Goldman Sachs Kerek Proyeksi, Harga Minyak Melonjak

Giras Pasopati | CNN Indonesia
Sabtu, 17 Des 2016 13:55 WIB
Bank AS Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga minyak WTI untuk kuartal kedua 2017 menjadi US$57,50 per barel dari US$55.
Bank AS Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga minyak WTI untuk kuartal kedua 2017 menjadi US$57,50 per barel dari US$55. (REUTERS/Sergei Karpukhin)
Jakarta, CNN Indonesia -- Harga minyak naik pada perdagangan Jumat (16/12), merayap mendekati level tertinggi dalam 17 bulan, setelah Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga untuk tahun 2017 dan produsen menunjukkan tanda-tanda mengikuti kesepakatan global untuk mengurangi produksi.

Prospek produksi yang lebih rendah membuat Bank AS Goldman Sachs menaikkan proyeksi harga WTI untuk kuartal kedua 2017 menjadi US$57,50 per barel dari US$55.

Seperti dilansir dari Reuters, harga minyak Brent berjangka naik US$1,19, atau 2,2 persen, untuk menetap di US$55,21 per barel. Sementara minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) naik US$1, atau 2 persen untuk menetap di US$51,90 per barel.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kenaikan itu meletakkan kedua kontrak di jalur untuk kembali naik dalam minggu keempat di lima pekan terakhir, dengan Brent naik sekitar 23 persen selama waktu itu dan minyak mentah AS naik sekitar 20 persen.

"Hari ini naik karena Goldman Sachs mengerek estimasi harga minyak dan Rusia mengatakan perusahaan minyak mereka akan mengurangi produksi," kata Phil Davis, Managing Partner PSW Investments.

Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) sepakat untuk mengurangi produksi sebesar 1,2 juta barel per hari (bph) mulai 1 Januari 2017, seperti kesepakatan pertama sejak 2008. Rusia dan produsen non-OPEC berencana untuk memotong sekitar setengah jumlah kesepakatan.

Kesepakatan tersebut telah ramai lebih dari dua minggu terakhir, dan meningkatkan ekspektasi bahwa kelebihan pasokan dalam dua tahun akan segera berakhir dan harga tetap mendekati level tertinggi yang terakhir terlihat pada bulan Juli 2015.

Rusia mengatakan pada hari Jumat lalu, bahwa semua perusahaan minyak negara itu, termasuk produsen top Rosneft, telah sepakat untuk mengurangi produksi.

Sementara, produsen minyak lainnya termasuk Kuwait dan Arab Saudi telah memberitahu pelanggan bahwa mereka akan mulai memangkas produksi pada Januari.

"Sementara pasar akhirnya akan perlu melihat beberapa bukti pengurangan yang sebenarnya dalam produksi, pembicaraan tentang pemotongan produksi dan pemberitahuan alokasi yang lebih rendah kepada para penyuling cukup untuk mendukung sentimen pasar saat ini," kata Tim Evans, Spesialis Harga Bursa Berjangka Citi Futures (gir)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER