atau lebih banyak dibanding permintaan alokasi sebelumnya yaitu 124 MMSCFD.

Kendati demikian, harga gas yang diminta masih tetap sama, yaitu US$3 per MMBTU. Harga ini dibutuhkan untuk mendukung keekonomian proyek tersebut, sesuai kajian perusahaan dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan Kementerian Perindustrian.

"Untuk mendukung keekonomian proyek, kami juga berharap dukungan pemerintah dalam membangun infrastruktur kawasan," tambahnya.

Rencananya, Kawasan Industri Teluk Bintuni ini akan dibangun di Kabupaten Teluk Bintuni, Papua Barat dengan luas lahan 2.112 Hektare. Sebagai pengelola kawasan industri, Pupuk Indonesia juga berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan melibatkan anak-anak perusahaan yang bergerak dibidang utilitas dan logistik seperti PT Pupuk Indonesia Energi dan PT Pupuk Indonesia Logistik.

"Kami juga telah melakukan diskusi dengan sejumlah mitra strategis untuk proyek tersebut," pungkas Wijaya.

Sebagai informasi, Kawasan Industri Teluk Bintuni masuk sebagai satu dari 14 kawasan industri prioritas Kemenperin.

Selain Teluk Bintuni, kawasan industri lain yang jadi prioritas antara lain Buli di Maluku Utara, Morowali dan Palu di Sulawesi Tengah, Bitung di Sulawesi Utara, Bantaeng di Sulawesi Selatan, Konawe di Sulawesi Tenggara, Batulicin dan Jorong di Kalimantan Selatan, Ketapang dan Landak di Kalimantan Barat, Sei Mangkei dan Kuala Tanjung di Sumatera Utara, dan Tanggamus di Lampung. (gir/gen)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER